《BAB 06》

15 6 0
                                    

Apa cewek itu sering menyendiri?

Itulah pertanyaan yang selalu melintas dibenak gue saat gue lihat seorang cewek berpakaian urakan, kancingnya terlepas dan memperlihatkan kaos hitam dibalik seragamnya, lengan seragam digulung, sepatu warna putih dan kalung bertali hitam yang melingkar dilehernya.

Dia Rhea, nama panjangnya adalah Rheandita Arushi Brigita. Cewek paling tomboi yang pernah gue temui. Rhea itu pendiam, cuek, suka menyendiri, tapi kalo ada seseorang yang berani usik dia, dia bakal berubah jadi cewek galak, emosian, dan jago berantem. 

Suatu hari, gue terlambat bangun. Dan tentu saja gue terlambat buat berangkat sekolah. Ditambah lagi gue harus ngebut ngayuh sepedanya biar cepet sampai di sekolah. Berhubung jarak dari rumah ke sekolah cuma dua kilometer, cukup buat gue bernapas sedikit lega, karena itu artinya rumah gue termasuk dekat.

Setelah bantuin bunda dan nganter barang sampai di kedai Drink Me, gue buru-buru pamit sama bunda dan langsung berangkat sekolah. Diperjalanan gue sempat ngelirik ke jam tangan. Cukup kaget saat lihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan yang artinya gue sudah terlambat setengah jam dan pasti nggak ada toleransi lagi. Maka dari itu gue ngebut dan milih jalan pintas yang sempit.

"Woi! Minggir!"

Gue kaget saat denger teriakan cewek  dari arah belakang. Bahkan belum sempat gue bernapas, seseorang nyerobot disamping gue yang mana jalan yang gue lalui itu sempit banget. Gue yang kaget buat sepeda gue nggak stabil dan oleng ke kiri dan berakhir lengan gue kegores tembok dijalan sempit itu.

"Anj---" Makian gue ketahan saat lihat luka gores yabg cukup panjang. Emang enggak perih, tapi kalo membekas pasti gue diintrogasi sama bunda. Takutnya, gue disangka berantem lagi. Gue mandang ke depan, ternyata emang benar cewek yang udah ngebut tadi. Dan gue cukup kesal saat sadar dia juga make seragam yang sama gue pake ini. Gue langsung kayuh sepeda gue lagi dan lanjutin perjalanan.

Lima menit setelahnya, gue udah sampai digerbang belakang sekolah. Tentu gerbang depan sudah ditutup dan dijaga sama Pak Antok, makanya saat ini gue ada diluar gerbang belakang. Setelah turun dari sepeda dan nyembunyiin sepeda gue dibalik pohon beringin, gue langsung jalan ke pagar pembatas yang tingginya dua setengah meter.

"Gue jebolin juga lama-lama, ini pager."

Gue rada emosi karena tingginya pagar itu yang cukup tinggi. Meskipun tinggi badan gue seratus delapan puluh delapan, tetep aja ini pagar bikin repot dan harus manjat tinggi-tinggi.

"Aarghh, tinggi amat!"

Gue celingak celinguk kesana kemari, nggak ada barang bantuan yang biasa dipake sama temen-temen yang terlambat. Biasanya bakal ada tangga dari bambu, tumpukan kardus yang sengaja diletakin disini dengan sebuah gerobok usang, atau bahkan akan ada tali tambang yang cukup besar buat dijadiin pegangan saat manjat. Tapi hari ini barang bantuan itu nggak ada satupun. Oh gue ingat, kemarin Pak Antok sempat ngasih siaran kalo barang-barang bantuan buat para siswa yang terlambat itu, disita olehnya. Gue dengus kesal, dan gue yakin hari ini memang hari sial gue.

"Udahlah, nekat manjat pohon. Ngorbanin kaki dah daripada ngorbanin harga diri."

Setelah memeriksa situasi sekitar dan mencermati beberapa posisi dahan pohon beringin yang sangat besar itu, gue langsung lempar tas hitam gue ke dalam gerbang. Setelah itu gue melakukan peregangan kaki dan tangan terus gue langsung manjat pohon itu.

Cukup sulit bagi gue, karena bentuk dahan yang beragam dan kaki gue yang teralas sepatu, buat gue harus beberapa kali berhenti dan mastiin pijakan kaki gue bener agar gue nggak kepleset dan jatuh. Dan setelah gue dekat dengan pagar, gue langsung pindah mijak di atas pagar tinggi itu. Mencoba menyeimbangkan diri biar nggak jatuh ke bawah. Gue periksa suasana sekitar. Aman, nggak ada orang disekitar gerbang. Setelah mantapin hati, gue langsung loncat turun dari atas pagar. Dan yeah, gue berhasil dan selamat sampai ditanah. Meskipun kaki gue rada nyeri, tapi nggak papa, yang penting gue nggak ketahuan. Saat gue baru aja berdiri dari posisi jongkok gue, gue langsung nerima pukulan dikepala bagian belakang.

Damn! It's Fake Love [SELESAI]Where stories live. Discover now