9

2K 322 160
                                    

Burung puyuh,
Burung ketut
Dimakan biawak...

Siapa tau lagu itu🤣🤣🤣
Aku lagi terngiang-ngiang lagu itu🤣🤣🤣

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Dua insan yang baru saja resmi menjadi suami istri ini tiba di Apartemen sang pria. Naruto masuk dengan santai, disusul Hinata yang mengekor dibelakangnya. Apartemen ini sangat besar dan mewah, bahkan ini lebih bagus dari rumahnya yang hampir rubuh. Namun, Hinata tidak yakin akan betah tinggal disini. Walau rumah peninggalan orang tuanya sudah reot namun ia sangat betah tinggal disana.

"Kamar kita ada dilantai atas," ujar Naruto, "Kau sebelah kanan, aku kiri," lanjut Naruto. Ah, Hinata kira mereka tidur di satu kamar yang sama.

Naruto dengan santai masuk kedalam kamarnya, sedangkan Hinata masih asik memindai Apartemen yang akan menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya selanjutnya. Kini Hinata berdiri di depan sebuah pintu berwarna putih gading, dibalik pintu itu nantilah tempat Hinata akan beristirahat dari lelahnya menghadapi hidup. Besok, ia sudah akan masuk sekolah seperti biasa. Tidak ada yang tau tentang pernikahannya kecuali Kakashi dan Tsunade. Khusina sengaja merahasiakan ini semua dari siapapun karena belum waktu yang tepat.

Hinata menekan kenop pintu pelan, membuka lebih lebar pintu putih gading itu. Pertama yang terlihat oleh Hinata adalah ranjang yang besar dengan seprei berwarna soft ungu. Kakinya melangkah masuk lebih dalam, tadi Ibu mertuanya mengatakan tidak perlu membawa baju karema semua baju Hinata sudah Khusina sediakan. Menuju walk in closed, disini Hinata cukup dibuat tercenung. Betapa tidak, baju untuk dirinya seorang sebanyak ini? Dan semua ini baru. Hinata sanksi jika bisa memakai pakaian ini semua. Tak hanya pakaian, tetapi sepatu, jam tangan, tas, dan lainnya. Disini semua lengkap tanpa Hinata minta. Dan sepertinya Khusina terobsesi memiliki seorang putri. Lihat saja, semua pakaian Hinata di dominasi warna cerah, dan bermotif feminim.

"Kalau seperti sudah sultan belum ya?" monolog Hinata. Setelah selesai mengagumi walk in closed barunya, Hinata beralih pada kamar mandi. Dibukanya pintu berbahan kayu jati dengan cat coklat mengkilap. Hinata ingin semaput rasanya ketika melihat isi dari kamar mandi pribadinya. Hinata mengira ini bukan kamar mandi melainkan kamar tidur. Bagaimana bisa di dalam kamar mandi terdapat televisi yang cukup besar dan lemari handuk yang tinggi berisikan handuk yang tertata rapi.

Kalau begini, aku bisa mandi satu hari penuh.

Tidak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi yang layaknya kamar tidur itu, Hinata keluar dan berbaring pada kasur empuknya. Ah, kasur ini sangat berbeda dengan futon miliknya. Hinata yakin ketika bangun tidur nanti punggungnya tidak akan sakit karena kasur ini sangat empuk dan nyaman.

"Tuhan, setelah kebahagiaan ini, aku takut akan ada musibah yang besar," ujar Hinata pada dirinya sendiri, "Tak aku pungkiri jika aku bahagia dengan pernikahan ini. Bukan tentang Naruto, namun tentang Nyonya Khusina, aku sangat nyaman berada didekatnya," lanjut Hinata lagi.

***

Pagi ini sekolah terasa seperti biasa, hanya saja kini yang berbeda adalah Hinata harus berjalan menuju sekolahnya. Ia tidak lagi memakai sepeda dan Hinata juga tidak lagi bekerja. Hinata diberikan misi oleh Khusina untuk menyaingi nilai Naruto. Tadinya, Hinata tidak yakin namun setelah diberi alasan yang kuat oleh Khusina akhirnya Hinata setuju.

"Kau juara umum ke dua, padahal kau kerja part time setiap harinya. Jika kau fokus pada pelajaranmu maka aku yakin jika kau mampu mengalahkan putraku," nasehat Khusina kemarin.

Dalam hatinya, Hinata membenarkan hal itu, karena selama ini, fokus dirinya terbagi menjadi dua, antar bekerja dan belajar. Jika Tuhan memberikan kesempatan Hinata untuk full fokus pada sekolahnya maka tidak menutup kemungkinan jika nilainya semester ini akan melampaui Naruto. Dan jalan menuju cita-citanya semakin mudah. Ah, terimakasih Tuhan.

Ordinary LoveWhere stories live. Discover now