Sebelumnya..

11.9K 1K 70
                                    

"Kak Rea.. "

"Kakak.. "

"Kak Rea~ "

Mata Rea terbuka, suara itu terus memanggil nya dan membuat ia terbangun. Rea duduk, dan melihat sekitarnya. Semua tampak putih bersih, tanpa ada apapun di sekitarnya.

Dimana ini?

Apa ini, ruang hampa?

"Kak Rea! "

Rea terperanjat, seorang gadis kecil yg tiba-tiba berada di depannya benar-benar membuat Rea terkejut.

"Kamu ngagetin aja" rutuk Rea kesal

Gadis itu tersenyum, tak memperdulikan kekesalan kakak di depannya

"Kamu siapa? " tanya Rea. "Kok bisa tahu aku? "

"Aku Irnia" gadis itu mendudukkan diri dengan benar di hadapan Rea. "Aku nemuin kakak karena ada yg ingin aku bicarain sama kakak"

Rea terlihat penasaran.
"Apa? "

Ekspresi Irnia terlihat serius,
"Kakak masih bisa selamat, kakak mau kan punya kehidupan lagi? "

Rea diam tak menjawab. Merasa bimbang

"Aku bakal kasih raga aku buat kakak"

"Lalu kamu? "

Irnia tersenyum begitu tulus
"Aku mau pergi ke tempat mama"

Sepertinya Irnia merupakan seorang gadis piatu. Tapi apa alasan gadis itu memberikan kehidupannya pada Rea.

"Kenapa kamu pergi? Kamu gak mau terus hidup? "

Irnia menggeleng. Kehidupannya terlalu kejam dan ia sudah lelah. Rasanya, mati lebih baik.

"Aku udah nyerah"

"Tapi rasanya gak adil kalau aku ngrenggut kehidupan kamu, Irnia" Rea masih ingat bagaimana rasanya saat ia menempati raga orang lain.

Tapi Irnia mengambil tangan Rea, berusaha meyakinkan nya.
"Bukan kakak yg ngrenggut kehidupan aku. Tapi aku yg ngasih itu buat kakak"

Irnia tidak lagi memiliki keinginan untuk meneruskan hidupnya. Tapi tubuhnya masih mampu untuk bertahan. Sedangkan Rea, dia sebaliknya.

Rea masih memiliki kesempatan.

"Tapi, aku.. " Rea tidak yakin. Kehidupannya pun tidak terasa baik. Hidup di keluarga yg lebih mementingkan pekerjaan dari apapun. Dan ia juga terjebak pada rasa yg salah dengan kakaknya sendiri.

Akhir kehidupannya tidak baik. Dan banyak hal rumit yg telah ia lalui

"Kali ini, kehidupan aku yg bakal kakak jalani" Irnia menjelaskan. Walau belum pasti Rea akan menerimanya. "Aku hidup sama papa. Papa aku seorang pemabuk dan sering melakukan kekerasan sama aku"

Irnia bisa sampai masuk rumah sakit pun karena ulah ayahnya sendiri. Ia dipukuli karena ketahuan mengambil uang ayah nya, padahal Irnia mengambil itu karena ia belum makan sejak pagi. Ayahnya lupa memberi jatah makan untuknya.

Tapi pada akhirnya, Irnia malah berakhir mengenaskan.

Ia tersenyum kecut,
"Papa gak pernah sayang sama aku"

Rea merasa prihatin. Ia sendiri, meski orang tua nya tidak pernah ada untuknya, Rea tak pernah mendapatkan kekerasan apapun dari mereka.

Rea mengusap kepala gadis kecil itu. Irnia tidak terlalu kecil, mungkin usia nya baru 12 tahun. Tapi ia sudah mengalami hal mengerikan semacam ini.

"Aku mau" putus Rea

Tujuannya bukan ingin hidup kembali. Ia hanya ingin memberikan pelajaran yg pantas ayah nya Irnia dapatkan. Tapi ia tak mengatakan hal itu secara langsung pada gadis itu. Karena bagaimana pun juga, dia adalah ayah nya. Dan bisa saja Irnia tidak tega walau tahu ayah nya memang bersalah.

Irnia tersenyum senang. Akhirnya ia bisa pergi, dan menemui ibu nya.

Jika Rea menolak, Irnia mungkin harus bertahan sekali lagi menjalani kehidupan pahit dengan raga nya. Dan entah kapan ia bisa menemui sang mama.

Tapi sekarang, Rea benar-benar setuju menggantikan nya mengisi raga nya.

Irnia memeluk Rea
"Makasih, kakak"

"Sama-sama, Irnia"

Rea semakin yakin dengan pilihannya. Gadis kecil seperti Irnia tidak pantas mendapat kehidupan kejam semacam ini. Rea harus memperbaiki semuanya

Dan, ..

Dalam kehidupan kali ini, Rea juga ingin menemui seseorang, ..

Yang ia rindukan

"Tunggu aku, .... Arsen"

My Brother's Girlfriend (End)Where stories live. Discover now