"A-abang..." Gadis itu menatap polos pria yang berstatus kakak laki-lakinya itu.

Usman Nur Zaman, itu namanya. Usman berjalan cepat menghampiri adiknya itu. Ia bersimpuh di depan adik kecilnya yang tengah duduk berdua dengan orang asing, menurutnya. "Abang sudah sering bilang ke kamu, jangan pernah asal berbicara dengan orang asing."

Remaja yang tadinya menolong Angel pun merasa tersinggung. "Gue cuman nolongin adik lo, nggak lebih."

"Gadis manis, banyak orang jahat. Jangan suka pergi sendirian, ya? Aku pergi dulu." Remaja itu berdiri dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

Angeline mengangguk. "Terima kasih, Kakak baik!"

Mumtaz mengangguk dan segera menjauh dari keduanya.

Pria itu memegang dadanya, terasa debaran yang cukup kencang tatkala menatap manik mata cantik milik gadis kecil tadi.

"Gue jatuh cinta?"

***

"Gue... Gue takut ketahuan Mumtaz, Chris..."

"Ada gue, Andini. Gue bakalan selalu melindungi lo."

BRAK!

Mumtaz mendobrak pintu tua yang menjadi sekat antara roof top dan gudang tua sekolah.

"Mumtaz..." Lirih Andini yang baru saja menginjak usia 17 tahun.

"Keren. Gue apresiasi hubungan kalian." Ujar Mumtaz yang akan segera menginjak usia 18 tahun.

Christo sedikit terkejut akan kedatangan sohibnya itu. Sohib? Mungkin tidak setelah dua bulan lalu Mumtaz membangun hubungan asmara dengan Andini, sang pujaan hatinya.

"Beb, ini... Ini nggak seperti yang kamu pikirin, ini—"

"NGGAK SEPERTI YANG GUE PIKIRIN? BAHKAN GUE NGGAK PERNAH MIKIR KALAU KALIAN BAKAL SE-TEGA INI KE GUE, BANGSAT!"

"JAGA BICARA LO, MUMTAZ!" Christo mulai angkat bicara ketika Mumtaz mulai membentak Andini.

"Diam, Christo!" Sentak Andini dengan air matanya yang mengalir membasahi pipinya.

"Sayang, dengerin aku dulu... Aku... Aku nggak ada hubungan apa-apa sama—"

"NGGAK ADA HUBUNGAN APA-APA? LO SELINGKUH, BANGSAT!"

"Mulai sekarang, kita nggak ada hubungan apa-apa."

Mumtaz melangkahkan kakinya pergi, ia merasa enggan untuk menangis saat ini. Walaupun tidak bisa dipungkiri, hatinya begitu sakit mengetahui kekasihnya itu menjalin hubungan lain dengan Christo yang berstatus sahabatnya.

"MUMTAZ! DENGERIN AKU DULU!"

Andini hendak berlari mengejar langkah kaki Mumtaz, namun terhenti karena Christo menarik lengannya.

"Udah, Ni. Ada gue di sini." Christo memeluk Andini hangat.

"Hiks, hiks! Gue takut..." Kata Andini lirih.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now