6

2.1K 355 179
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Hinata menatap sedih rombongan peserta olimpiade sains yang akan berangkat hari ini.

"Harusnya, aku ada diantara mereka," lirih Hinata.

Mau bagaimana lagi, ia tidak akan kuat untuk tidak makan selama satu bulan. Dan bibi pemilik kedai bukanlah orang yang baik. Wanita gendut dan tua itu sangat kejam pada Hinata. Tega, selalu memotong uang gajinya jika ia melakukan kesalahan atau datang terlambat.

"Tak apa, Tuhan adil. Suatu saat aku akan mengikuti olimpiade tingkat international juga. One day,"

Sudah beberapa hari ini, sekolah terasa sangat tenang. Mungkin karena pangeran sekolah mereka sedang berjuang menyabet gelar juara di olimpiade sains. Para siswa dan siswi lebih sibuk menatap layar ponsel mereka ketimbang harus mendengarkan pelajaran. Pasalnya, olimpiade sains itu diadakan secara live maka dari itu banyak siswa yang ingin melihat Naruto menjawab pertanyaan dengan keren. Karena mereka tau, se-pintar apa Naruto.

Teriakan menggema diseluruh sudut sekolah saat Naruto menjawab soal terakhir sekaligus soal penentu kemenangan mereka. Ya, sekolah mereka berhasil menyabet juara satu olimpiade sains nasional kali ini. Sorak riuh masih terdengar membisingkan telinga. Hinata turut senang juga namun tidak terlalu mengapresiasi dengan teriakan heboh layaknya siswa lainnya. Hinata hanya tersenyum menatap gawai pintarnya yang menampilkan wajah perwakilan sekolah mereka.

"Kalian hebat," ucap Hinata tulus.

***

Para anak orang kaya menyelenggarakan pesta mewah disebuah cafe guna merayakan kemenangan perwakilan sekolah mereka. Mereka disana bersorak dan berebut mengucapkan selamat pada Naruto, Shikamaru dan Sakura. Meski harus berdesak-desakan tapi mereka tak patah arang.

Naruto duduk berdampingan dengan Sakura dan Sasuke. Pria bermata safir itu memasang wajah datar namun tidak terlihat menyeramkan. Mungkin karena ada Sakura.

"Selamat Dobe, Sakura," ucap Sasuke pada kedua sahabatnya.

"Selamat jidat...!" Ucap Ino dengan hebohnya pada sahabat merah mudanya itu.

"Wah, aku penasaran, bagaimana kalau kau dan Naruto menikah nanti. Pasti anak kalian akan super-super jenius...!" Puji Ino. Sakura merona dengan pujian dari sahabat pirangnya.

"Hei... Kau berlebihan," respon Sakura dengan menunduk malu dan juga tangannya menyampirkan anak rambutnya kebelakang telinganya.

Sasuke mendengar itu pun menyenderkan dirinya pada kepala sofa sembari memejamkan matanya. Hatinya selalu tidak baik-baik saja jika mengenai Sakura dan Naruto. Shit, rasanya ia ingin menangis tapi tak mampu.

Lain dengan para siswa kaya ini, Hinata kewalahan dengan pesta yang diadakan oleh siswa dari sekolahnya. Tadi ia menerima tawaran job untuk menjadi pelayan di cafe karena acara yang mendadak, pihak cafe tidak bisa menghandle semuanya. Jadilah, mereka membukan lowongan kerja part time satu hari.

Hinata menaruh minuman di meja Naruto dan kawan-kawan. Shikamaru yang melihat Hinata segera mencekal pergelangan tangan Hinata.

"Kau tidak ingin mengucapkan selamat untuk kami?" Sindir Shikamaru pada Hinata. Sakura dan yang lainnya kini mengalihkan pandangan mereka pada Hinata. Bukan, tepatnya pada Shikamaru yang masih memegang tangan Hinata.

"Selamat untuk kalian," ucapan itu tulus dari Hinata. Shikamaru tersenyum lalu melepaskan cekalannya, "Harusnya kau ikut, aku yakin jika perolehan nilai kita akan semakin tinggi," ujar Shikamaru lagi.

Ordinary LoveWhere stories live. Discover now