MINE | Chapter 12

232K 8.9K 622
                                    

Nara tepar. Setelah berkali-kali mereka orgasme, tenaganya terkuras habis. Ia lemas tak berdaya dibawah kungkungan Rios.

Dua jam? Omong kosong. Satu jam Rios menyetubuhinya saja Nara sudah tak kuat apalagi jika harus menambah satu jam lagi. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga Rios. Mental Nara memang kuat, tapi fisiknya lemah, terlebih karena cara bercinta Rios yang kasar dan semaunya sendiri. Tapi Rios menepati dua jam itu. Ia mengakhiri kegiatan bercintanya dengan Nara tepat dua jam setelah mereka mulai, tentunya setelah dirinya mencapai klimaks beberapa kali.

Gila memang bagaimana selama dua jam penuh Rios menyerang Nara tanpa jeda. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau sudah masuk rasanya tidak ingin keluar. Nara sendiri sudah terlelap pulas dalam sekejap. Saking letihnya ia langsung tidur begitu saja tanpa peduli kalau-kalau Rios akan menyerangnya lagi. Tetapi Rios tidak berniat melakukannya. Sudah cukup ia membuat Nara nyaris pingsan karena kegiatan panas ini.

Pria itu memandangi wajah letih Nara yang kelihatan masih sangat menggoda meski sedang tidur. Kemudian dibelainya lembut pipi Nara. Nara memang sedang tidur, tapi sentuhan Rios membuatnya terjaga. Kepalanya yang agak pusing membuatnya merintih sedikit sembari mengumpulkan nyawa. Sedangkan Rios masih setia memandangi Nara yang sedang berjuang membuka mata.

"Sayangnya Om udah bangun, capek banget ya sampe langsung tidur gitu?" suara Rios sangat lembut menyapa Nara.

Nara tidak menjawab pertanyaan Rios, tapi sorot mata dan ekspresi wajahnya tak berdusta kalau dirinya ini memang sangat capek. Menurutnya, dua jam itu adalah waktu bersenggama yang sangat tidak manusiawi, terlebih kalau cara bercintanya seperti Rios.

"Tidur lagi kalo masih capek. Tapi nggak boleh lama-lama ya, sebentar lagi magrib." Rios membawa wajah Nara ke ceruk lehernya.

"Om?" panggil Nara lemah, suaranya agak serak.

"Iya, Sayang."

"Om mau pergi sekarang?"

"Nanti, jam tujuh."

"Jam tujuh?"

"Iya," jawab Rios sembari mengelus kepala Nara, sesekali mendaratkan kecupan di kening istrinya. "Kenapa, hm?"

"Perginya kemana?"

"Singapore."

"Pulangnya kapan?"

"Minggu depan."

Belum ditinggal saja Nara sudah rindu. Ah, apa-apaan ini, semakin lama dirinya semakin manja. Semoga saja Rios tidak risih.

"Nanti diusahain pulang cepet," imbuh Rios.

"Lama," gumam Nara, tangannya mendorong dada Rios lalu wajahnya menengadah.

Ekspresi wajah Nara membuat gairah Rios timbul lagi. Jemarinya mengusap punggung polos Nara yang tertutupi selimut. "Kalo Om udah pulang, nanti kita main diranjang lagi, ya?"

"Nggak mau."

"Apa? Nggak mau?"

"Nggak mau!"

Agaknya Rios tidak senang Nara menolak dirinya. "Kenapa nggak mau? Suami minta jatah nggak boleh ditolak loh, dosa!"

"Om mainnya kasar! Aku nggak suka."

MINE  [TERBIT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora