33. Hilangnya nyawa

14.5K 1.4K 27
                                    

•••

"Gue udah suruh anak-anak jaga di sekitar, memastikan kondisi di luar aman apa nggak."

"Dan ini demi Hazna, anggap aja damai sementara," pungkas Langit namun matanya masih fokus ke depan.

Ketiga lelaki itu masih memantau dari arah luar dimana didepannya ada gedung tua yang begitu kumuh. Lumut, dan tanaman liar lainnya sudah tumbuh di pinggir tembok-tembok gedung itu.

Ketika Gus Athar ingin gegabah masuk tanpa persiapan, Langit yang sudah tahu bagaimana orang itu akan menjebak pun mencegah Gus Athar. Langit berpola pikir dewasa di masa genting seperti ini, dia tak ingin wanita tercintanya sampai terluka.

Walau memang Langit tahu, dirinya juga sebagai penyebab luka terbesar bagi sang mantan pacar. Tapi tak memungkiri bahwa Langit masih begitu mencintainya.

"Kamu jangan lelet, istri saya di sana sedang berada dalam kondisi bahaya." Gus Athar mendesak untuk cepat masuk.

Raut penuh kekhawatiran terpatri dalam wajah dingin itu, di tambah sekarang tatapannya semakin menajam ketika Gus Athar melihat mobil mewah terparkir di depan gedung angker.

Lagi dan lagi ia di cegah, Sauqi menarik bahu Gus Athar agar mundur terlebih dahulu. Belum beberapa detik kemudian, kumpulan mobil-mobil yang lain ikut masuk ke dalam jalanan ini. Ternyata orang itu tak membawa dirinya seorang, mereka semua berbadan besar, dan bersenjata tajam.

Tiba-tiba Sauqi merasa pesimis untuk ikut maju. "Aih, saya tunggu kalian berdua di sini saja. Antisipasi kalo Hazna pinter sudah bisa kabur duluan," tutur Sauqi dengan nada begitu percaya.

"Jalan belakang aman, Ngit."

"Mereka udah pada bonyok, tinggal kalian bertiga masuk aja ke dalam. Di depan pintu masuk juga ada senjata api yang bisa lo gunain buat persiapan penyerangan," ucap dari arah telepon yang terhubung.

"Sementara beberapa anak mungkin akan ikut lo masuk," lanjutnya bicara.

"Thanks, Ji. Gue dan yang lainnya akan putar balik langsung ke arah hutan."

Tatapan tanya Gus Athar pada Sauqi dapat terbaca jelas oleh laki-laki itu, Sauqi mengangguk langsung bila dia benar-benar tidak ingin ikut masuk ke dalam gedung.

Alhasil hanya Langit dan Gus Athar lah yang berjalan putar balik menuju ke arah pintu belakang di mana kondisi itu berada dalam hutan yang lebat. Sauqi memantau di balik pohon menjulang tinggi, dia berlindung tanpa ingin ketahuan oleh orang-orang seperti mereka.

Benar saja, ketika sudah berada di depan pintu masuk belakang 4 orang laki-laki bertubuh besar itu sudah terjatuh tak berdaya. Dari belakang pun sekitar 3 orang dari kumpulan Langit keluar dari persembunyiannya, ternyata mereka yang mengalahkan keempat orang itu.

Tanpa basa-basi Langit maju terlebih dahulu, dia mendahului Gus Athar karena Langit tahu jikalau Gus Athar yang memimpin semua rencananya akan cepat di ketahui oleh para musuh. Apalagi baru saja 2 kali langkah, sudah muncul satu pria berseragam anti peluru mengintai sekitar. Beruntungnya Langit dan lainnya sudah bersembunyi di balik tembok kasar.

Salah satu orang kepercayaan Langit melihat orang itu lengah pun mendekap erat dengan sapu tangan yang sudah di beri obat bius, tak lupa orang itu di ikat sebelum kepalanya di pukul oleh balok kayu dengan ujungnya ada paku.

Dalam keadaan genting seperti ini rasanya Gus Athar tak perlu untuk berceramah, hanya saja hatinya merasa tak tega melihat darah orang itu mengalir dari kepala begitu deras.

Halalin Hazna, Gus! [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon