Ch 11

12.6K 1K 49
                                    

Rea kembali ke rumah Zara, karena permintaan Justin. Ia juga khawatir apa yg Justin katakan benar-benar terjadi. Rea tidak sampai hati membiarkan mama Zara mengamuk di tempat umum. Justin pasti kewalahan.

Dan bisa saja, orang-orang menganggap mama Zara gila.

Padahal tidak. Mama Zara hanya seorang yg temperamental.

"Kamu kembali ?"

Rea menoleh, ada papa Zara yg menatap Zara heran. "Kenapa bisa ke sini ? Siapa yg bawa kamu ?"

Papa Zara tampak khawatir. Ia melihat sekitarnya, cemas keributan kemarin kembali terulang. Dan Rea yg akan menjadi paling dirugikan.

"Tante yg bawa saya ke sini, om" jelas Rea. Tak ingin membuat papa Zara semakin gelisah. "Justin juga bujuk saya buat ikut. Dia gak mau sampe mama nya ngamuk lagi kalo saya nolak buat kembali ke sini"

"Begitu ya ?" Papa Zara mangut-mangut. Sedikit tenang karena istrinya sendiri yg menjadi dalangnya. "Kamu karena ada di tubuh anak saya, panggil saya papa. Dan jangan bicara formal. Bersikap seperti sebelum kami tahu kalo kamu bukan Zara asli"

Rea mengangguk
"Iya, om. Eh ?! Maksud aku, papa"

Papa Zara tampak puas. Ia duduk di kursi single. Berhadapan dengan Rea. Menumpu siku di lututnya.
"Kamu .. sudah tahu apa yg sebenarnya terjadi sama kamu ?"

"Aku gak tahu" jawab Rea jujur. Ia pun masih mencari tahu. Untungnya kini ia tidak sendirian.
"Tapi aku sedang berusaha cari tahu, dan cari jalan keluar nya. Orang tua aku juga udah tahu situasi aku, pa"

"Orang tua kamu ?"

Rea mengangguk membenarkan
"Iya"

"Gimana mereka bisa tahu ?" Tanya papa Zara heran, ini sesuatu yg sulit diterima akal sehat.
"Kamu cerita sama mereka?"

"Orang tua aku seorang yg sibuk. Mereka tinggal di luar negeri dan udah lama banget gak pulang" Rea bercerita "Dan hari ini, aku ketemu sama mereka, pa. Kayaknya mereka baru aja tiba dari bandara"

Rea tersenyum sedih,
"Mereka baru pulang setelah tahu aku kecelakaan dan koma"

Papa Zara merasa iba. Tapi ia tak mengatakan apapun selain mendengarkan Rea bercerita.

"Tapi aku ngerasa senang. Karena, dari pertama ketemu, mereka ngenalin aku walau aku berada di raga orang lain"

****

"Rea kemana ?"

Arsen sedikit gelisah, karena setelah pulang sekolah ia tak menemukan Rea di apartemennya. Bahkan setelah menunggu hingga hari petang, Rea masih belum menampakkan diri.

Arsen menggigit bibir bawahnya.
"Apa ke tempat Kinar ya ?" Terka nya

Mungkin Rea menolak tinggal bersama Arsen setelah mengetahui perangai Arsen sebenarnya.

Tapi, bisa saja terjadi sesuatu hingga Rea tak bisa pulang. Keadaan Rea yg terjebak di tubuh orang lain membuat semuanya terasa sulit.

Walau terjebak di tubuh pacarnya sendiri. Arsen tetap tak leluasa menguasai Rea.

"Sial !" Arsen mengumpat.

Keadaan ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Jika dulu ia tak bisa bebas karena Rea merupakan adik kandungnya. Kini ia tak bisa bebas karena Rea milik orang tua raga nya.

"Bangsat !" Memukul keras meja nya. Arsen merasa frustasi. "Masa gue harus nikahin lo biar lo gak kemana-mana sih, Re? "

Ia mendengus kasar,
"Beneran musti dinikahin kayaknya"

Bel apartemen nya berbunyi, Arsen melihat dari layar siapa tamu yg datang ke apartemen nya.

Seluruh tubuhnya menegang.

Itu, .. kedua orang tua nya

Mereka udah dateng ?

Kapan mereka sampai ?

Arsen mencoba menenangkan diri. Ia berjalan membuka pintu untuk dua orang itu.

Namun, sebelum ia mengatakan satu patah kata pun. Sebuah tamparan sudah menyambutnya lebih dulu.

Sebuah kejutan.

"Apa yg kamu lakuin Arsen ? Kenapa Rea bisa mengalami hal ini ? KENAPA ?" Cerca Rose

Arsen tak menunjukkan reaksi berarti. Hanya mengusap pipinya, menyamarkan rasa sakit.

"Kita bicara di dalem" seru Aldrick. Ia menggiring kedua orang itu masuk. Menutup dan mengunci pintu lagi.

Mereka mengisi sofa yg berada di ruang tamu.

"Jadi Arsen, kami menunggu penjelasan kamu" ucap Aldrick. Postur nya terlihat tenang, meski begitu, ketegasan itu tergambar jelas dalam dirinya.

Tapi Arsen tak terpengaruh, pemuda itu malah tertawa. "Penjelasan apa ?"

"Tentang Rea, Arsen ! Kamu pasti tahu apa yg Rea alami" tuntut Rose

Arsen tersenyum miring, hal itu membuat Aldrick curiga. Arsen terlibat dalam kejadian ini.

"Ini ulah kamu ?"

Hanya keturunan asli mereka yg memiliki kemampuan ini. Mengambil jiwa dan menukar jika mereka. Tapi Aldrick dan seluruh keluarga besar sudah menutup rapat tentang hal ini. Tidak lagi menggunakannya karena terlalu beresiko.

Namun, siapa yg menduga Arsen kembali bermain-main dengan jiwa orang lain. Apalagi itu jiwa adiknya sendiri.

Arsen memalingkan pandangan, tersenyum kecut. "Aku gak suka sama Rea"

Rose menahan geram. Ia sangat marah mengetahui Arsen melakukan tindakan berbahaya hanya karena alasan kekanakkan semacam itu.

"Aku gak suka dia jadi adek aku"

"Arsen kamu keterlaluan !" Maki Rose. Nafasnya tersenggal akibat emosi yg bergemuruh di dada. Mata nya menyala amarah. "Suka atau tidak, Rea tetap saudara kamu"

"Tapi aku gak mau" tegas Arsen

Aldrick tak menanggapi perdebatan mereka. Ia mengotak atik ipadnya. Mengirim pesan pada pekerja nya untuk menyelidiki identitas gadis yg kini Rea tempati raga nya.

Tak butuh waktu lama apa yg ia inginkan ada di tangannya. Aldrick di buat kaget oleh fakta yg ia ketahui.

"Gadis itu .."

Aldrick melirik Arsen, putranya itu menarik seringai nya. Membuka tangan dengan ekspresi ceria.

"Taraa .. sekarang Rea bukan adek aku. Tapi, pacar aku"

Dia gila

Rose tidak bisa berkata-kata. Apa yg sudah Arsen lakukan ?

"Aku cerdas kan ? Aku bikin Rea ada di raga orang lain. Jadi aku bisa milikin dia"

Karena jika Rea masih berada di raga aslinya, sampai akhir pun kebersamaan nya dengan Rea hanya akan mengundang kiamat.

"Arsen kamu benar-benar gila !"

My Brother's Girlfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang