Chapter 33

742 82 29
                                    

Bercerita sambil menikmati hidangan makan siang, apalagi bersama orang-orang yang begitu kita cintai. Meskipun begitu mendadak, tapi setidaknya ia bersyukur.

Nyonya oh tak kalah perhatian padanya, selalu menambahkan nasi, lauk dan sayur, perlakuannya seperti anak kandung sendiri, begitu pun tuan besar alias ayah sehun orang dengan wajah yang tak kalah datar dengan putranya terlihat sibuk membahas sesuatu yang lucu dengan ayahnya.

Sedangkan sehun, pria itu hanya diam saja, ibunya terlihat menyenggol lengan putranya sambil membisikkan sesuatu.

"Bagaimana dengan kado yang ibu minta, apa kau sudah membuatnya?" tanya ibunya.

"Belum," Jawab sehun.

"Aiish, dasar anak tak berguna kau cuti selama tiga hari tapi tidak bisa memanfaatkan keadaan, dasar payah," Bisikan ibunya pelan namun setengah mengomel.

"3 hari bukan waktu yang cukup untuk memperbaiki hubunganku dengannya ibu, apalagi masalah itu, ia masih belum bisa menerimanya," Jawab sehun.

"Ibu tahu, jangan terlalu lama menunggu nanti kau akan menyesal, lebih cepat lebih baik, ibu benar-benar ingin mengendong seorang cucu," Bisik ibunya diiringi dengan kekehan.

Nayeon tak tahu apa yang dibicarakan oleh ibu dan anak itu, tapi kenapa mata sehun terus menatapnya bahkan sesekali mengedipkan matanya terang-terangan.

"Ekhem," Tuan im mengambil alih semua orang yang ada dimeja ke arahnya.

"Jadi hubungan kalian berdua bagaimana, apa perlu bertunangan lagi?" Pembicaraan mulai serius.

"Tidak." Jawab Sehun.

"Langsung menikah lebih baik," Lanjut sehun membuat mata Nayeon terbelalak kaget dan mempelototi sehun.

"Itu tergantung keputusan kalian berdua, " Kata tuan im.

Semua mata tertuju pada Nayeon tapi mata sehun lebih mendominasi dan mengintimidasinya, mereka ingin mendengar jawaban Nayeon soal pernikahan.

"Ooo soal itu, hmhm ... " Nayeon kelihatan gugup ia juga menyentuh lehernya yang tidak kenapa-kenapa tanpa menyadari jika kegiatannya itu membuat hasil karya sehun kelihatan, kini yang dimeja tak fokus lagi dengan jawaban Nayeon tapi malah bercak kemerahan-merahan di lehernya.

Nyonya oh menatap sehun, seolah menemukan tersangka, tapi sehun malah mengangkat bahunya acuh.

"Sayang, lehermu kenapa? Apa alergi?" Kata nyonya im cemas.

Nayeon yang sadar langsung tergagap.

"Tidak ibu, ini hanya digigit serangga tadi malam, ya tadi malam," Bohong Nayeon. Nyonya im hanya mengangguk.

Sedangkan sehun sedang menahan tawa melihat Nayeon yang berbohong, dengan setengah takut.

"Kau tidur di mana sampai digigit serangga?" Tanya nyonya im.

"Itu... "

"Jangan berbohong lagi, maafkan aku bibi itu adalah hasil gigitanku, bukan gigitan serangga," Jawab sehun frontal yang membuat nyonya oh menampar paha sehun keras, sedangkan tuan oh tertunduk malu atas ucapan dan kelakuan putranya.

Sedangkan nyonya im dan suaminya juga canggung untuk bersikap apa. Tak mungkin mereka tak melakukan sesuatu kan, mereka tahukah gairah jiwa muda sedang di puncaknya.

"Sudah, sudah kita lupakan saja, mari kita lanjutkan makan," Kata Tuan im membangunkan suasana yang tengah canggung itu.

Setelah selesai acara makan, Nayeon terus mengelantung manja di lengan ayahnya.

HELLO MONSTER (End) Kde žijí příběhy. Začni objevovat