13

2.5K 342 144
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Hayooo, ini part M yah... Bukan hanya untuk adegan anu hehehe tapi untuk kekerasan juga... Jadi yang kurang nyaman bisa skip aja...

***

Suasana di apartemen hening, padahal ada dua penghuninya sedang saling berhadapan meski berbeda tempat duduk.

"Aku menang," sang gadis memulai pembicaraan. Naruto menatap Hinata sinis, "Jika kau memang lelaki, penuhi semua permintaanku sesuai dengan kesepakatan,"

Naruto tersenyum culas, "Kau mencintaiku? Hingga kau meminta hal sampah macam itu?"

"Sampah? Aku meminta suamiku sendiri untuk menjauhi selingkuhannya. Sampahnya dimana?" Tanya Hinata dengan tenang.

"Suami ya?" Ujar Naruto dengan suara berat pada Hinata. Tubuh jangkung itu berdiri lalu melangkah mendekat pada Hinata. Gelisah, itulah yang kini dialami oleh Hinata. Ia takut jika Naruto melakukan sesuatu yang buruk. Namun sebisa mungkin Hinata menekan rasa gelisahnya serendah mungkin.

"Kau menganggap pernikahan ini sungguhan?" Tanya Naruto yang kini sudah berada didepan Hinata dengan posisi bungkuk. Jemari panjang Naruto mengapit dagu Hinata, "Tentu saja, pernikahan bukanlah hal sepele. Ini suci, dihadapan Tuhan," bela Hinata sekuat tenaga saat tatapan Naruto semakin dalam menghunusnya. Naruto kembali pada posisi tegak sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Tanpa Hinata tau, tangan Naruto mengepal didalam saku celananya. Naruto geram, ia benci pada Hinata yang meminta dia untuk menjauhi Sakura.

Manik Hinata membola saat tangan Naruto dengan cepat menekan lehernya, "Na-nami-kaze," jelas Hinata kesulitan bicara. Tangan Naruto mencekik lehernya erat.

"Kau siapa hah! Memintaku menjauhi Sakura?!" Hinata terbatuk, wajahnya memerah, air mata mengalir dengan sendirinya, nafasnya sudah satu-satu. Ia tidak pernah menyangka jika Naruto sebengis ini. Hinata mampu melihat kilatan amarah dalam pancaran safir Naruto.

"Kalau begitu, aku akan melakukan hal yang seharusnya suami lakukan,"

Dengan cepat ia menarik tubuh Hinata kedalam dekapannya. Bukan, bukan untuk dipeluk dalam kenyamanan. Namun dekapan ini sangat menyesakan bagi Hinata. Naruto dengan kasar menyatukan bibirnya dengan bibir Hinata. Meghisap, mengemut, menggigit bibir ranum Hinata sesuka hatinya tanpa peduli dengan rontaan Hinata yang disertai rintihan. Bibir yang tadinya mulus serta cantik untuk dilihat kini mengeluarkan darah segar akibat gigitan Naruto.

Naruto menjatuhkan tubuh mereka pada sofa, dengan Naruto berada diatas tubuh Hinata, tangan kirinya mencekal kedua tangan Hinata yang memukulinya.

"KAU GILA...!"

"YA AKU GILA...! KAU BARU TAU?"

Tanpa mengurangi apapun, Naruto terus menjalankan aksi bejatnya. Didalam pikirannya saat ini, ia akan membuat Hinata menjauh darinya dengan cara ini, bukan Sakura yang akan ia jauhi namun Hinata. Gadis aneh yang menyandang gelar sebagai istrinya. Gadis asing yang membuat dirinya tidak lagi menjadi lelaki bebas memuja Sakura.

Naruto meraba tubuh Hinata, "Hikss, jangan," tangisan pilu Hinata menghiasi perbuatan bejat Naruto. Memperkosa istirnya. Tidak bisa dikatakan memperkosa juga, karena memang yang sedang berada dibawahnya adalah istrinya sendiri. Mungkin lebih tepatnya, kekerasan atau pemaksaan. Entahlah.

"Wow, ternyata milikmu boleh juga," senyum iblis Naruto berikan pada Hinata saat atensinya penuh pada dada Hinata yang sukses ia buka dari peindungnya.

"Jangan, aku mohon jangan," pinta Hinata namun agaknya Naruto tuli akan hal itu.

Naruto seperti sudah dirasuki setan, ia menjamah kasar tubuh Hinata. Bermain kasar pada puting Hinata hingga berwarna merah tak lupa meremas sekuat yang Naruto mampu. Serta membuat banyak tanda kemerahan disepanjang tubuh Hinata.

Ordinary LoveWhere stories live. Discover now