12. Pengakuan (1)

Start from the beginning
                                    

Gadis itu mulai mendongakkan kepalanya, matanya menatap ragu manik mata sang suami. Kakinya mulai berjinjit dan...

Cup.

Satu kecupan singkat mendarat di bibir tebal milik Mumtaz.

"Kurang lama, Baby..." Mumtaz memeluk pinggang istrinya, wajahnya ia dekatkan dengan wajah gugup istrinya.

Entahlah, hanya sebuah ciuman, kenapa harus takut.

"N-nanti keburu-mmppphh..." Tangan Angel mendorong pelan dada suaminya, pria itu menciumnya secara tiba-tiba.

Mumtaz menekan tengkuk Angel, memperdalam ciumannya, lidahnya mengabsen deretan gigi istrinya.

Drrtt... Drrttt...

"Sial."

Gentha Pradipna's calling...

"LO DI MANA ANJING? LAMA BANGET BANGSAT!"

****

Angel memandangi langit malam di sepanjang jalan, menatap taburan bintang yang menarik minatnya.

"Bintang..."

"Bintang Mumtaz Danurwendha..." Setelahnya, Angel tertawa kecil, tidak terpikirkan olehnya untuk menyebut nama suaminya.

Mumtaz melirik istrinya tatkala mendengar suara tawa kecil yang membuatnya nyaman. "Kenapa, Sweetie?"

Angel menoleh ke arah sang suami. "Enggak. Angel tadi ngeliat bintang di langit, terus keinget bintang di hatinya Angel."

Mumtaz menautkan kedua alisnya bingung. "Maksudnya?"

"Bintang, Bintang Mumtaz Danurwendha." Jawab perempuan cantik itu.

Mumtaz tersenyum kecil. "Oh gitu."

"Kalo di hati gue, ada malaikat cantik." Ujar pria itu hangat.

Angel menatap sang suami dengan tatapan penuh tanya. "Siapa? Mama?"

Mumtaz menggeleng. "Bukan, Sayang. Coba tebak lagi."

"Emh... Ana? Atau... Ehm, itu.. Mrs. Andini...?" Tanyanya ragu pada tebakannya yang terakhir.

"Tebakan yang terakhir, keluar dari konteks." Sahut Mumtaz dingin.

Angel menatap suaminya takut, air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Keadaan yang tadinya hangat, mulai terasa tegang baginya. "M-maaf."

"Turun." Titah Mumtaz setelah memarkirkan mobilnya. Pria itu mulai melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil untuk keluar.

"T-tungguin Angel!" Angel mengusap pipinya yang basah, tangannya mulai melepas kaitan sabuk pengaman.

"Kok susah," Gerutunya kesal.

Pintu mobil terbuka, Mumtaz menatap tangan mungil istrinya yang nampak sibuk itu. Wajah gadis itu memerah dengan kerutan di keningnya, menandakan gadis itu tengah kesusahan.

Tangan Mumtaz bergerak melepas kaitan sabuk itu. Angel terkejut dan menjauhkan tangannya dari kaitan sabuk yang melekat di tubuhnya.

MUMTAZ DANURWENDHA | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now