4

2K 349 51
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Malam ini bintang begitu banyak menghiasi langit. Kerlap kerlip yang membuat langit semakin menjadi lebih indah. Sekumpulan anak remaja sedang berkumpul disalah satu club malam yang terkenal di Konoha. Mereka bisa bebas keluar masuk dengan leluasa karena akses dari orang tua mereka.  Ino dengan rok pendek serta tanktop yang membalut tubuhnya sedang berlenggak lenggok di lantai dansa, mengikuti hentakan musik yang mengalun keras sampai membuat jantung pun bertalu berisik. Sakura duduk di kursi bersama dengan Sasuke. Menunggu seseorang yang menjadi pujaan hatinya. Sedangkan Sasuke hanya sesekali melirik Sakura yang gelisah menunggu kehadiran Naruto sembari fokus dengan ponsel pintarnya.

"Dimana Naruto sih?" Gerutu Sakura pelan tapi masih bisa didengar oleh Sasuke. Gadis pink itu mengeluarkan ponsel pintarnya dari tas branded yang berada disampingnya untuk menghubungi Naruto. Namun belum sampai jemarinya men-dial nomer Naruto, sosok yang ia tunggu muncul dengan tampilan yang menawan. Baju casual yang dikenakan Naruto menambah kesan cool pada diri Naruto. Celana levis hitam, dibalut kaos putih lumayan ketat serta kemeja kotak-kotak yang dibiarkan terbuka menambah ketampanan seorang Namikaze Naruto.

"Lama sekali," manja Sakura pada Naruto. Lelaki yang beranjak dewasa itu pun hanya mengusak pucuk kepala Sakura pelan. Sasuke yang melihat itu jelas cemburu namun kembali lagi, Sakura bukanlah siapa-siapa baginya dan rasa cemburu ini salah. Sasuke kini lebih memfokuskan dirinya pada game yang sedang ia mainkan. Naruto melirik pada Sasuke, ia selalu kalah dalam hal kecepatan waktu oleh Sasuke. Pria itu tidak akan membiarkan Sakura pergi seorang diri atau menunggu seorang diri. Naruto diam-diam menghela nafasnya lirih. Malam ini rencananya ia akan mengungkapkan perasaannya pada Sakura tapi melihat Sasuke saat ini, dirinya akan mengurungkan niatnya. Lebih baik memikirkan lagi keputusan ini.

Safir biru miliknya memandangi sosok Sakura yang kini tengah menari bersama Ino dilantai dansa. Perjuangan untuk bersama Sakura tidak akan mudah. Keluarganya memang dekat dengan keluarga Sakura tapi Ibunya, Namikaze Khusina pernah berpesan carilah pasangan hidup yang dipilih hatimu. Karena saat hati mu memilih, maka percayalah itu akan baik untuk kedepannya namun terkadang hati juga bisa terbohongi, jadi apa yang harus dilakukan? Percaya pada Nurani mu itu lebih baik. Khusina bukan tidak menyukai Sakura beliau hanya menasehati anaknya saja.

Kiba mendaratkan bokongnya disamping Naruto yang masih asik memandangi Sakura yang menari mengikuti alunan musik.

"Naruto, minum ini," tangan milik Kiba mengulur pada Naruto, menyerahkan sebotol minuman anggur yang tidak main-main harganya.

"Tidak, aku tidak minum anggur," tolak Naruto.

"Ayolah, sedikit saja. Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli ini,"

"Masa bodo," tanggapan Naruto membuat Kiba berdecak. Pria penyuka anjing itu dengan kesal meletakkan anggur yang ia beli diatas meja. Sasuke hanya melirik saja.

Kini meja yang tadi sempat kosong sudah kembali terisi penuh, karena semua yang menari dilantai dansa sudah kembali ke tempat. Sakura mengambil posisi diantara Sasuke dan Naruto. Shion disamping Kiba, Ino disamping Sai yang baru saja tiba.

"Waahhh, anggur siapa ini?" Tanya Shion dengan mata yang berbinar. Wine dengan merek Penfolds Grange Harmitage ini adalah salah satu wine termahal didunia, harganya mencapai 38. 420 dollar AS. Tentu saja membuat Shion kesenangan bukan main. Membuka tutup botol wine dengan hati-hati meski sebenarnya ia sudah tidak sabar untuk meminum anggur yang mahal ini. Menuangkan anggur digelas miliknya tanpa peduli dengan tatapan Kiba yang mematikan. Jari lentik itu memutar pelan sembari menatap takjub pada gelas beling berisikan anggur. Dengan pelan Shion memasukan cairan merah itu ke dalam mulutnya.

"Aaahh, enak sekali," ujar Shion dengan binar bahagia.

