14

2.5K 364 160
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Hinata termenung didalam kamarnya, didekat jendela yang menghantarkan angin malam dari luar. Kedua kakinya ia tekuk, tangannya memeluk lutut, dan kepala yang bersandar pada kusen jendela. Pikirannya melayang pada kejadian tadi sore antara dirinya dan Naruto. Apakah memang ia sudah melewati batasannya? Apa ia harus meninggalkan Naruto? Jika kalian berpikir Hinata menyalahkan Naruto maka jawabannya adalah tidak sepenuhnya. Hinata mungkin hanya menyalahkan Naruto sebesar lima persen dan sisanya adalah salahnya. Ya, bagi Hinata semua salahnya. Orang mana yang mau dijauhkan dari orang yang ia cintai, Hinata sudah egois untuk hal itu.

"Aku hanya cemburu saat suamiku selalu bergandengan tangan dengan gadis lain," lirih Hinata, "Tapi aku juga sadar, gadis yang selalu bergandengan tangan dengan suamiku adalah gadis yang dicintai suamiku. Lalu, aku harus bagaimana?" Tanya Hinata pada angin yang berhembus.

Meninggalkan Naruto? Tidak, ia tidak akan melakukan itu. Maka dari itu, hal yang harus Hinata lakukan adalah membuat Naruto yang pergi meninggalkannya dan juga membunuh rasa cintanya pada Naruto. Jika ia meninggalkan Naruto, pasti ibu mertuanya akan sangat bersedih jadi, biarkan anak kandungnya yang meninggalkannya.

Hinata beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju ruang keluarga. Hatinya risau, tidak mendapati tanda-tanda Naruto akan pulang. Meski hatinya sakit, namun agaknya rasa cinta Hinata pun sudah besar. Berjalan mondar mandir seorang diri di ruang keluarga, sesekali meremat jemarinya. Saat suara kunci terbuka jantung Hinata berpacu cepat. Pintu terbuka lebih lebar, memperlihatkan atensi Ayah mertuanya. Hinata yang tau jika Minato yang berkunjung pun segera mendekat dan membungkuk hormat.

Minato tersenyum ramah, "Kau gantilah pakaian, nak. Suamimu berada di Mansion, Ayah datang kesini untuk menjemputmu," ini hanya alasan Minato saja. Ia yakin sedang ada masalah antara putra dan menantunya. Terbukti dari Hinata yang sedang menunggu Naruto di ruang keluarga. Ia akan mengunci mereka di kamar Naruto agar mereka bisa menyelesaikan masalah diantara mereka berdua.

Hinata tanpa kata segera bergegas berganti baju menuruti perintah Ayah mertuanya. Membawa seperlunya pakaian, ia akan membolos besok. Minato mengelus pucuk kepala Hinata saat menantunya sudah berada didepan matanya.

"Tenang, Naruto baik-baik saja. Apa kalian ada masalah?" Hinata berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Sudah Ayah duga, baiklah kalian bisa selesaikan masalah kalian di Mansion. Sekalian bisa menemani Ibu yang selalu kesepian," tutur Minato.

Didalam perjalan menuju Mansion diisi dengan pujian dari Minato karena Hinata mampu mengalahkan nilai Naruto. Ini rekor bagi Hinata yang baru tau jika ia adalah orang pertama yang bisa mengalahkan Naruto dalam akademik. Dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di Mansion dengan Khusina yang sudah berdiri di teras depan. Wanita cantik ini tersenyum melihat menantunya datang ke Mansion meski harus dijemput dahulu dan juga ketika ada masalah dengan Naruto. Khusina memeluk erat Hinata, rasanya rindu sekali dengan menantunya yang cantik, lembut dan baik hati ini. Khusina mengabaikan Minato, menyadari hal itu Minato bersedekap dada. Khusina yang menyadari pun terkikik melihat wajah cemburu suaminya.

"Ini menantu kita, Minato,"

"Ya, aku tau. Memang siapa lagi yang bisa membuatku dilupakan olehmu kalau bukan menantu kita?" Khusina terkekeh mendengar keluhan jujur dari Minato. Hinata hanya tersenyum, ia tidak sabar ingin melihat keadaan Naruto.

"Masuklah, Ibu rasa kau sedang risau? Selesaikan masalah kalian, baru kali ini Ibu melihat Naru sampai kacau seperti itu. Kau memang selalu bisa membuat Naruto menjadi pribadi yang berbeda," tutur Khusina lembut sembari menggenggam tangan Hinata.

'Bukan aku yang membuatnya kacau, Bu. Tapi permintaanku menjauhi Sakura yang membuat anak Ibu hilang kendali'

Hinata mengangguk saja sebagai persetujuan. Khusina mengiringi Hinata menuju kamar Naruto karena memang Hinata belum mengetahui dimana kamar Naruto. Khusina memilih menaiki lift untuk menuju ke kamar Naruto.

Ordinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang