Extra Part 7

12.5K 1K 1
                                    

.
.

"YANG BELOM BAYAR UANG KAS, BAYAR SEKARANG, GAUSAH ALASAN GADA DUIT. BELI BAKSO 15 REBU BISA, BAYAR KAS 2 RIBU GABISA!"

Teriakan Tara membuat sekelasnya langsung membungkam, bahkan murid yang sedang makan didalam kelas itu pun nyaris tersedak oleh nada keras + menyindir itu.

"Ke kantin aja gayanya udah kek sultan, giliran di tagih uang kas pada mendadak jadi orang susah. Nanti susah beneran nangis"

"Sumpah gue pengen pindah kelas rasanya" Kata salah satu murid melirih

"Siapa suruh kelen nunjuk dia jadi bendahara, mampus kan lu semua" Sang ketua kelas tertawa keras melihat mereka menyerahkan uangnya dengan tampang ketakutan ketika Tara menghampiri meja mereka satu persatu disertai dengan sindiran-sindiran pedas

"HALO RAKYATKU, YOUR KINGS IN HERE"

Mendengar suara menyebalkan yang tak asing lagi, Tara yang sedang sibuk memaki teman cowoknya, menoleh dan melihat Agam masuk kelasnya bersama teman-temannya, satunya Tara kenal namanya Alvin satunya lagi dia tidak tau, sepertinya murid baru.

Berkacak pinggang, Tara melempar pelototan pada Agam yang datang-datang merusuh dikelasnya. Bukan hal yang baru lagi bagi mereka melihat Agam datang, bocah itu memang sering merusuh disini terutama untuk menganggu kembarnya, si gadis sensian dengan berjuta-juta cabe dimulutnya, Kitara Lavana.

"Hai Ra" Sapa Alvin ramah

Tara hanya tersenyum singkat

"Ngapain lo kesini, anak kelas sebelah dilarang masuk" sembur Tara dihadapan Agam

"Yaudah, padahal Bang El tadi nitip uang jajan lo di gua" Agam yang hendak pergi langsung terbatuk saat kerah belakangnya di tarik kuat oleh Tara membuatnya nyaris terjungkal

"BEGO! GUA KECEKEK" Agam berbalik berteriak pada Tara yang nyengir padanya.

Yang lainnya terbahak melihat interaksi dua saudara itu yang sudah sering kali terjadi. Sementara teman Agam yang satunya hanya memandang mereka tertarik, terutama pada Tara.

"Mana sini uangnya" Tangannya terjulur pada Agam.

Mendengus kesal, Agam memberikan selembar 50 ribu tak lupa juga kotak makan yang dititipkan Hanna padanya.

Tara merampasnya dengan angkuh kemudian tanpa sengaja tatapannya terkunci pada teman Agam yang tampak terang-terangan menatapnya.

"Apa lo liat-liat?!" Sentak Tara melotot membuat teman Agam itu mengerjap kaget

"Yaelah galak banget lu, padahal dulu pernah main bareng" Ucap Agam berdecak melihat kebiasaan Tara

"Hah?"

"Ini Sadega, anaknya Aunty Naura"

Tara melongo, untuk beberapa saat dia memperhatikan Sadega lebih teliti lagi sambil mengingat seorang bocah 10 tahun yang dulu sangat ia kenali, sekarang anak itu sudah seusia dirinya, tampan dan menawan.

"Dega?"

Sadega tersenyum, mengangguk.

"Oh" Tara berpaling malas, Sadega memang tampan tapi tentu saja belum bisa menyaingi ketampanan abang sulungnya, Elvaro.

Senyum Sadega luntur seketika saat melihat Tara tampak acuh, sementara Agam nyengir maaf pada Sadega.

"Udah sono keluar, ntar lagi guru masuk. Mau lo bertiga digantung sama Pak Santo?" kata Tara judes

"Oiya bre, kuy cabut. Dah Ara bau kaki" Agam menyempatkan diri menarik rambut Tara lalu melarikan diri.

"AGAM SETAN"

Bu Guru, I Love You! ✔️Where stories live. Discover now