🌧️14🌧️

15.1K 2K 72
                                    

"Aaaaa capek banget, badan kek remuk gituloh," ungkap Anya yang kini segera merenggangkan tubuh. Kakinya terasa sangat pegal dan sakit. Wanita itu kemudian menuju sofa yang ada di sudut ruangan hotel. "Lo enggak capek?"

Arlan yang kini tengah melepas jas dan dasi melirik kepada Anya. "Enggak, biasa aja."

"Berarti gue emang kurang gerak! Makannya pas dikasih kegiatan kayak gini langsung tepar. Pokoknya mulai sekarang, gue bertekad bakalan rutin olahraga." Anya mengembuskan napasnya lelah. "Galih kan yang ngantar Ibu balik ke rumah sakit? Duh, gimana ya, gue enggak enak ninggalin Ibu sehabis acara kayak gini, gue takut dia kecapekan."

Meski, Aina memang sudah pulang sedari beberapa jam yang lalu. Tapi Anya tetap merasa khawatir. Bagaimana lagi, Aina sedang sakit saat ini.

"Enggak apa-apa, Galih bakal stay di sana, kok. Nanti juga bakal dirawat sama beberapa orang saya. Buat jaga-jaga aja. Tapi saya harap, Ibu bisa terus sehat." Arlan mengambil handuk dan bajunya kemudian. "Saya mandi duluan."

"Sip, gue mau rebahan soalnya." Anya tak mempedulikan, ia memilih tidur di sofa empuk. Anya merasa sungkan bila harus tidur di kasur. Apalagi kini ada Arlan. Bisa jadi kan laki-laki itu khilaf karena melihat Anya yang cantik, seksi dan menarik tergeletak di kasur?

Anya bergidik, apa sih, yang ia pikirkan?

Menatap sekeliling sembari berbaring, Anya baru sadar, jika, kamar pengantin mereka sangat polos, bahkan tidak ada taburan bunga di tengah kasur sama sekali, seperti yang sering ia lihat di film.

Beberapa saat setelah istirahat dan merasa lebih baik, Anya pun membongkar koper. Mengeluarkan skincare dari sana. Ia membersihkan wajahnya dari make up kemudian, agak sedikit susah dan membuatnya harus menghabiskan berhelai-helai kapas lebih banyak karena make upnya tebal. Usai wajahnya polos, Anya pun menggerai dan menyisir rambut yang tadi ditata setengah terikat. Sepertinya ia memang harus keramas sore ini.

Karena Arlan masih belum keluar dari kamar mandi, padahal sudah cukup lama, Anya pun kembali merebahkan tubuhnya di sofa, masih mengenakan gaun pengantin, ia akan menggantinya nanti saat mandi. Hingga, saking lamanya Arlan mandi, Anya tak sadar bahwa ia tertidur dan bangun saat Magrib hampir menyambut.

Anya melirik Arlan yang sudah tenang, menyenderkan tubuh pada kepala ranjang menekuni tabletnya.

"KOK LO ENGGAK BANGUNIN GUE SIH!" protes Anya keras. Membuat Arlan menatapnya cuek.

"Saya pikir kamu bener-bener kecapekan, tidurnya pules. Jadi enggak saya bangunin."

"Ya abisnya lo yang dikamar mandi lama banget, gue jadi ketiduran kan."

Wanita dan seribu alasannya agar tidak di salahkan.

Arlan mengembuskan napas, menegakan duduknya kemudian. "Orang lain nyoba perhatian salah," gumamnya.

"Yaudah saya minta maaf. Lagian saya biasa berlama-lama dikamar mandi, orang saya lagi bersihin tubuh, enggak bisa asal-asalan dong."

"Ya tapi, gue nih, sebagai cewek aja enggak pernah mandi sejam lebih, lu sejam belum keluar-keluar apa enggak keriput itu kulit?" gerutu Anya sembari menuju ke arah kopernya, mengambil baju dan handuk.

"Itu sih, kamu. Kamu kan jorok, dekil, wajar aja kalau mandinya asal-asalan," jawab Arlan enteng.

"Udah, terserah lo aja, gue cap-eeeee." Lalu Anya tersandung koper Arlan, nyungsep, sekaligus berteriak keras-keras.

Arlan yang melihat itu hanya memejamkan mata, belum juga sehari jadi suami Anya, ia sudah prustasi. Melepaskan tablet, Arlan pun mendekati Anya, berjongkok di hadapan si gadis, yang tengah meringis memegangi pergelangan kaki.

A MARRIAGE PROPOSAL (END)Where stories live. Discover now