Extra Part 8

12.4K 1K 7
                                    

.
.

"Pi, Nizam siang ini mau kerumah Grandma" Nizam membuka suara ketika mereka sarapan pagi itu

"Boleh, mau ngapain?"

Nizam terdiam sesaat, dia tidak mungkin berkata bahwa dia sedang tidak enak berada dirumah dengan Tara yang semakin hari semakin dingin padanya.

Tersenyum lembut, Nizam menatap Gavin yang masih menaruh perhatian penuh padanya "Grandpa katanya kangen pengen main catur bareng Nizam lagi"

"Kan ada Arsen juga disana"

"Arsen kan sibuk Pi, sering bolak balik kerja kelompok"

Mengangguk paham, Gavin kembali pada sarapannya. Hanna malah jadi gelisah, ini adalah pertanda bahwa Nizam mulai menjauh lagi. Sama seperti 3 tahun lalu, yang awalnya Nizam minta untuk menginap dirumah mertuanya sampai akhirnya membuat keputusan akan bersekolah di Amerika.

Dia melirik Tara yang tampak tenang-tenang saja. Hati Hanna sedikit tercubit melihat aura perang disekeliling Tara, putrinya itu sudah tidak bisa dibujuk lagi.

"Zam, lu mau nginep ga? Kalo lu nginep gua ikutan ye" Kata Agam tak lama kemudian.

Hanna sontak berpaling pada Agam lalu tanpa sengaja matanya bertubrukan pada El yang menatapnya tersenyum. Sepertinya bukan hanya dia yang mencemaskan Nizam.

Diam-diam Hanna tersenyum pada kepekaan Agam, dia akan mengandalkan Agam untuk hal ini.

Disisi lain, Tara mulai meremas garpunya. Dia bukan orang yang tidak peka, dia tau apa yang Maminya, El, dan Agam pikirkan. Dia mulai merasa seperti mereka pasti menyalahkannya karena dialah orang yang menyebabkan semua masalah ini.

"Cila, Cila uga mau ikut. Mau temu abang Acen" Cila mengangkat tangannya dengan antusias yang disambut cubitan gemas dari El yang duduk disampingnya

"Cila mau ikut?"

Cila mengangguk semangat

"Tapi nanti Kak Jessi sama Kak Ara ga ada temennya loh" Ucap Ghea mengusap bibir putrinya yang belepotan itu.

"Kak Eci ikut, Kak Ala ga ucah"

Tara langung memelototi bocah yang kini cemberut karena mendapat pelototan darinya.

"Kenapa?" tanya Gavin terkekeh, dia baru menyadari Tara itu semua orang di ajak bertengkar sampai bocah 3 tahun pun kesal padanya.

"Kak Ala jahat cama bang Ijam"

Ucapan polos Cila membuat suasana hening seketika, jika saja dia mengatakan itu jauh sebelum Tara melempar perang dingin pada mereka, itu mungkin akan sangat lucu apalagi Cila mengatakannya dengan bibir mengerucut.

Mereka menoleh pada Gavin yang tertawa.

"Kak Ara kan emang gitu, mulutnya banyak cabe" Canda Gavin yang sepertinya belum menyadari apapun.

Ghea bahkan menepuk jidatnya, kelakuan adiknya itu akan semakin memperpanjang masalah.

"Ra, mau abang ant—" Pertanyaan El terpotong ketika kursi Tara bergeser, gadis itu beranjak sambil membenarkan tasnya.

"Gausah Bang, Ara berangkat ya Mi" Saat melewati kursi Nizam, dia sengaja membenarkan tas dipunggungnya.

PRANGG

Nizam yang memang sedang minum langsung menjatuhkan gelasnya terkejut saat merasakan sikutan cukup kuat dibelakang kepalanya.

Hanna beranjak paling pertama untuk mengusap kepala Nizam sambil membantunya melepaskan almameternya yang basah.

Bu Guru, I Love You! ✔️Where stories live. Discover now