ALRA 39✨

959 43 1
                                    

Menuju ending.....

Tandai kalau ada typo!

Happy Reading 🤓

_oOo_

"Gimana hasil nya,lulus kaga?" Tanya Revan kepada para sahabatnya

"Masa gua ga lulus sih!" Satria membanting handphone nya asal. Dia sangat kesal karena tidak Lulus SNMPTN.

"Gimana mau lulus,Lo nya aja gak pernah belajar" ujar Kevin dengan entengnya.

"Mulut Lo minta gua ulek jadi sambel hah?! Pedes banget kalau ngomong,mirip boncabe"

Kevin tak menghiraukan ucapan Satria, dia lebih memilih lanjut melakukan kegiatannya,tau lah pasti kebiasaan Kevin ketika kumpul sama sohibnya. Yaitu makan.

Saat ini anggota inti Graventos sedang berkumpul di warung tongkrongan mereka. Setelah lama mereka tidak berkumpul kembali karena ujian sekolah, akhirnya mereka memutuskan berkumpul dengan tujuan ingin mengikatkan tali silaturahmi.

Revan yang melihat Kevin yang tengah asik dengan makanannya tanpa menawarkan kepada yang lain,dia tersenyum licik saatnya menjalankan aksi sebagai pengganggu.

Revan mendekati Kevin dan duduk di sebelahnya, sedangkan sang empu tidak menyadari keberadaan Revan saat ini karena terlalu khusyuk dengan rutinitas nya.

Kini tangan Revan bergerak mengambil wadah yang berisi sambal hijau yang tepat berada di hadapan Kevin. Dengan iseng ia mencolek sambal itu menggunakan sendok lalu meletakkannya di dalam piring Kevin,yang kebetulan sang pemilik makanannya sedang teralihkan ke notifikasi ponselnya.

Elvano yang melihat Revan sedang usil kepada temannya hanya menggelengkan kepalanya,saat ini hatinya tidak karuan dan tidak tenang tentunya. Karena akhir-akhir ini pikirannya selalu tertuju kepada kondisi Claudia yang semakin hari semakin memburuk.

Seminggu lalu penyakit Claudia kambuh dan mengharuskannya untuk rawat inap di rumah sakit. Tak jarang pula Elvano menjenguk Claudia,untuk memberikan support dan dukungan lebih agar operasinya lancar dan bisa sembuh kembali.

Elvano sangat menyayangi Claudia dan juga Clarra. Dua gadis itu ibaratkan sebuah bunga dan matahari yang selalu membuat hidupnya bersinar dan berbunga. Dia bukan Maruk atau egois,tapi itu sudah ketentuan hatinya.

Sedangkan di sisi lain, Alvaro menatap kosong ke arah pepohonan yang berada tidak jauh dari hadapannya. Dan Arga yang melihat sahabatnya sedang melamun sambil melihat ke arah pohon pisan itu langsung menghampiri Alvaro dan duduk di sebelahnya.

"Istighfar Al,jangan ngelamun takut gua kalo Lo ke rasukan setan penunggu pohon pisang itu"oceh Arga dan menepuk pundak Alvaro.

Alvaro yang mendengar ucapan Arga yang ngelantur itu langsung menatapnya dengan malas.

"Penakut"

Arga melotot tak percaya dengan jawaban Alvaro tadi,apa katanya penakut? Seorang Arga yang terkenal badboy dan tegas itu takut dengan setan? Oh tentu.....

Benar

Arga mengakui itu, terkadang ia sering panas dingin ketika melihat ralat baru mendengar suara ketawanya saja sudah mau pingsan rasanya.

Arga terkekeh "haha enak aja Lo,ya meskipun itu bener si, tapi bisa kan ga usah go publik juga malu entar kalau sampai Safira tau tentang diri gua yang penakut" kesalnya.

Alvaro tidak menjawab dia terlalu larut dengan pikirannya sekarang. Apa yang akan ia katakan kepada gadisnya ketika dia akan melanjutkan kuliahnya di luar negri,dan tentu saja itu bukan keinginannya melainkan keinginan ayahnya.

ALRA (End)Where stories live. Discover now