21. Elusan sugus

15.9K 1.6K 6
                                    

•••

Aku, Nuha, dan Balqis masih berada di kamar. Rasanya sangat malas untuk mengikuti pelajaran, entah mengapa otak ku hanya memikirkan ucapan Gus Athar semalam. Tak henti-hentinya aku tersenyum lalu terdiam kembali, hal itu pula di anggap oleh kedua temanku bahwa aku sudah tak waras.

"Kamu ingin berapa anak?"

"Jika saya ingin 5 anak, apakah kamu setuju?"

Deret pertanyaan itu sangat susah untuk aku hilangkan dari isi kepalaku yang tidak ada apa-apanya. Bukan pertanyaan sulit namun lebih ke arah apakah aku bisa? Bayang-bayang ketika bunda menceritakan lahirnya diriku yang melalui operasi caesar itu membuat aku selalu berfikiran negatif.

"Apa Hazna nggak minum obat aja?" celetuk Balqis seraya tangannya menempel di dahi ku, yang dirasa Balqis suhu tubuku hangat.

Berubah khawatir, Nuha pun mendekat. Tadinya gadis berjilbab biru itu sedang menyiapkan alat tulis untuk mereka masuk ke dalam pelajaran kelas.

"Dari pagi senyam senyum, terus diam kaya lagi mikirin utang. Aqis jadi takut kalo Hazna ketempelan setan di sini." Balqis bergidik ngeri menjauh dariku.

Mendengar perkataan darinya, aku menatap Balqis tajam semakin membuat dia takut.

"Yaak, jangan rasuki Aqis juga," takut Balqis menutup wajahnya.

"Nanti kalo kalian sudah nikah, rencana ingin berapa anak?" tanyaku membuat kedua perempuan itu menatap ku penuh syok.

Nuha memegang bahuku, dia juga ikut mengecek suhu tubuhku penuh dengan wajah yang serius. Seperti meramal, mulut Nuha komat-kamit mengucapkan kalimat yang sama sekali aku dengan Balqis pun tak mengerti.

Apakah pertanyaan itu sangat langka? Pastinya mereka juga akan menikah, dan pertanyaan Gus Athar semalam aku butuh jawaban dari keduanya.

"Nuha, do'a macam apa itu?" Balqis ke sekian kalinya menyentuh tangan Nuha yang sayangnya gadis itu sedang berkonsentrasi. "Jika ingin meruqyah bukan begitu caranya, biar Aqis saja," kata Balqis mencoba menyingkirkan Nuha di depanku.

"Tidak, sepertinya jin yang ada di tubuh Hazna sangatlah aneh. Bukan dengan do'a ruqyah melainkan Hazna sudah kebelet ingin nikah," Nuha berbicara dengan raut wajah serius nya membuat Balqis menyemburkan tawa.

Selesai dengan tawanya, Balqis merangkul ku. Dia membisikkan sesuatu, "Hazna jangan mikirin nikah dulu, masih banyak pelajaran yang harus Hazna pelajari ketika menjadi santri."

"Emang kamu nikahnya sekitar umur berapa?" Nuha bertanya pada Balqis, sedangkan aku hanya menyimak.

"Aqis ingin seperti salah satu istri Rasulullah. Sayyidah Maimunah, yang menikah di umur ke 26 tahun," balas Balqis dengan senyum yang mengembang. "Beliau salah satu perempuan perawi hadis, ingin tahu hadis yang diriwayatkan oleh beliau nggak?"

Bersama aku dan Nuha mengangguk.

"Dari Kuraib; mantan hamba sahaya Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Aku mendengar Maimunah; istri Nabi saw. berkata, "Rasulullah saw. selalu berbaring bersamaku sedangkan aku haid, dan antara aku dan beliau memakai baju." (H.R. Muslim)

"Aaaaa," teriak histeris ku bersama Nuha.

"Begitu mulia Rasulullah memperlakukan istrinya, apalagi disaat Sayyidah Maimunah dalam keadaan haid. Kan biasanya para suami di zaman sekarang malah sukanya bikin kesel," ungkap ku dan Nuha pun menganggukkan kepalanya setuju akan perkataan ku.

Raut wajah Nuha yang tadinya setuju kini menatapku. "Memang Hazna pernah jadi istri?"

Kikuk, aku menggaruk pelipisku. "Bu-bukan sebagai istri, tapi lebih ke arah pacar. Dan itu dulu sebelum Hazna masuk ke pesantren."

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now