MINE | Chapter 25

111K 6.3K 257
                                    


Nara duduk di atas ranjangnya tanpa bersuara sambil memegangi punggung tangannya yang masih di infus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain karena tak sanggup jika harus mendapat tatapan intens dari Rios terus-menerus. Rasanya ia sangat malu. Meskipun ia sudah mengguyur badannya dengan air, entah kenapa tubuhnya ini masih saja tetap terasa seperti habis diperkosa gurunya itu, sangat lengket, menjijikkan dan memuakkan. Perasaan takut dan gemetarnya terus saja menghantui dirinya.

Saking jijiknya pada dirinya sendiri, Nara bahkan tidak membiarkan Rios menyentuhnya lebih lama atau menciumnya. Ia tidak mau disentuh oleh Rios. Hanya ditatap saja Nara rasanya ingin lari, bagaimana jika Rios memaksa untuk menyentuhnya. Tapi Rios tidak melakukan apapun pada Nara. Pria itu hanya duduk di kursi di samping ranjang sambil menunggu Nara untuk bersuara.

Nara memang tidak menangis lagi, tapi matanya masih berkaca-kaca. Rios yang melihat Nara seperti terpuruk ini merasa sangat sedih.

Nara merasa kalau dirinya ini sudah tidak pantas lagi Rios miliki.

Nara merasa kalau dirinya ini seperti barang bekas yang sudah sangat rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Tidak layak pakai lagi. Emosinya masih bergelut didalam hati dan pikirannya. Ia masih terguncang. Rasanya hidupnya seperti baru saja dijungkir balikkan.

Ketika tangannya digenggam oleh Rios ia sontak menoleh dan menatap Pria itu was-was. Reflek saja ia ingin menarik tangannya, tapi Rios tetap menggenggam tangannya.

Rios memandangi wajah Nara sebelum Nara memalingkan wajahnya ke arah lain. Tatapan Nara tampak kosong, sangat kosong. Istrinya ini begitu kacau. Mungkin dalamnya lebih kacau lagi.

Rios bertanya-tanya dalam hatinya, sekiranya apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Nara melupakan hal menjijikkan itu? Apa yang harus ia lakukan agar Nara hanya melihat ke depan setelah ini? Apa yang mampu ia lakukan untuk membuat Nara kembali seperti semula? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Rios, namun tidak satupun dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang memiliki jawaban.

Nara harus kembali seperti semula. Ia tidak boleh berlama-lama dalam kondisi terpuruk seperti ini. Karena bagaimanapun juga, dia sedang hamil.

Rios belum mengatakan apapun soal kehamilannya pada Nara. Ia tidak bisa memberitahu Nara sekarang. Tapi sepertinya ia harus, karena jika ia menunda lebih lama untuk memberitahu Nara, keadaannya akan sangat rumit.

Rios bangkit dari kursinya dan duduk ditepi ranjang Nara. Nara sama sekali tidak mau melihatnya. Hanya sebentar dan setelah itu Nara kembali memalingkan wajah.

Sungguh, Rios ingin sekali mendekap Nara seerat mungkin sekarang juga, tapi ia takut akan membuat Nara hancur jika ia salah melakukannya.

"Sayang, masa Om dicuekin terus dari tadi," ucapnya memecah kesunyian kamar, "Nara?" panggilnya dengan lebih lembut, "liat Om sebentar Sayang."

Namun Nara hanya menatapi tangan Rios yang menggenggam kedua tangannya. Terdapat luka lecet yang memenuhi tangan Rios. Lalu ia memerhatikan penampilan Rios.

Pria ini terlihat agak kacau. Dan setelah sekarang Nara bisa mencermati dengan jelas pakaian Rios, terdapat bercak-bercak kemerahan di sekitar lengannya yang digulung sampai siku. Bercaknya seperti darah yang sudah kering.

Nara juga ingat kalau tadi Rios menangis. Untuk pertama kalinya, Nara tidak percaya Pria seperti Rios bisa menangis. Walaupun katanya hanya karena kelilipan, tapi Nara tidak bisa dibohongi. Orang seperti Rios menangis hanya karena kelilipan? Dusta sekali.

"Sayang?" untuk yang kesekian kalinya Rios memanggil Nara, namun Nara tak mau menyahut.

Mulut Nara terkunci rapat, tak ada keinginan untuk berbicara dengan Rios. Di kepalanya masih terbayang-bayang wajah lelaki jahanam itu.

MINE  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang