•43• Joule

Beginne am Anfang
                                    

Setelahnya mereka menggeleng bersamaan. Gak mungkin kita saudara, lagi, itu terucap bersamaan lagi di dalam hati mereka.

"Gue gak mau." Dizcha mengatakan itu hanya lewat gerakan bibirnya. Suaranya tidak terdengar oleh siapa pun.

Aina melirik Aira yang sedang bersedekap dada. Seharian ini adiknya itu terlihat aneh. Apalagi saat mengetahui fakta ini. Dari mimik wajahnya tidak terlihat kalau dia terkejut.

Aina justru berpikir kalau ini yang dimaksud Aira saat di chat. Apa mungkin Aira ingin memperlambat semuanya?

Dia menarik dan membawa Aira keluar dari rumah itu. Mereka duduk di kursi taman yang posisinya sedikit jauh dari pintu rumah.

"Lo udah tau semua ini, 'kan?" tanya Aina.

"Hm."

"Jadi, ini yang lo maksud di chat tadi?" tanya Aina lagi.

"Hm."

Aina berdecak. Benar dugaannya.

"Kenapa lo gak bilang ke gue, Ra?"

"Lo bodoh," cetus Aira sedikit tidak nyambung dengan pertanyaan Aina.

Aina mengusap kasar wajahnya. Ia memukul-mukul kepalanya sendiri, merutuki dirinya yang ternyata memang bodoh, benar seperti kata Aira barusan.

"Lo terlalu bodoh buat peka sama apa yang terjadi sebenarnya di lingkungan sekitar lo," sambung Aira.

Aira berdiri dan sedikit melangkah menjauh dari posisi Aina duduk. Bunga wattle emas di hadapannya mekar sempurna, indah.

Keindahan di depan matanya sangat kontras dengan suasana saat ini yang buruk.

"Lo tau sejak kapan?" tanya Aina mendongak.

"Bukan urusan lo."

Dari dalam masih terdengar keributan. Sesekali terdengar suara Gizca dan Dizcha saling bersahutan. Membantah apa yang baru saja mereka ketahui.

👑

Dizcha memposisikan dirinya menjadi tengkurap. Wajahnya yang sembab ia sembunyikan di bantal serta guling.

Isak tangisnya masih berhasil lolos. Ia masih tidak mempercayai ini.

Ponsel yang berdenting dan sesekali berdering tidak ia hiraukan. Membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja di atas nakas.

Ketukan pintu kamarnya tidak membuatnya bangkit. Dizcha hanya mengelap air yang masih berani membasahi pipinya lalu meraih ponsel di nakas.

Pintu kamarnya tidak dikunci, pasti orang itu akan masuk ke kamar sebentar lagi.

Dizcha pura-pura fokus dengan ponselnya. Sebenarnya wajah sembab serta merahnya bisa sebagai bukti kalau ia tengah berpura-pura. Tapi, semoga saja orang itu tidak menyadarinya.

Ia memilih untuk melihat dan mengetahui siapa pelaku ponselnya yang sedaritadi berbunyi tanpa henti.

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt