21

3.2K 344 126
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Naruto menggeleng, bisa-bisanya hanya karena masalah sepele seperti itu Sakura marah besar. Safirnya melirik dada Hinata, jika boleh jujur memang milik istrinya sangat...ekhm.. wow... Dan benda itu kenyal dan juga sangat memanjakan mulutnya ketika ia menghisapnya. Naruto memukul kepalanya, mengapa ia jadi berpikiran kearah sana.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Hinata dengan mata memincing, "Dasar mesum," ujar Hinata dengan kesal. Naruto tertawa pelan, ia masih mengelus bekas cakaran Sakura dilengan Hinata dengan lembut.

"Habis mau bagaimana lagi, otakku selalu mengarah kesana setelah kau selesai bercerita,"

"Ck...!"

"Sakura marah saat kau bilang jika punyamu asli?" Tunjuk Naruto pada dada Hinata.

"Tidak usah ditunjuk juga...!" Geram Hinata yang menimbulkan kekehan daru Naruto.

"Shion baru saja membeli produk pembesar payudara dan dia menunjukkannya pada kami. Lalu Ino berkata lagi jika produk itu memang bagus dan manjur, lalu Saraa menyarankan Sakura untuk membeli juga agar dadanya sedikit lebih berisi," jelas Hinata, Naruto berusaha menekan tertawanya. Ini lucu, sungguh. Permasalahan seperti ini saja kaum wanita bisa sampai berkelahi.

"Dan tadi itu aku sebenarnya tidak berkelahi," lanjut Hinata, "Aku hanya marah ketika Sakura meremas dadaku tanpa izin lalu berkata dengan entengnya kalau ini silikon." Naruto sudah benar-benar tidak kuat menahan tawanya. Pria itu melepaskan tawanya ke udara.

"Hei...! Jangan tertawa kau...!" Sewot Hinata pada Naruto. Apa-apaan suaminya ini.

"Maaf, baiklah coba lanjutkan," ucap Naruto setelah meredakan sedikit tawanya. Wajah Hinata kesal, bibir itu mencebik maju membuat Naruto ingin sekali melumat benda kenyal nan basah itu. Manis bibir Hinata itu seperti madu, membuat dirinya sehat setelah menyesap madu dari sana.

"Lalu aku marah, punyaku asli tanpa silikon. Sakura tidak percaya, gadis pinky itu ingin meremas kembali dadaku. Ya...jelas aku menghindar dan dia marah karena aku menghindar. Dan yah, akhirnya kami berkelahi. Enak saja, memang dia fikir dadaku ini milik bersama, main remas-remas saja."

Naruto tertawa kencang sampai wajahnya memerah lalu tiba-tiba saja tawanya berhenti saat ingat jika ada Kakashi yang disana sejak tadi.

Apa Kakashi sensei sengaja? Sengaja menikmati kelakuan meremas murid-muridnya? Dasar orang tua mesum.

***

Sasuke membawa Sakura ke rooftop, ia mengobati luka Sakura. Mengapa tidak Naruto? Bukankah Naruto akan khawatir jika Sakura terluka? Jawabannya adalah Naruto memberi ruang bagi Sasuke untuk mendekati Sakura.

"Bersyukur dengan apa yang kau miliki Sakura," nasehat Sasuke ketika Sakura bercerita tentang kejadian tadi.

"Kau tidak tau rasanya Sasuke, harga diriku seperti diinjak-injak...!"

Sasuke diam, ia memilih mengobati luka Sakura dalam diam.

"Sudah,"

"Mengapa tak kau tolong pujaan hatimu itu?"

Itu kau Sakura.

"Ada Naruto disana,"

"Dasar jalang...!"

"Jaga ucapanmu Sakura,"

"Kenapa?

Sasuke memandang Sakura lekat lalu tak lama membuang nafas. Ia lebih memilih merapikan obat merah berserta kawan-kawannya.

Ordinary LoveWhere stories live. Discover now