"Tentu saja... Ini anggur mahal...!" Sewot Kiba dengan meraih botol wine dari depan Shion.

"Pelit, dasar anjing." Kiba hanya melotot garang pada Shion yang masih memegang gelas berisikan anggur. Sakura yang baru kembali dari lantai dansa pun penasaran dengan rasa anggur yang dibeli Kiba, ia mengambil gelas kosong, menjulurkan tangannya pada Kiba guna meminta anggur. Dengan senang hati Kiba menuangkan anggur ke dalam gelas milik Sakura.

"Enak..." Ucap Sakura setelah anggur itu melewati tenggorokannya dengan mulus. Naruto tidak ambil pusing dengan Sakura yang meminum anggur itu. Sasuke berdiri, ia mendapatkan amanat dari sang Ibu untuk membelikan roti kesukaan sang Ibu ditempat langganan mereka.

"Saskey... Mau kemana?" Tanya Shion yang melihat Sasuke berdiri. Apa pria tampan ini cemburu dengan Sakura dan Naruto?

"Saskey?" Beo Sasuke heran, "Sasuke okey... Disingkat Saskey," jawab Shion yang mengundang gelak tawa dari semua teman mereka. Sasuke tidak ambil pusing, lelaki itu segera berjalan menjauh.

***

"Bibi, semua sudah aku bereskan. Aku pulang dulu ya," pamit Hinata pada Bibi pemilik kedai yang sedang duduk sambil menatap layar datar didepannya.

"Ya, besok jangan telat!" Seru Bibi pemilik warung lagi dengan suara keras, padahal Hinata tidak berada jauh dari Bibi itu.

"Ya, Bibi." Hinata keluar dari kedai menuju sepedanya. Ia harus segera pulang, badannya cukup lelah hari ini. Ditengah perjalan pulang, ia melihat Sasuke yang sedang berdiri didepan mobil pria itu. Matanya fokus pada kue yang berserakan dijalan aspal. Hinata mendekat, siapa tau saja teman satu sekolahnya itu membutuhkan bantuan.

"Uchiha-san," panggil Hinata dengan pelan. Sejujurnya ia takut, namun ia juga tidak bisa abai ketika melihat teman satu sekolahnya terlihat kesusahan. Sasuke menoleh pada Hinata yang berdiri sembari menuntun sepedanya. Mata hitam itu membalas tatapan Hinata.

"Ada yang bisa aku bantu? Kelihatannya kue mu jatuh,"

"..."

Hinata melihat kearah toko kue, disana masih banyak yang antri.

"Ah, kau menjatuhkannya dan sekarang malas untuk mengantri lagi, begitu?" Sasuke mengangguk saja, karena memang itulah kenyataannya. Hinata pun ikut menganguk, "Biar aku antrikan yah." Hinata berjalan sedikit menjauh dari Sasuke untuk memarkirkan sepedanya. Lalu gadis itu mendekati Sasuke, "Mau kue apa?"

"Cheese cake spesial,"

Anggukan kepala Hinata berikan pada Sasuke pertanda ia mengerti. Pasti remaja laki-laki macam Sasuke akan sangat malas jika disuruh mengantri, "Baiklah, biar aku antrikan. Tetap kau yang bayar,"

Sasuke hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dua puluh menit berlalu namun antrian masih panjang. Hinata masih setia mengantri, sedang Sasuke bersandar pada mobilnya sembari mengamati Hinata. Ketika hampir bagian Hinata, Sasuke berjalan mendekat kearah toko, masuk dengan santainya dan tak lama keluar dengan menenteng sebuah totebag bernamakan nama toko kue ini. Tanpa menoleh pada Hinata yang masih mengantri, Sasuke dengan santainya masuk kedalam mobil dan melajukan kendaraannya itu. Hinata tentu saja menganga, sedari tadi ia berdiri dibarisan yang panjang untuk apa kalau Sasuke dengan mudah menerobos barisan. Ah, Hinata lupa kalau Sasuke termasuk salah satu dari keluarga yang berpengaruh di Tokyo. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu untuk apa dia disini? Hinata akhirnya keluar barisan. Dari sini ia sadar jika semua niat baik belum tentu akan disambut baik juga. Yang terpenting adalah niat kita.

Menaiki sepedanya lagi, Hinata tidak pernah mengeluh dengan keadaannya yang seperti ini. Baginya, selama masih bisa berusaha maka teruslah berusaha.

Didalam mobilnya Sasuke terdiam melihat Hinata yang berlalu dari toko kue dengan mengendarai sepedanya. Tanpa Sasuke sadari, bibirnya mengurva senyum tipis.

***

Update pagi...

Gak ada author note wkwkwk gak dibaca juga...

.
.
.
Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...

Ordinary LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora