Ch 10

13.3K 998 42
                                    

Rea menoleh saat tempat disampingnya diisi seseorang. Ada Arsen disana. Rea sengaja memilih tempat terpojok, siapa sangka Arsen tetap bisa menemukannya.

"Barusan ngomong apa sama Kinar ?" Tanya Arsen, cowok itu dengan tidak tahu malu memakan pangsit di piring Rea yg berisi mie ayam.

"Kalo mau ya beli" Rea bersungut sebal. Menjauhkan mie ayam nya dari jangkauan Arsen. Cowok itu malah terkekeh.
"Ini tuh punya aku"

Rea paling benci makanannya di minta, apalagi makanan favoritnya.

"Dikit doang juga" ucap Arsen "Kamu bukannya udah makan barusan ama Kinar ?"

"Gak kenyang" jawab Rea, sambil mengaduk mie ayamnya agar bumbu nya merata. "Porsi dia tuh porsi cewek lagi diet. Dikit banget, kayak orang pelit"

Arsen tersenyum geli, "kedengeran orangnya gak bakal dibuatin bekal lagi lho"

Rea mengendik tidak peduli
"Bukan aku yg minta juga"

Arsen memperhatikan saat Rea menyantap mie ayamnya. Bukannya tergiur makan itu, ia hanya suka memperhatikan Rea.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku" Arsen membawa topik kembali ke awal. Rea menoleh ke arahnya. "Tadi ngomongin apa sama Kinar ?"

"Oh itu" Rea menelan habis makanan di mulutnya, lalu ia menjawab. "Cara biar aku bisa balik ke tubuh asli aku"

"Jangan"

Rea termangu, ia melirik Arsen tak paham.
"Jangan apa ?"

"Jangan lakuin apapun !" Pesan Arsen, Rea semakin mengernyit kebingungan. "Cukup jalani kehidupan kamu yg sekarang"

Belum sempat Rea membalas. Arsen sudah terlebih dulu bangkit meninggalkannya.

Rea termenung, sebenarnya apa maksud perkataan Arsen.

****

Rea tengah berjalan di trotoar saat ini. Sambil termenung, memikirkan ucapan Arsen yg ambigu menurutnya.

"Kenapa jangan ?" Kepala Rea penuh tanda tanya

Apa mungkin Arsen lebih menyukai Rea hidup di raga Zara ? Tapi Rea sendiri merasa tak nyaman. Ia seperti di paksa merampas kehidupan yg bukan miliknya.

Seumur hidup pun Rea tak akan tenang jika ia terus mengalami hal ini.

"Arsen gak ngerti" desah Rea lelah. "Dia gak mengalami ini, jadi dia gak bakal paham perasaan gue"

Satu-satunya orang yg berada di pihaknya adalah Kinar. Ia juga yg akan membantu Rea menemukan cara agar ia bisa kembali.

Tiitttt

Rea terlonjak. Karena melamun ia sampai tak memperhatikan sekitar. Hampir saja ia di tabrak oleh sebuah mobil berharga milyaran.

Mobil itu terasa tidak asing

Pintu terbuka, seseorang keluar dari sana. Mata Rea seketika membola.

Ia ingin menangis, mendekati sosok itu. Tapi apalah daya, ia tak bisa karena dia tidak mungkin mengenalinya.

Orang itu mendekat, menatap Rea dengan sorot pandang yg hampir sama dengan Rea, anehnya.

Rea terkejut, saat orang itu menyentuh pipinya. Tangan itu bergetar, matanya berkaca-kaca dan akhirnya air matanya berjatuhan.

"Rea .."

Kaget

Rea sungguh tak percaya. Orang itu memanggil namanya.

"Apa yg terjadi sama kamu ?" Kedua sisi wajah Rea ditangkup nya. Ia mengusapi gadis yg sudah ikut menangis seperti dirinya.
"Kenapa kamu bisa terjebak di raga ini, sayang"

Rea berkata dengan lirih,
"Mama ngenalin Rea ?"

"Tentu aja" Rose menarik Rea dalam pelukannya. Menumpahkan tangis dan rindu di sana. "Ibu mana yg tidak mengenali putrinya sendiri"

"Mamaa" Rea balas memeluk ibunya erat. Ia merasa sangat beruntung dapat bertemu orang tua nya. Dan lebih beruntung lagi, karena mereka dapat mengetahui apa yg Rea alami tanpa Rea harus repot menceritakannya.
"Rea takut ma.. Rea bingung .."

Selama ini ia sendirian menghadapi situasi saat ini. Walau beberapa orang sudah tahu mengenai situasinya, tetap saja tak ada yg bisa membantunya.

Ia ingin segera bebas dari situasi ini.

"Rea"

Pelukan Rea terurai, ia melihat ke arah seseorang yg baru saja memanggil namanya. Rea menahan tangis nya.
"Papa .."

Pria itu memeluknya, bergantian. Seperti mama memeluknya.

"Papa janji akan selesaikan masalah ini secepatnya"

Janji seorang ayah, bagai menyalakan sebuah cahaya yg semula telah redup. Paru-paru Rea terasa lebih bebas bernafas. Kini ia memiliki pegangan. Ia tidak sendirian.

"Makasih, papa"

Drama itu hancur saat seseorang menarik paksa Rea hingga pelukannya dengan Aldrick terlepas.

"Ngapain kamu peluk anak saya ?!" Mama Zara memaki Rose dan juga Aldrick.

Rea terkejut dengan kedatangan perempuan itu. Justin ternyata juga ikut bersama nya.

"Ma, jangan marah-marah disini. Ini tempat umum" Justin tidak ingin mama nya mempermalukan diri seperti ini. Jika sudah emosi, mamanya memang tidak bisa mengontrol emosi dengan baik.

Seperti saat ia mengusir Rea.

Dan sekarang ? Ia marah karena melihat orang lain memeluk putrinya, yg sudah ia campakkan.

"Biarin aja. Mama gak terima mereka peluk anak mama" tegas mama Zara. Masih menatap kedua orang di depannya tajam "Mereka pasti mau ngerebut anak mama. Mereka mau ngerebut Zara dari mama"

"Ma !" Tegur Justin "mama udah usir Zara. Inget ?"

"Nggak !" Elak mama Zara keras. "Mama gak pernah usir Zara. Mama cuma marahin aja sedikit"

Sedikit itu, .. kejam bagi Rea

Rea terkejut saat mama Zara tiba-tiba berbalik padanya. Menatapnya seperti dulu, penuh kasih sayang seorang ibu.

"Pulang ya, nak. Mama minta maaf karena udah marahin kamu. Mama bener-bener nyesel. Mama mohon kamu pulang ya" mama Zara memelas penuh harap.

Rea tak lagi tersentuh dengan sikap dan ekspresi itu. Ia sudah mencicipi bagaimana sikap kejam mama Zara hingga tak bisa lagi percaya pada manisnya dia.

Rea bimbang, ia merasa menolak mama Zara bukan ide baik. Tapi Rea ingin pergi bersama kedua orang tua nya.

Saat Rea melirik kedua orang tua nya. Mereka tampak tersenyum hangat, seolah mempercayai setiap pilihan yg Rea ambil. Rea ikut tersenyum.

"Ikut dulu aja" bisikan di telinga nya membuat Rea menoleh pada Justin, cowok itu kembali melanjutkan "Atau mama bisa ngamuk disini"

My Brother's Girlfriend (End)Where stories live. Discover now