happenstance | part 4

8.4K 1.1K 299
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 18

Bratislava, Slovakia


"Buset Harp, nggak pulang-pulang. Visa kamu bisa untuk berapa lama sih, emangnya?"

"Tiga bulan," jawabku sambil membuka lemari kabinet dapur, mencari lokasi penyimpanan gelas. "Ini tiga minggu aja belum."

"Ya tapi bukan berarti kamu harus tiga bulan juga di sana." Suara Rama sedikit tenggelam karena suara klakson bersahutan di belakangnya.

Aku mengernyit, "Kamu di mana, sih? Kok berisik amat?"

"Jalan kaki ke Torchy's," jawabnya. "Kalau weekend ini harus pindah ke Seattle, aku bertekad mengunjungi semua restoran yang bakalan aku kangenin."

"Torchy's nih jualan apa? BBQ?" aku mencoba mengingat semua restoran yang aku kunjungi ketika berada di Austin bersama Harlan, dengan Rama sebagai guide tentunya.

"Itu Franklin's..." Rama menggeram, membuatku tertawa. "Berapa lama di Bratislava? Mobil rental bukannya harus dibalikin?"

"Udah diperpanjang pas kemarin berhenti di Budapest." Aku meneguk air dalam gelas dan menemukan Harlan duduk di sofa depan televisi. Netflix di televisi menayangkan serial superhero CW yang sepertinya dalam episode crossover karena ada Green Arrow dan The Flash di layar televisi. Namun Harlan menunduk, tatapannya nggak ke televisi. "Dua hari aja rencananya."

"Habis itu?"

"Ke Vienna, tiga hari."

"Habis itu?"

"Balik ke Budapest, terbang balik ke Minneapolis."

"Mau dibantuin pindahan, nggak, nih?"

"Ya mau... kamu bisa datang kapan memangnya?" aku berjalan perlahan menghampiri Harlan. Dari belakang, rambutnya terlihat agak panjang—time to go to the barber, brother.

"Kamu pulang ke Indo kapan?"

"Tanggal 20 bulan depan."

"Udah beli tiket?"

happenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang