11

2.1K 359 121
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Hinata sudah sadarkan diri, hal pertama yang ia lihat sat membuka mata adalah keberadaan Toneri. Bibir Hinata mengurva senyum manis pada Toneri meski susah, rasanya sakit apa bila tersenyum.

"Kau tidak jadi membolos?"

"Menurutmu?" Hinata terkekeh lirih, "Besok saja bolosnya," seloroh Hinata pada Toneri.

"Hinata aku minta maaf atas nama Shion,"

"Kau dan Shion sudah..." Toneri tersenyum, " Ya, aku dan dia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Aku sudah meminta Shion untuk meminta maaf padamu secara langsung, Hinata."

"Bagaimana kau dan Shion bisa menjadi sepasang kekasih?" untuk menjawab pertanyan Hinata itu, Toneri menceritakan semuanya pada Hinata.

"Woah... selamat Toneri-kun,"

Derap langkah yang mendekat membuat Hinata melirik ke arah pintu masuk ruangan kesehatan. Disana sudah ada Shion dan para sahabatnya. Menatap Hinata dengan rasa malu, Shion pada akhirnya menundukan kepalanya, " Hyuuga-san, maafkan atas semua kelakuanku padamu hari ini," ucap Shion dengan pelan. Hinata tersenyum, ia sama sekali tidak marah dengan perlakuan Shion padanya. Karena ia tau Shion hanya salah paham dan semua atas nama cinta. Tidak ada yang salah dengan cinta, hanya saja manusianya yang menjadi tempatnya salah.

"Jaga Toneri-kun untukku ya. Dia memang sedikit nakal tapi dia baik," ujar Hinata dengan melirik pada Toneri yang memasang wajah datarnya, melihat itu Hinata terkikik geli begitu pun dengan Shion. Hanya mereka berdua yang bisa melihat wajah teduh milik Toneri, ah tidak, Saraa juga sudah bisa melihat wajah teduh kakak tirinya. Shikamaru masuk tanpa izin ke dalam ruang kesehatan, diikuti Sai, Kiba, Sasuke dan Naruto. Mata bulan milik Hinata reflek memandang pada pria yang berstatus suaminya namun itu tidak lama, ia kembali memandang pada Toneri.

"Kau sudah baikan Hinata?" tanya Shikamaru.

"Sudah, terimakasih sudah bersedia menjengukku Tuan Nara," canda Hinata pada Shikamaru yang kini terkekeh.

"Maaf Nona Hyuuga, aku tidak membawa buah tangan,"

"Kejam sekali," sahut Hinata disertai dengan kekehan ringan. Safir itu terus memandangi Hinata tanpa sadar, Naruto merasakan hal aneh namun ia tidak tau apa nama dari rasa aneh yang ia rasakan saat ini.

Sasuke maju kedepan, sedikit lebih mendekat pada Hinata, "Untukmu," tangan pria emo itu menjulur pada Hinata. Tidak hanya Hinata yang terkejut namun semua orang di dalam ruangan itu pun terkejut ketika bungsu Uchiha ini menyodorkan sebuah coklat pada Hinata.

"Agar kau cepat membaik," ucap Sasuke pelan. Naruto melihat itu semua dengan datar, ia memilih untuk keluar dari ruang kesehatan. Sakura yang melihat Naruto keluar pun segera mengekori pria bersurai bak arunika itu.

"Naru, apa mungkin Sasuke menyukai Hyuuga?" tanya Sakura pada Naruto yang berdiri didekat pintu.

"Mungkin,"

"Wah, aku tidak menyangka jika Sasuke menyukai Hinata," celoteh Sakura dengan ceria. Tentu saja Sakura bahagia, sahabat mana yang tidak bahagia melihat sahabatnya sendiri memiliki orang yang disukai.

Tetiba saja ucapan Khusina tadi terngiang oleh Naruto, baginya Hinata tinggal bersamanya atau tidak, tidaklah ada pengaruhnya sama sekali.

***

"Aku menentang keputusanmu kali ini, Khusina. Jika mereka dipidah maka kapan mereka akan terbiasa dan saling mencintai?" Minato menentang keras keputusan Khusina kali ini, harusnya Khusina memikirkan dampaknya juga. Naruto dan Hinata menikah atas kemauan Khusina atau dengan kata lain mereka berdua menikah tanpa adanya rasa cinta. Khusina terdiam, dalam hatinya membenarkan ucapan sang suami. Akan tetapi ia takut jika Hinata terluka lagi, dirinya akan merasa sangat bersalah pada Hinata.

Ordinary LoveOn viuen les histories. Descobreix ara