wanderlust | part 17

8.9K 1.8K 499
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Plaza de Armas, Cusco

"Mau mampir Starbucks dulu buat beli kopi?"

"Boleh," jawab Harlan lalu mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Butuh asupan buat begadang menanti hari ulang tahun, ya?" tanyanya sambil nyengir.

Aku tertawa, "More espresso, less despresso."

"Masa lagi bareng sama aku gini masih depresi, sih, Sof?"

Ya bisa lah, Harlan. Kan aku harus menahan diri untuk nggak melemparkan diri ke kamu dan mempermalukan diri sendiri setelah kejadian tadi di hotel.

Tapi aku nggak mengatakan hal tersebut ke Harlan. Yang ada aku hanya mendelik sewot lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam gerai Starbucks yang berada di salah satu sisi bangunan tua yang mengelilingi Plaza de Armas.

Setelah memesan dan mendapatkan pesanan kami, Harlan menyarankan untuk duduk sebentar di Starbucks karena butuh wifi untuk kerjaannya yang tampak mendesak. Kami memilih untuk duduk di lantai dua. Dan ternyata untuk menaiki tangga, kami harus keluar melalui pintu belakang dan menemukan courtyard terbuka yang cantik, yang merupakan pemandangan yang nggak aku sangka. Cantik banget pula, dengan dinding bebatuan yang tersusun rapi di salah satu sisinya dan dinding putih dengan frame jendela dan pintu berwarna biru di sisi lainnya.

Di lantai dua, kami memililh duduk dekat jendela, agar bisa memandang Plaza de Armas yang dipenuhi manusia yang tampaknya sedang menikmati malam yang cerah bersama orang-orang terdekatnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
happenstanceWhere stories live. Discover now