MINE 🔞 Chapter 04

366K 11.8K 1K
                                    


Tangan halus Nara menahan dada bidang Rios yang telanjang. Gadis itu terlalu gugup untuk bergerak bebas dengan posisi awkward mereka ini. Dalam hatinya ia berdoa, semoga saja Rios tidak mendengar detakan jantungnya yang berdebum keras didalam dadanya saat ini.

"Om udah bilang kan waktu itu, begitu pulang Om akan tidur sama kamu." Rios menatap lurus Nara.

"Iya. Tidur biasa ... berdua ... gitu, kan?" Nara terbata, ia sedang mencoba untuk tidak berpikir macam-macam.

"Bukan, Sayang. Bukan tidur biasa, " ujar Rios. "Tapi tidur dengan ngelakuin hal yang lebih dari sekedar tidur biasa. Waktu itu kamu kan yang minta? Kamu mau Om tidur sama kamu." Kedua tangannya semakin posesif mengekang tubuh Nara.

"Iya. Tapi maksudku cuma tidur berdua dan nggak ngapa-ngapain, gitu." Nara mencoba menjelaskan dengan menahan kegugupannya.

"Terus kenapa bahas pengaman segala?"

Shit. Nara tidak bisa berpikir. Sepertinya mulutnya ini sudah terlalu banyak bicara tanpa rem. Mungkin benar kata Rios waktu itu, ia harus mengurangi membaca wattpad dengan cerita dewasa agar memiliki sikap polos seperti gadis lain pada umumnya.

Rios merogoh saku celananya untuk mengeluarkan sebuah kemasan kecil berbentuk pipih dan menunjukkan barang itu kepada Nara. Bibirnya mengulas senyum simpul penuh jenaka. "Om udah siapin pengamannya, Sayang."

Nara menatap nanar kemasan ditangan Rios itu lalu menelan ludah. Dilihatnya kembali Rios yang sedang menyunggingkan senyum sedikit lebih lebar lalu mendekati wajahnya.

"Om harus pergi abis ini, jadi kita lakuin sekarang aja. Bisa, kan?"

Nara tidak menyahut, lidahnya terasa kelu sekedar untuk menelan ludah.

"Tapi Om nggak mau pake pengaman. Buat yang pertama, Om mau cobain kamu tanpa barang laknat kayak gini," timpal Rios. Sorot matanya tampak kelam dan tegas menatap Nara. Kemasan pipih kecilnya itu ia masukkan kembali ke dalam saku celananya.

Rios berucap lagi ditelinga Nara, "Om pengen ngerasain punya kamu sesempit apa, Sayang."

Nara tertegun, seperti tanpa daya. Ia benar-benar cengok sekarang. Kata-kata yang diucapkan Rios seperti memiliki kemampuan untuk membuatnya tambah gugup. Mungkin bukan kata-katanya, tapi cara bicara Rios lah yang membuatnya gugup. Meski selama ini dirinya begitu menggebu-gebu ingin agar Rios menyentuhnya lebih dalam, tapi ia merasa ini tidak benar. Ia belum siap diperawani. Seketika ingatan akan Pak Galih dan Nayla tadi kembali terputar dikepalanya.

"Hey, kok malah diem?" suara halus Rios memecah keheningan di kepala Nara. "Gimana, Sayang?" tanyanya meminta persetujuan.

Nara menggeleng. "Nggak bisa, Om."

"Kenapa tuh?" tanya Rios ingin tahu.

"Om lupa? Aku masih sekolah, lulusnya juga masih lama."

"Tenang aja, Ra. Om nggak akan keluar didalem, " balas Rios, ia tampak serius sekali saat mengatakannya.

"Ta- tapi ...."

Cup. Rios mengecup bibir Nara cepat untuk mencegahnya menolak.

Nara melenguh begitu Rios mengecupi bibirnya berkali-kali sebelum melumatnya lama. "Omhh," lirihnya disela ciuman Rios.

Rios menarik bibirnya sesudah menyenggau bibir luar Nara dengan lidahnya. "Sebentar aja Sayang, ya?"

Nara bergeming, ia juga sangat ingin dan penasaran bagaimana rasanya berhubungan, tapi itu terdengar tidak tepat untuk melakukannya sekarang. Ia memutar otak cepat untuk mencari sebuah alasan yang akan cukup akurat agar dirinya terhindar dari situasi ini.

MINE  [TERBIT]Where stories live. Discover now