MINE | Chapter 41

80.4K 6K 286
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Senyum ceria Nara lenyap segera setelah BMW yang di kemudikan Rios melesat tak berjejak.

Dirinya segera pergi ke gedung sekolahnya, namun bukan ruang kelas yang menjadi tujuannya, melainkan toilet.

Masih ada waktu lima belas menit sebelum bel berbunyi, dan Nara ingin menyiapkan diri terlebih dahulu sebelum bertemu dengan teman sekelasnya, terutama, Salma. Juga guru-guru yang lainnya, tentu saja.

Tangan Nara sampai berkeringat dingin dan jantungnya berdebar kencang karena memikirkan selama sebulan ini dirinya menghilang tanpa kabar.

Apa yang harus ia katakan jika ada yang bertanya selama sebulan ini dirinya kemana?

Oke, Salma mungkin akan menyerangnya dengan berbagai pertanyaan, tapi teman-teman sekelasnya yang lain jelas tipe manusia cuek yang tidak akan peduli padanya. Jadi, ia hanya perlu menyiapkan diri untuk menghadapi Salma.

Rasanya Nara mau gila membayangkan pertemuannya dengan Salma nanti. Seratus persen ia yakin Salma pasti akan mengoceh tanpa henti, marah dan mengamuk. Tapi itu masih lebih baik daripada Salma mengabaikannya.

Dan, Arrrghhhh. Sekarang ia kembali merasakan mual.

Nara membungkuk di wastafel untuk muntah.

Untungnya tidak ada orang selain dirinya di toilet khusus wanita itu, jadi ia bisa mengekspresikan gaya muntahnya tanpa harus ditahan-tahan.

Cukup lama Nara membungkuk disana, mencoba mengeluarkan makanan yang sempat ia telan untuk sarapan tadi pagi dari lambungnya, kalau-kalau dengan melakukannya dapat meredakan rasa mual yang sangat mengganggunya ini.

Tapi mau seberapa kerasnya Nara mencoba membuang isi perutnya, tetap saja, tak ada yang keluar. Sampai mulutnya pegal dan tenggorokannya sakit pun tak ada sesuatu yang bisa di muntahkan, kecuali, liurnya sendiri.

Tanpa Nara sadari, ada seorang siswi yang bersandar pada dinding dekat pintu keluar toilet sambil memerhatikannya sedari tadi.

Kemudian begitu selesai dengan kegiatannya, Nara dibuat kaget ketika hendak keluar dan melihat keberadaan siswi itu.

"Nay?!" serunya menyuarakan keterkejutannya.

"Mimpi apa gue bisa ngeliat Nara masuk sekolah hari ini," ucap siswi itu yang ternyata adalah Nayla.

Seharusnya Nara tidak perlu terkejut saat mengetahui yang berdiri disana itu adalah teman sekelasnya, atau lebih tepatnya, teman sebangkunya, Nayla Karismadewi, namun ekspresi wajahnya yang jelas menunjukkan kalau ia terlihat kaget serta gugup tak bisa diajak kerjasama.

"Iya, gue. Masih inget to, kirain udah lupa."

"Sejak kapan lo berdiri disitu?" tanya Nara tanpa beranjak dari tempatnya berdiri.

MINE  [TERBIT]Where stories live. Discover now