MINE | Chapter 55

69.1K 5.3K 721
                                    

Sore itu Nara sudah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu jemputan.

Katanya sih Aslan sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya, sudah lewat setengah jam lebih dan pria itu belum sampai.

Mungkin terjebak macet, pikir Nara.

Angin berhembus cukup kencang, menggoyangkan dahan dahan dan ranting pepohonan, menerbangkan daun keringnya hingga berserakan di sepanjang trotoar.

Nara memeriksa langit, semakin mendung. Lalu ia menoleh ke sekelilingnya, menelisik setiap penjuru trotoar untuk mencari sesuatu atau seseorang yang mungkin selalu memerhatikannya.

Entahlah, Nara tidak yakin. Tapi akhir-akhir ini ia merasa seperti ada seseorang yang mengawasinya. Dan hatinya jadi selalu gelisah saat dirinya berdiri ditempat ini sendirian selagi menunggu untuk dijemput.

Karena itu ia tidak pernah lupa untuk memeriksa sekelilingnya, sekadar untuk memastikan, dan syukurnya tidak ada siapapun atau apapun.

Ketika tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seseorang, Nara menjerit tanpa suara dan nampak sangat terkejut sambil memutar badannya.

Yuda segera mengambil tempat disamping Nara dan mengangkat satu tangannya sampai batas wajah.

"Eh, kaget ya? Sorry sorry, gue nggak bermaksud mau ngagetin kok," ucapnya dengan rasa bersalah.

Nara menatap tajam laki-laki itu sebelum kembali menghadap jalanan tanpa ingin menanggapinya.

"Duh, marah ni? Seriusan gue nggak sengaja loh, Ra. Maaf ya?"

Nara memutar matanya malas ke arah lain, membatin dalam hati mengapa Aslan tidak sampai-sampai.

"Ra?"

"Iya iya Bang, astaga! Udah saya maafin! Berisik benerlah!" tukas Nara malas, ketara sekali sebalnya.

"Bener dimaafin, ya?"

"Ya," sahut Nara sekenanya, ia mengecek ponselnya.

Setelah beberapa detik berlalu si Yuda belum juga beranjak pergi. Laki-laki itu malah mengajak Nara mengobrol meskipun Nara mengabaikannya.

"Heran deh gue sama Nara, masa di ajakin ngobrol malah diem aja."

"Ya kalo tau di cuekin harusnya jauh-jauh, nggak usah deket-deket!" balas Nara ketus.

"Ya Allah, gue kan pengen temenan sama elo. Masa nggak boleh?"

"Enggak, saya nggak mau temenan sama Abang."

"Ih kenapa?"

"Males, saya nggak suka temenan sama cowok."

"Terus kalo nggak mau temenan sama cowok nikahnya emang sama siapa kalo bukan sama cowok?"

Nara menatap jengah Yuda, merasa bahwa obrolan mereka ini tidak berguna, dan pertanyaannya barusan sangat tidak penting untuk dijawab.

"Lo masih normal kan, Ra? Kalo normal nikahnya pasti sama cowok. Tapi kalo lo nggak mau dideketin cowok terus gimana?"

"Bang, udahlah. Saya lagi males ngomong sama Abang, mending Abang pergi!"

"Nggak mau lah, gue mau disini."

"Astaga!" geram Nara makin sebal.

Kalau saja tidak ingat sedang menunggu Aslan dirinya pasti akan langsung pergi dari sana.

Sebagai informasi, Yuda ini akhir-akhir ini selalu saja mendekati Nara kapanpun dirinya melihat Nara sendirian. Meskipun Nara sudah memasang raut jutek tapi laki-laki itu tetap saja mengajaknya berbicara. Dan meskipun sudah diabaikan tapi Yuda tidak peduli.

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang