34. Pengorbanan sejati

14.5K 1.3K 17
                                    

•••

Dorr!

Suara tadi aku mendengar nya. Sepertinya ada di lantai bawah, apa aksi baku hantam sedang terjadi? Lalu siapa yang menjadi lawan dari pria tadi itu, aku sempat berfikir bagaimana bisa jika suamiku lah yang kesini. Atau mungkin saja Langit yang memberi tahu, atau memang sebelumnya Langit bersekongkol dengan mereka, atau,-

Aish, banyak sekali kata atau yang aku pikirkan. Aku bingung, apalagi sekarang aku lapar. Oh ayolah, aku ini ibu hamil yang harus selalu di beri nutrisi agar kondisi janinku tetap tumbuh sehat. Apa jika aku meminta makanan pada pria yang sudah aku ludahi tadi dia akan berbelas kasih? Semoga saja sih iya.

Lihat, dia tanpa aku undang datang sendiri, aku seperti pesulap yang tidak tahu arah jalan pulang. "Anda," kataku padanya.

Pria itu menunjuk dirinya sendiri.

"Iya memang anda. Siapa lagi yang bisa saya ajak bicara selain anda sendiri, jika memang saya makhluk hidup berkepribadian Indomie. Astaghfirullah, maksud saya indigo, pastinya saya akan meminta teman-teman setan saya untuk menakuti-nakuti semua orang di sini yang sudah mendekap saya."

"Apalagi tanpa di beri makan, mungkin mereka yang akan memakan kalian semua."

Eitss! untuk apa dia maju. "Memang fakta jika orang yang tidak makan sekalipun pasti berbicara melantur seperti kamu ini," kekeh pria itu akan mengacak rambutku yang masih belum tertutup hijab.

"Anda tahu itu fakta mengapa tidak membawa makanan juga!?"

"Oh aku tahu, otak anda itu kecil. Saya lebih beruntung masih ada otak sekecil ini di banding otak saya sendiri." Yah, aku memang ingin mengerjainya. Bisalah untuk menghibur diriku sendiri agar tidak merasa ketakukan berlebih.

"Bukan kecil tapi bod,-"

"Tar, pintar hehe," ringis ku mengalihkan pembicaraan ketika dia mengeluarkan pisaunya.

"Kamu duduk diam tanpa bicara di sini, jika kamu masih saja bicara aku bisa saja menutup mulut kamu dengan bangkai tikus," tukasnya membuat aku jijik ketika sudah membayangkan.

Biasa yang aku lihat ketika di bekap pasti hanya menggunakan kain ataupun lakban, bisa juga tali, tapi mengapa pria ini beda dari yang lain? Aku tahu perbedaan itu indah, tapi ini bukan indah lagi melainkan buruk rupa. Ya Allah, bodohnya Langit mencari masalah dengan pria psikopet seperti dia.

Jika saja aku bisa bernegosiasi agar di bekap dengan pria kaya namun masih lajang aku masih bisa terima, tapi ini aku tidak bisa di bayangkan. Ruangan ini saja sama sekali tidak memperlihatkan kesan mewah, sangat kolot. Memang pria itu dalam memilih tahanan untuk wanita seperti ku ini sama sekali sangat jorok dan minus.

"Saya bisa saja berhenti bicara asal kamu membawa makanan!" seru ku mendapat geraman tajam dari pria itu.

"Kamu jangan gila! Ada orang yang sedang menyusup untuk masuk, lagipula di sini tidak ada sama sekali orang yang berjualan makanan yang kamu minta."

Aku mendengus samar. "Bilang saja pelit."

"Kamu!"

Tanpa takut aku menatap juga matanya yang akan keluar itu, apa dia tidak takut jika hal itu bisa saja terjadi? Namun ada untungnya juga, dia pasti tidak bisa melihatku, dan tentunya aku bisa kabur dari tempat kotor ini.

Baru saja aku memprediksi yang aku pikirkan, pria itu malah maju mengacungkan pisau ke arah tubuhku. "Setop! Anda harus ingat kalau incaran anda itu Langit, bukan saya," ucapku mengingatkan.

"Saya ini hanya korban sebagai ancaman, masa seperti itu harus saya beri tahu sih!?"

"Ya."

Akhirnya pisau telah turun. Aku hanya menggembungkan pipiku kesal. Tanganku juga mulai sakit sekarang akibat tali yang mengikat sangat kencang. Lebih baik lagi aku berbicara pada janin mungilku saja sebagai interaksi.

