wanderlust | part 1

18.3K 2.1K 216
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Cusco, Peru

Last night I dreamed I was baking cookies again.

Ketika terbangun, aku masih bisa mencium aromanya. Seperti terasa nyata. Seperti aku sedang berada di dapurku yang mungil dan bukannya sendirian di negara asing berjarak sepuluh ribu kilometer dari apartemenku, dipisahkan Samudera Atlantik dan dua puluh jam penerbangan.

Sambil mengusap wajah beberapa kali, aku bangkit dan melirik jam digital yang ada di nakas samping tempat tidur. Masih pukul enam pagi tapi aku sudah terbangun padahal semalam baru bisa tidur hampir dini hari. Rencana kegiatanku hari ini dimulai pada pukul sembilan, check-out dan menitipkan koper di hotel, lalu dijemput untuk pergi ke Ollantaytambo—kota kecil tempat aku akan naik kereta menuju Aguas Calientes, sebelum akhirnya menuju my ultimate destination: Machu Picchu.

Ponselku tiba-tiba bergetar dengan nama Ella terpampang di layar.

"Halo?"

"Buenas tardes, chica!"

"Buenas tardes, chica!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ini masih subuh."

"Lho, bukannya udah tengah hari, nih, di Barcelona?" Suara Ella terdengar bingung.

"Kan aku di Cusco, Ells." Ujarku mengingatkan. Gimana, sih, nih anak. Perasaan kemarin sudah ngirimin pesan 'safe flight' ketika aku memberitahu akan terbang dari Lima ke Cusco kemarin siang.

happenstanceWhere stories live. Discover now