《BAB 11》

9 6 0
                                    

Puk!

Seseorang menepuk bahu gue, tapi gue cuma diam dan tetap jalan lurus menuju ruang kelas. Pagi ini, mood gue ancur banget. Nggak ada semangat buat sekolah dan lakuin hal-hal lainnya. Pagi ini, emang gue ngerasanya beda banget daripada pagi-pagi sebelumnya. Ini semua karena gue udah berlaku tolol kemarin. Gue akui, gue emang bener-bener tolol.

Puk! Puk!

Dua tepukan lagi mampir dibahu gue. Diikuti oleh seseorang yang berdiri mendekati gue. Gue masih natap lurus kedepan. Tanpa gue nolehpun gue tahu kalo dia adalah Rhea. Ketemu Rhea benerapa kali buat gue hapal sama wangi parfumnya, dan Rhea itu sering pake parfum cowok, jenis parfum CK One.

"Je, tumben lo gue gangguin nggak sewot?" tanya Rhea terheran tapi gue masih bungkam. Saat Rhea mau nepuk bahu gue lagi, tangannya langsung gue tepis. Gue jalan lagi tapi Rhea masih ngekor.

"Heh, sok banget lo. Ada masalah apa sih? Cerita sini sama gue. Gue kan sohib lo," ujarnya yang sudah berjalan disamping gue lagi. Denger dia ngomong gitu buat gue noleh ke arahnya. Masih dengan tatapan datar dan tajam gue maju satu langkah.

"Lo itu bukan sohib gue," bisik gue tajam kemudian berbalik dan lanjutin jalan lagi. Gue lihat mukanya Rhea tadi emang kelihatan kaget, tapi bodoamat, gue nggak urus. Gue lagi nggak mau debat ataupun diganggu. Yang gue harapain hari ini adalah pembelajaran selesai dan gue pulang.

"Heh, lo songong banget jadi cowok ya," omel Rhea dari arah belakang. Gue nggak bales ucapannya dan masih jalan dengan nggak bersemangat. "Woi, Jeo!"

"Selow aja, Rhea. Jeo lagi galau tuh, jadi nggak usah diganggu, entar malah ngamok loh," ucap Ojan tiba-tiba udah ada didepan gue. Ojan kelihatan lagi benerin rambutnya sesekali berkaca diponselnya. Setelahnya dia masukin ponselnya kedalam saku.

"Lah, Gozilla kayak dia yang kerjaaannya cuma diam dengan muka temboknya bisa ngamok?" tanya Rhea malah kelihatan bingung. Sontak Ojan tertawa ngakak, dirinya masih berhadapan dengan Rhea tapi tetap berjalan mundur disamping gue.

"Ya bisalah. Jeo kan juga manusia, punya emosi. Bukan cuma raga kaku doang."

"Gue kira, Jeo lagi nggak naksir cewek."

Gue juga manusia ya! Tentu gue juga punya rasa dan hasrat kepada cewek.

"Weits, jangan salah. Jeo itu udah cinta mati sama satu cewek. Eh bentar-bentar, kenapa nada lo kayak sedih gitu? Lo suka sama Jeo ya? Wah keren sih kalo lo berdua jadian. Bakal jadi the couple of badas."

Ngawur ya ini bocah. Mau gue hajar tapi males buat tubir sama Ojan.

"Hah? Siapa juga yang naksir Gozilla. Enggaklah, nggak mungkin. Udah ah, gue mau balik ke kelas dulu."

"Hati-hati, Rhea."

"Eh, btw, cewek yang Jeo taksir itu---"

"Cewek pindahan kemarin," potong Ojan cepat.

"Ooh. Good luck, Je."

"Lo salah, Rhea. Apa yang lo ucapin itu terdengar kayak pemberi harapan palsu. Seharusnya lo bilang, lo harus sadar diri, Je."

Bugh!

Gue langsung mukul lengannya Ojan yang udah ngomong ngawur tadi. Gue lempar tatapan tajam ke arahnya. "Mulut lo mau gue iket, hah?!"

"Heheh, peace Mas Je, peace," balas Ojan yang langsung nyengir lebar dengan jari telunjuk dan jari tengah yang teracung. Gue dengus keras, langsung lengos dan ninggalin Ojan juga Rhea.

"Btw, Rhea, good luck buat lo. Moga lo bisa bangkitin Jeo dari keterpurukan kisah cinta pertamanya hahaha...."

"OJAN! GUE GANTUNG JUGA LO DI POHON ENTAR!" amuk gue yang udah muak denger cuap-cuap nggak faedahnya.

Damn! It's Fake Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang