12. Pengakuan (1)

En başından başla
                                    

"Emh, Kak..." Angel menarik lengan suaminya ketika pria itu hendak berjalan lebih dulu darinya.

"T-tungguin Angel..." Gadis itu merapikan sejenak dress yang ia kenakan.

"Ayo." Gadis itu tersenyum ceria menatap sang suami yang tengah memperhatikannya. Tangannya bergerak memeluk erat lengan pria itu.

Mumtaz berjalan memasuki gedung melalui pintu besar yang sudah terbuka lebar, karpet merah melapisi lantai yang tengah ia injak melalui langkahnya.

"Kakak..." Angel semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh tegap suaminya, ia takut akan tatapan-tatapan para tamu lainnya. Tamu lainnya...? Memangnya Angel dan Mumtaz ini tamu? Atau... Tuan dan nyonya dari acara ini?

"I am here, Sweetie." Pria itu mencium sekilas pucuk kepala istrinya. Tangan kanannya yang dipeluk oleh sang istri, ia tarik dan bergerak memeluk pinggang istrinya posesif.

"Selamat malam dan selamat datang semuanya." Revan membuka acara setelah melihat sohibnya dan istri dari sohibnya itu duduk di kursi utama.

"Terima kasih yang sudah berkenan untuk hadir dalam acara anniversary dalam kurun waktu dua bulan pernikahan dari teman saya, Mumtaz, dengan istrinya."

"Silahkan untuk Tuan Danurwendha, apa ada yang ingin disampaikan?" Revan memberikan mic kepada sahabatnya itu.

"Terima kasih atas waktu yang diberikan. Terima kasih rekan-rekan saya yang sudah hadir di acara saya ini." Mumtaz mulai berbicara dengan tegas.

"Mungkin beberapa dari kalian, atau bahkan banyak dari kalian belum mengetahui bahwa saya sudah menikah."

"Dia Angeline Queenza. Atau bisa kalian panggil Angeline Mumtaz Danurwendha." Mumtaz tersenyum kecil ketika mengucapkan kalimatnya.

"Dia gadis kecil yang beruntung menjadi istri dari seorang Mumtaz Danurwendha. Dan saya juga seseorang yang beruntung bisa menjadi suami dari Nyonya Mumtaz Danurwendha."

PROK! PROK! PROK!

Suara tepuk tangan yang saling bersahutan itu terdengar sangat meriah.

Blush. Angel tersenyum malu, wajahnya memerah padam mendengarnya.

"Kamu ingin berbicara sesuatu, Sweetie?" Bisik Mumtaz sembari menyodorkan mic.

Angel menerima mic itu dan mulai berbicara. "Terima kasih untuk acara pada malam hari ini. Jujur, saya tidak tahu akan acara ini. Tapi, saya sangat bahagia. Jadi, sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak. Selamat malam semuanya."

Angel kembali memberikan mic di tangannya kepada sang suami. Telapak tangannya terasa sangat dingin sekarang. Ia tak pernah membayangkan akan bertemu rekan-rekan sang suami yang notabenenya adalah orang-orang kelas atas.

"BIASA AJA NGELIATINNYA, NGGAK BAKALAN DICULIK KOK!" Teriak salah satu tamu yang merupakan rekan bisnis dunia gelap Mumtaz.

Suara tawa mulai terdengar keras dari para tamu.

"Lo keren, Taz." Lirih salah satu tamu. Ia mengepalkan buku-buku jari tangannya erat, dentuman di dadanya terasa nyata tatkala melihat senyuman Angel. Sorot matanya tak mampu bohong kalau ia kecewa.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin