MINE | Chapter 43

77.1K 5.7K 448
                                    

Hujan, Jakarta Selatan sore hari.

Aslan membunyikan klakson mobil beberapa kali, menunggu sampai pintu gerbang dibuka lebar oleh seorang pria paruh baya yang berlindung dibawah payung.

Mata Nara hampir membelalak untuk melihat dengan jelas sosok asing itu. Asing karena setahunya tidak ada seorang pria pun dirumah besar ini selain Rios dan Aslan.

Rios sedang pergi, dan Aslan bersamanya, jadi siapa orang itu?

"Itu siapa Om?" tanya Nara selagi Aslan mengemudikan mobil menuju garasi.

"Satpam, baru mulai kerja hari ini, Pak Rios yang minta."

"Hah? Kenapa tiba-tiba pake satpam?"

"Udah agak lama sebenernya Pak Rios minta dicariin satpam, tapi baru nemu yang pas kemaren."

"Kupikir Om Rios nggak suka kalo ada orang asing dirumah."

"Memang, tapi katanya biar ada yang jagain rumah, jadi nggak sembarangan orang bisa masuk."

Seketika itu Nara langsung tahu alasannya.

"Nama satpamnya Hendi, seumuran sama Bu Maya. Dan Pak Hendi itu kenalannya Om, jadi kamu nggak perlu takut."

Nara hanya manggut-manggut, mengiyakan.

"Orangnya jago ilmu beladiri, jadi bisa sekaligus jaga keamanan rumah," tambah Aslan.

Secarik senyum simpul tersungging disudut bibir Nara. Segitu khawatirnya ya sama aku? Batinnya.

"Oke, udah sampe," kata Aslan begitu mobil sudah terparkir sempurna digarasi, "masuk duluan aja Ra, Om mau ketemu Pak Hendi dulu."

"Oke deh. Tapi katanya Om bakalan nginep ya disini?"

"Selama Pak Rios pergi, iya."

Nara berniat untuk menanyakan beberapa hal lagi pada Aslan, namun kemunculan ibunya di ambang pintu garasi membuyarkan susunan kalimat yang akan dilontarkannya.

"Makasih udah jemput aku ya Om," ucapnya sambil turun dari mobil.

"Iya, sama-sama."

***

Hari menjelang malam. Dan hujan masih sangat deras diluar, sedikitpun tidak mereda. Suara gunturnya terdengar memekakan telinga, kilatnya malah lebih liar menyambar-nyambar dikaki langit. Tak ubahnya angin kencang pun ikut beraksi untuk menebarkan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang.

Nara menggeser sedikit pintu kaca balkonnya untuk memeriksa keadaan diluar. Tubuhnya langsung diterpa hawa dingin ketika itu, membuatnya sedikit bergidik.

Suasana menyeramkan ini entah mengapa malah membuatnya tenang. Tapi ia juga mencemaskan sesuatu, lebih tepatnya seseorang.

Siapa lagi kalau bukan Rios.

Cuacanya sangat buruk sejak tadi sore, tapi semoga saja penerbangannya mulus. Seharusnya Pria itu sudah sampai sekarang.

Nara ingin mencoba menghubungi Rios, tetapi Maya mendatanginya. Ibunya itu menyuruhnya menutup pintu kacanya rapat-rapat lalu mengajaknya turun untuk makan malam.

Makan malam kali ini rasanya sangat berbeda, lebih ramai dari biasanya yang hanya ada Nara, Rios dan bibi. Terkadang Rios malah jarang makan dirumah, jadi sisa Nara dan bibi. Tak jarang juga Nara makan sendirian karena bibi telah lebih dulu mengisi perut.

Nara duduk ditengah-tengah antara Maya dan bi Minah, lalu diseberang meja terdapat Aslan dan Pak Hendi.

Pak Hendi tergolong orang baru, tapi ternyata ia adalah kerabat dekat Aslan yang direkomendasikan oleh Aslan sendiri. Sebentar saja dan mereka sudah saling mengenal satu sama lain, mengobrol tanpa adanya kecanggungan.

MINE  [TERBIT]Where stories live. Discover now