Assalamualaikum Dede bayi, kamu di dalam baik-baik saja yah, Nak. Sebentar lagi super hero akan datang menyelamatkan bumi, kamu, dan Umma tentunya. Batinku seraya menatap perut ku yang saat ini sudah jauh menonjol.

Tadinya aku sudah mencoba berbicara dengannya untuk mengembalikan jilbab ku pun sama saja, tidak ada hasil. Yang hanya malah penutup kepala ku itu malah di bakar olehnya di depan mataku ini, dia manusia paling tidak memiliki adab lebih dari Langit. Mungkin juga pria itu tidak memiliki hati seperti manusia biasa, maksudku hatinya telah mati terkubur jauh di dalam sana.

"Aaaaakhh, aku sangat lapar!!"

Brakk!

Bertepatan aku berteriak kini pintu terdobrak dengan keempat orang laki-laki yang menatap ku begitu intens. Yah, yang pasti aku hanya menatap Gus Athar di antara mereka. Dia suamiku sangat berkeringat, menghasilkan perut sixpack nya itu terlihat sempurna. Untung saja di sini tidak ada wanita lagi selain diriku, jadi aku cukup bahagia karena tidak akan bisa berbagi.

Tapi berbeda lagi jika di antara kumpulan laki-laki itu ada yang gay, aku haru melototi mata mereka dengan tajam. Bertindak mengintimidasi malah membuat Gus Athar terkekeh gemas akan tingkah lakuku.

Aku menaikkan alis sebelah padanya, menaikkan dagu ku juga ingin tahu maksud apa dia terkekeh. Jangan sampai orang yang gay di sini melihat kekehan dari Gus Athar, tentunya akan menjadi semakin rumit. Masa aku harus bertengkar dengan lelaki untuk memperebutkan laki-laki yang sudah menjadi suamiku ini?

"Sudah aku bilang kamu jangan berteriak!" marah Ken memuncak dengan sedikit menancapkan pisaunya pada leherku.

Dalam hati aku sudah banyak sekali meminta perlindungan terhadap Allah SWT agar pria itu langsung di beri hidayah.

"Kamu!"

"Lo!"

Langit dan Gus Athar berteriak marah bersamaan sama juga seperti Ken. Melihat tatapan permusuhan di antara ketiganya membuat aku susah untuk sekedar berbicara sekarang.

"Turunkan pisau itu jika anak kamu satu-satunya ini tidak ingin terluka!" Gus Athar mengancam.

Astaghfirullahalazdim! Suamiku kalau seperti ini sama saja seperti pria itu. Bahkan lebih kejam terhadap anak kecil laki-laki yang terus saja menangis lirih. Aku rasa anak itu masih berumur 4 tahun.

"Aku tidak perduli! Dia hanyalah anak tidak berguna!"

"Awshh." Aku diam pun dia masih saja menggores leherku.

"Lihat Langit! Karena kau lah istri saya meninggal!" Ken menatap remeh keempat laki-laki yang salah satunya ialah Gus Athar.

"Sekarang giliran mu yang melihat langsung mayat orang yang kamu cintai ini," ucap Ken langsung menyemburkan tawanya.

Langit mengangguk kecil, bertepatan dengan itu dari atas yang orang-orang suruhan Langit yang sudah akan turun dari helikopter nya pun turun hingga kaca atas dalam gedung ini terpecah. Dia orang kepercayaan Langit yang sangat ahli dalam menyusup, hingga laki-laki dengan pakaian hitam itu menendang kepala Ken dari atas.

Namun sebelum Ken terjatuh dengan pisau yang sudah menusuk lehernya, dia melemparkan pisaunya asal pada keempat pria yang sudah Ken incar.

Langit tahu, dia dengan gerakan cepat menyingkirkan tubuh pria yang sudah menyakiti wanita tercintanya. Mengorbankan dirinya hingga dia yang tertusuk pisau di bagian dada sebelah kiri.

Dua orang terkapar dalam gedung ini. menyisahkan kepiluan dalam diriku melihat orang yang pernah aku sayangi rela mengorbankan dirinya untuk suamiku tercinta. Langitlah pahlawan sesungguhnya, sedangkan Gus Athar pahlawan menuju jalan surgaku.

•••

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now