Irnia 1

13.8K 902 9
                                    

Irnia berlari menghindari tiga cowok berjacket hitam yg mengejarnya dari belakang. Saat melihat sebuah mobil di depan yg baru di masuki seorang pria, mata Irnia berbinar. Ia mengambil kesempatan itu.

Irnia membuka pintu mobil itu, masuk, duduk di samping pria yg kini menatapnya kebingungan.

"Jalan, pak! " seru Irnia

"Loh? Eneng siapa? Ini bukan taksi, neng" ucap sang sopir

"Bodo amat, buruan jalan pak. Liat tuh di belakang, ada tiga begal yg ngejar"

Pria di sampingnya dan juga sang sopir ikut menoleh ke belakang. Dan benar, ada tiga cowok yg terlihat berlari ke arah mereka. Mereka berseru memanggil, dan terlihat marah.

"Jalan, pak" seru si pria, tak ingin menanggung resiko. Bisa-bisa mobilnya lecet karena ulah para pemuda itu.

Irnia menghela nafas lega. Ia tersenyum manis pada sang sopir "Makasih, pak"

Lalu pada pria di samping nya,
"Makasih, om"

"Saya bukan om kamu" ketus nya.

Irnia terdiam, menelisik wajah pemuda yg tampaknya tak asing baginya. Tersadar, mulutnya terbuka, shock.

"Loh?! Om kan, kakak gorila itu! "

Arsen, pria itu mengernyit. Lalu menoleh ke samping. Gadis berseragam SMA itu terlihat kaget, wajah lucu nya mengundang untuk di tampar.

"Dia bukan gorila, neng. Nama dia pak Arsenio Willdian. Dia atasan saya" sang sopir bersuara

"Tuh kan, kak Arsen" Irnia terlihat senang. Sementara Arsen masih belum mengenali Irnia, ia terlihat bingung.

"Kakak lupa sama aku? Kakak janji mau nikahin aku lho. Kakak harus tanggung jawab" ucap Irnia mantap

Mobil mereka mengerem mendadak. Sang sopir terlihat shock. Arsen yg awalnya shock pun menjadi geram karena ulah nya. Ia menatap marah pada pekerja nya itu.

"Pak Iman" tegur nya

Pak Iman meringis tidak enak
"Maaf, pak"

Ia tidak menyangka jika atasannya bisa berbuat secabul itu pada gadis yg masih di bawah umur.

Ia kembali menjalankan mobilnya.

"Pak Iman gak usah berpikir yg aneh-aneh. Saya mana mungkin ngapa-ngapain sama dia" Arsen menjelaskan, seolah tahu isi pikiran pria yg sudah bekerja dua tahun dengannya itu.

Siku Arsen bertumpu di jendela mobil yg tertutup. Ia malas melihat gadis gila di sampingnya. "Kenal aja nggak"

Irnia mencebik. Ia merasa di tuduh mengada-ngada. Padahal Arsen sendiri yg mengatakan nya.

"Dia nih kayaknya pasien rumah sakit jiwa yg baru kabur"

Arsen meringis, tulang keringnya baru saja mendapat tendangan dari Irnia. Ia melihat gadis itu melotot padanya.

"Aku gak bohong ya! " ia merasa tidak terima, lalu Irnia menjelaskan. "Kakak sendiri yg ngomong waktu di makam nya kak Rea"

"Rea?! " Arsen terkejut

Irnia mengangguk lugu,
"Waktu itu aku masih SD"

Pandangan Arsen berubah ngeri. Ia menelisik gadis SD yg sudah menjelma jadi gadis remaja itu. "Lo.. anak monyet? "

"Dia manusia pak" pak Iman sepertinya sangat suka ikut campur

Pak Iman hanya kasihan pada orang tua gadis itu. Mereka pasti merasa sedih jika anak mereka disamakan dengan monyet.

"Wahh, pak Iman pinter ya ! " seru Irnia

Arsen berdecih

Pinter darimana nya. Bahkan orang gila pun tahu gadis di depannya manusia. Anak monyet hanya panggilan yg Arsen sematkan untuknya.

Irnia kembali menoleh pada Arsen,
"Jadi gimana, kak? Mau kapan nikah nya? "

Arsen melengos malas,
"Dada kamu aja masih tepos"

Irnia menyilangkan tangan di dada. Ia melotot ngeri. "Dasar pedofil cabul!" pekiknya

Arsen mengabaikannya, tidak peduli

"Jadi dari tadi om merhatiin dada aku? "

"Gak di perhatiin juga keliatan rata nya"

Irnia cemberut, ia berkata pelan
"Nanti juga tumbuh. Aku kan lagi masa pertumbuhan"

Suara tawa tertahan terdengar. Tampaknya Arsen berusaha keras untuk tidak mentertawakan kegalauan Irnia. Memang menyenangkan mengerjai gadis itu.

"Pak Iman kita mau kemana? " tanya Irnia

"Kembali ke kantor neng" jawab pak Iman, "Neng Irnia mau di antar ke satu tempat dulu? "

Irnia mengangguk semangat
"Ke KUA ya, pak. Sekarang"

Arsen menoleh kaget, ia merapatkan bibir menahan geram. Menggulung sebuah proposal yg sempat ia baca, lalu memukul kepala Irnia dengan itu.

"Aws! " Irnia mengaduh. Mengusap puncak kepalanya. Ia mencebik pada Arsen
"Ini tuh KDRT tahu"

"Kamu ngeselin. Masih sekolah aja udah mau nikah. Mau di sangka bunting duluan? " omel Arsen

Ia tidak mengerti jalan pikiran Irnia

"Ya kan nyata nya nggak. Aku masih perawan ting ting. Nanti unboxing nya kalo udah nikah, di malam pertama sama kakak"

"Siapa yg ngajarin kamu ngomong kayak gitu, Irnia" geram Arsen, mengapit hidung Irnia hingga gadis itu kesulitan bernafas.

"Kakak sesek, aku gak bisa nafas" Irnia meronta

Saat Arsen melepaskannya, Irnia memukul pria itu kesal.

"Jahat banget kakak. Kalo aku mati gimana? Siapa yg mau nikahin kakak ? "

"Yang mau nikahin gue tuh banyak. Yang mau nikahin kamu yg gak ada"

"Ih sembarang" sungut Irnia tak terima
"Yang naksir aku banyak tahu"

"Cowok katarak semua"

"Ih, kak Arsen! " Irnia merengek keras. Memukul pria itu lagi.

"Pak! " pak Iman menginterupsi. Ia menghentikan pertengkaran kecil dua orang di belakangnya. Membuat perhatian mereka tertuju padanya.

"Kita sudah sampai di KUA"

Irnia memekik kesenangan. Dan Arsen, sesaat ia kelihangan kata-kata. Sebelum akhirnya menggeram menahan kesal.

"Pak Iman !!!! "

My Brother's Girlfriend (End)Where stories live. Discover now