22

3.4K 334 312
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Awas sedikit panas...
Yang mau tobat baca rate m...mending gak usah baca part ini wkwkwk...

***

Khusina tersenyum melihat Apartemen milik anak dan menantunya tertata rapi. Wanita paru baya ini bisa langsung masuk ke dalam apartemen karena memang beliau tau kata sandi dari apartemen. Jelas, karena memang Khusina dan Minato yang membelikannya.

"Hinata...sayang," panggil Khusina. Malam ini ia datang ke tempat anak-anaknya bukan karena mampir atau sekedar lewat. Tapi ada sesuatu hal penting yang harus Khusina katakan pada mereka.

Khusina mengeryit saat tidak mendengar sahutan apapun, kemana mereka? Apa sidah tidur?

Khusina melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Beliau akan menuju kamar Hinata. Khusina tau jika anak dan menantunya berpisah kamar. Ya, karena hubungan yang belum bisa dikatakan saling menerima. Khusina tidak tau saja jika putra tunggalnya sudah menjadi budak cinta Hinata.

Khusina dengan santai berjalan menuju kamar Hinata, saat melewati kamar Naruto, telinganya mendengar suara desahan. Apa mungkin jika putranya itu membawa gadis lain? Sakura? Pikiran Khusina sudah kemana-mana. Apa mungkin selama ini Naruto membawa Sakura ke apartemen ini? Kalau iya, pasti Hinata akan sangat tersakiti.

Meremas dress yang ia kenakan. Khusina mengendap-ngendap mendekati pintu kamar Naruto yang tidak tertutup rapat.

"Guuhh, ssshh, sebentar lagi sayang..." Khusina tidak bodoh, putranya sedang melakukan hal enak didalam sana. Air mata Khusina mengalir, apa selama ini kelakuan Naruto seperti ini? Lalu kesakitan seperti apa yang dialami menantunya.

Khusina menutup mulutnya, menahan isakan yang akan keluar.

"Hinata......oohh,"

Khusina menegang, apa tadi dia tidak salah dengar? Putranya mendesahkan nama Hinata?

"Aaahhh," suara desahan seorang wanita masuk kedalam rungu Khusina.

Mengusap air matanya, Khusina berniat mendengarkan lebih serius lagi desahan-desahan dari dalam kamar Naruto.

"Tidak...kau dibawah saja Hime, uughhhh... Sebentar lagi,"

"Na-naru... Lebih cepat,"

"Ssshhh, baiklah..."

"Aah...ah..aahh...,"

Wajah Khusina memerah mendengar desahan dari dalam kamar Naruto. Kakinya berjalan cepat menuju kamar Hinata. Dibukanya kamar besar itu, dan kosong. Tidak ada Hinata didalam kamar.

Mungkinkah didalam sana itu Hinata?

Khusina memerah malu. Dasar anak muda ceroboh, mengapa tidak menutup pintu dengan rapat. Mengetahui jika anak dan menantunya sedang in the hoy, Khusina pun kembali ke lantai satu.

Dua jam berlalu, namun Khusina masih ragu untuk menghampiri keduanya. Sedangkan beliau sendiri sudah dikejar waktu. Akhirnya, Khusina memutuskan untuk menghampiri mereka.

Khusina berdiri tegak didepan pintu kamar Naruto yang terbuka sedikit, "Kalian sudah selesai? Keluarlah...! Ada hal penting yang harus Ibu katakan...!" Pekik Khusina.

Naruto dan Hinata yang baru selesai melakukan olahraga malam mereka pun terhenyak.

"Naru..." Hinata panik, apa ibu mertuanya memergoki dirinya dan sang suami sedang... Ah, Hinata malu sekali.

Naruto kaget, namun ia masih bisa mengendalikannya, "Sudah tak apa, toh kita sudah sah. Ibu sendiri yang menikahkan kita." Naruto beranjak, ia memakai boxernya lalu kaos. Hinata sendiri, ia masih takut untuk bertemu Khusina. Bukan takut, namun malu.

Ordinary LoveWhere stories live. Discover now