Semoga Lekas Sembuh

20 8 2
                                    

Semoga luka-luka yang kuterima lekas mengering karena sedikit harapan darimu.

Kayla membuka pintu rumah agar udara segar bisa masuk. Dia menemukan bunga lily putih dan tulisan 'get well soon.' Tergeletak di meja. Sudah jelas bahwa bunga dan tulisan itu adalah dari Arga. Kayla menyukai bunga lily putih karena bentuknya yang indah. Selain itu, bunga lily putih bermakna kesucian dan kemurnian.

Kayla tidak masuk sekolah selama dua hari. Hari-hari Risa tanpa Kayla terasa sepi. Sore itu Risa memutuskan untuk menjenguk Kayla di rumah. Risa sangat merindukan sahabatnya itu.

Seorang gadis dengan rambut hitam lurus dan digerai sepanjang pundak memasuki kamar Kayla. Gadis itu membawa sesuatu berbentuk balok di tangan kanannya.

"Hai, Kayla. What happened? Kamu kambuh lagi?" tanya Risa dengan ekspresi cemas.

"Iya gitu, deh. Tapi sekarang udah baikan, kok," jawabnya.

"For real?" tanya Risa sekali lagi.

"Iya, bestie."

Risa memberikan barang berbentuk balok itu kepada Kayla. Saat dibuka isinya adalah martabak manis rasa cokelat dengan campuran kacang di dalamnya. Martabak manis adalah makanan kesukaan Kayla.

"Makasih, ya. Martabaknya enak banget," tutur Kayla.

"Iya, sama sama. Semoga kamu cepat sembuh dari anxiety disorder, ya," balas Risa.

"Apa? Anxiety disorder? Sontak Kayla dan Risa menengok ke arah sumber suara.

Dirga yang baru saja sampai tidak sengaja mendengar percakapan Kayla dengan Risa. Laki-laki itu kaget. Di balik wajah ceria Kayla, tersimpan trauma yang begitu mendalam. Saat ini dia sedang berusaha berdamai dengan masa lalunya. Bisa terbebas dari anxiety disorder (gangguan kecemasan) bukanlah hal yang mudah. Sudah berbulan-bulan Kayla minum obat-obatan dari psikiater.

"Kenapa kamu gak bilang kalau punya gangguan kecemasan?" tanya Dirga..

"Aku takut dengan stigma masyarakat di mana orang dengan gangguan mental dianggap gila, kurang iman, kerasukan setan, atau cari perhatian, Kak," ujarnya.

"Aku beda dengan mereka, Kay. Aku mau jadi rumah buat kamu. Kamu bisa kapanpun cerita ke aku. Apapun itu ceritamu, entah hal kecil atau hal besar, menyedihkan atau menyenangkan, aku akan selalu ada buat kamu," tutur Dirga.

"Makasih banyak, Kak." Dirga memeluk Kayla dengan erat. Gadis itu bersyukur karena bertemu seseorang seperti Dirga.

Beberapa menit kemudian, Arga datang serta melihat Kayla dan
Dirga sedang berpelukan. Hatinya terasa sakit. Dia mengira Kayla telah membukakan hati untuknya. Namun, faktanya tak seindah yang dia kira. Kayla masih tetap sama, seolah-olah tidak ada lagi jalan untuk mengetuk pintu hati gadis itu.

"Mau sampai kapan kalian pelukan? Sampai lebaran?" kata Arga.

Dirga dan Kayla langsung melepaskan pelukan mereka. Wajah Kayla nampak kikuk. Tidak ada yang menyadari bahwa Arga berdiri di depan pintu kamar Kayla sejak beberapa menit yang lalu.

"Eh, Arga. Sejak kapan kamu di sini?" tanya Kayla.

"Sejak zaman Firaun," jawabnya asal-asalan.

"Lah, kok gitu?" ujar Kayla.

"Kayaknya kamu udah gak butuh aku. Aku mau pulang dulu. Oh, ya tadi aku bawain pizza buat kamu. Kalau kamu gak mau buang aja." Arga terlihat sangat cemburu. Dia merasa dipermainkan oleh Kayla.

Arga melangkahkan kakinya pergi dari kamar Kayla. Namun, Kayla menahan tunangannya itu. Dia merasa sangat tidak enak hati jika Arga harus pergi. Gadis itu menahan tangan Arga.

"Please, jangan pergi," tutur Kayla.

"Kenapa gak boleh? Kan ada Dirga yang selalu ada buat kamu," balasnya.

"Kamu cemburu?" tanya gadis itu.

"Gak," jawab Arga singkat.

Arga tetap pergi meninggalkan Kayla. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Ini tidak adil. Arga adalah tunangan Kayla tapi Kayla selalu memilih Dirga. Pertunangan ini membuat Arga sakit hati. Tiba-tiba Kayla memeluk Arga dari belakang.

"Tolong tetap di sini," kata Kayla

Arga melepaskan pelukan Kayla. Mereka saling berhadapan. Arga menatap mata Kayla.

"Aku akan selalu ada buat kamu. Aku bersedia menjadi rumahmu. Aku akan menunggu kapanpun kamu pulang," tutur Arga.

Kayla terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Suasana menjadi hening. Hingga akhirnya Dirga memulai pembicaraan.

"Aku pulang dulu, Kay," pamit Dirga.

"Aku juga, ya," tambah Risa.

Dirga dan Risa pergi melangkahkan kaki untuk pulang. Kini tinggal Kayla dan Arga. Suasana menjadi canggung. Kayla tidak tahu harus berkata apa kepada Arga.

"Emm ...." ucap mereka bersamaan.

"Kamu duluan," kata Arga.

"Kamu udah makan?" tanya Kayla basa-basi.

"Udah. I wanna ask you something. By the way, kamu sama sekali gak suka sama aku?" tanya Arga.

"To be honest, kamu orang yang baik. Kamu selalu ada buat aku. Tapi untuk perasaan, aku rasa perasaan ini gak lebih dari sekedar teman," jawab Kayla.

"Aku ngerti. It's okay."

"Maafin aku, Ar." Kayla menundukkan kepalanya dan merasa bersalah.

"Aku gak maksa kamu buat cinta sama aku. Tapi aku yakin suatu saat kamu bakal cinta sama aku," ujar Arga.

Arga tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Dia memutuskan untuk pulang setelah percakapan tadi. Tidak ada yang tidak apa-apa setelah penolakan cinta. Ini adalah takdir yang harus Arga jalani. Mencintai seseorang sendirian.

"Aku pamit dulu, Kay," ucap Arga.

"Iya, terima kasih untuk pizza-nya," balas Kayla.

"Kamu bisa telpon aku kalau butuh sesuatu. Jangan lupa minum obat dari psikiater. Jangan overthinking, kamu juga gak boleh minum teh, kopi, cokelat, dan jahe, kan?" kata Arga.

"Iya iya," jawabnya.

Meski cinta Arga ditolak dan hanya dianggap sebagai teman, tetapi hari ini Arga cukup bahagia. Setidaknya Kayla sudah tidak lagi bersikap dingin kepadanya. Kayla juga sudah memaafkan Arga. Kini tinggal satu langkah lagi, yaitu membuka hati Kayla.

Renjana dan PusaraWhere stories live. Discover now