wanderlust | part 14

7.4K 1.8K 334
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sophia membelalakan mata, kelihatan nggak percaya melihat gue berdiri di depannya.

Gue melirik sekilas, layar ponsel yang ada di tangannya memperlihatkan foto selfie kami berdua di puncak Huayna Picchu. Does she miss me already?

"Kok—kok—kamu—" Sophia tergagap, nggak bisa mengeluarkan kalimat yang koheren dari bibirnya yang kelihatan glossy dan mengundang.

Waitmengundang?

Sophia sepertinya nggak bermaksud mengundang, pikiran gue aja yang berasumsi.

"Kok aku apa, Sof?" gue nyengir sambil berjalan ke arah counter mengambil gelas kopi karena barusan saja baristanya memanggil nama 'Sophia'.

Sophia berdiri dan kini saling berhadapan. Hanya ada jarak kurang dari satu meter di antara kami. Gue menyerahkan gelas kopinya, "Sampai speechless gitu, kayak ketemu artis aja." Lalu gue mencubit pelan pipinya yang membuat wajahnya langsung blushing.

Sebagai respons, selain blushing, Sophia memutar bola matanya. "Kok kamu ada di sini?"

"Jadi kamu lebih milih aku nggak ada di sini?"

"Bukan itu pertanyaanku."

Gue menahan senyum, "Memangnya kamu mau mendengar jawaban apa?"

Kini Sophia memicingkan mata curiga, "Bukannya mau hiking lagi ke mana gitu?"

"It can wait," jawab gue singkat, masih sambil nyengir. "Yang nggak bisa nunggu itu adalah shuttle kamu ke Cusco. Boleh nebeng, nggak?"

Sophia langsung memukul lengan gue, kelihatan sebal. "Jadi nunggu tiga jam di stasiun hanya supaya bisa nebeng aku ke Cusco?"

Gue mengangkat bahu, "Yah, daripada naik bus tua dengan kecepatan seperti kura-kura, kan mending nebeng kamu naik shuttle hotel yang udah pasti nyaman. Ya, nggak?"

happenstanceWhere stories live. Discover now