Part 39

3.3K 227 2
                                    

Ando terlihat frustasi mendengarkan semua ucapan Lili. Wanitanya itu benar-benar menyemburnya habis-habisan dengan omelannya. Apa boleh buat, lagi pula ini kesalahannya.

"Hanya karena Mas berkuasa, punya uang dan segalanya. Bukan berarti Mas bisa seenaknya begini!" lirih Lili sedikit berteriak dan melupakan bahwa masih ada anak-anak diantara mereka.

"Mas hilang tanpa kabar dan meninggalkan Aku begini. Aku tahu Aku juga pernah melakukannya, tapi ini beda ... Mas pergi tanpa alasan meninggalkan masalah dimana-mana. Kejadian malam itu dan ketenangan yang Mas janjikan malam itu, rasanya cuma angan-angan. Mas tidak bertanggungjawab, Kamu pecundang Mas! Kamu brengsek!!" omel Lili tak memberikan Ando kesempatan tuk menjelaskan.

"Li--" Ando memijat ringan kepalanya yang terasa berat sekarang.

"Apa?!" ketus Lili menaikkan nada suaranya, meninggi. "Kamu mau kasih alasan apa Mas? Mau mengatakan tentang wanita simpananmu, atau mengatakan bukan hanya Aku yang berhak atasmu dan hanya ingin adil?" sembur Lili mengeluarkan uneg-unegnya.

Ternyata Monika usaha Monika yang rajin update tiap hari menemui Lili, berubah dan telah berhasil mempengaruhi Lili.

Lili akhirnya termakan oleh semua perkataannya dan sekarang mengeluhkannya pada Ando.

Sementara Ando yang mendengarkannya, tentu saja meringis heran dan juga kebingungan dengan hal itu. Pasalnya apa yang Lili ungkapkan tidak seperti yang dia lakukan.

"Aku harus apa sekarang, Mas. Aku harus bagaimana? Haruskah Aku pasrah pada semua yang Kamu lakukan ini dan mengikhlaskannya demi anak-anak, ataukah memang Kamu ingin Aku pergi dan mengalah?" lanjut Lili, membuat Ando makin bingung saja.

Membuat Arga dan Raga kaget lantas menangis mendengarkan suara keras tersebut.

Ando spontan meraih kedua bayi guna menenangkannya. Membuat Lili merasa diabaikan dan tak terima.

Wanita muda tersebut tak membiarkan prianya meraih anak mereka dan menghalanginya. Kemudian meraih krah bajunya dan mengakibatkan kedua mata mereka saling bertatapan.

"Jawab Aku, Mas! Kamu ingin Aku pergi, jujurlah. Supaya Aku tahu harus bagaimana dan Kamu bebas dengan wanita barumu itu tanpa memikirkan gangguanku!" sentak Lili tak mampu menahan emosinya yang semakin meledak.

Membuat Ando kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Disisi lain kedua anak mereka semakin histeris bersamaan dengan ibu mereka yang semakin kehilangan kontrol.

"Mas!!" bentak Lili kembali dengan keras.

Menyentak krah baju suaminya untuk kedua kalinya.

"Anak kita menangis, Sayang," jelas Ando berusaha untuk tetap tenang dan mengontrol kepalanya agar tetap dingin.

Lili melepaskan cengkramannya pada krah baju Ando, menghapus air matanya yang mengalir entah sejak kapan. Akan tetapi air mata itu sudah habis membasahi pipinya dan membuatnya sembab.

Wanita itu meneguk ludahnya kasar meraih salah satu anaknya kemudian membawanya keluar kamar tanpa sepatah katapun lagi.

~000~

Ando menghela nafas, sembari menatap satu anaknya lagi. Memilih menghampirinya ketimbang mengejar Lili. Menenangkannya kemudian setelah anaknya tenang dan jatuh tertidur, Ando mengecup pelipisnya dengan penuh kasih sayang.

Setelahnya, sekarang dia malah menjadi kembali kebingungan dan tidak tahu harus apa. Kakinya hanya melangkah keluar kamar, mencari Lili yang pergi entah kemana untuk meluruskan apa yang terjadi.

Wanitanya itu sepertinya sedang terpengaruh akan sesuatu hal yang tidak diketahuinya, tapi Ando tak akan membiarkannya begitu saja.

Mencarinya ke kamar tamu dan  langsung menemukannya di sana.

Lili terlihat sedang menangis, sambil mengusap-usap pundak anak mereka yang satunya lagi.

"Paaapaa ... Pa ...," lirih Raga menyadari kehadiran Ando dan membuat Lili segerakan menoleh kepadanya.

Namun kali ini wanita itu tak mengucapkan sepatah kata pun. Memilih diam dan berusaha keras mengabaikan kehadiran Ando yang menghampirinya.

Tetap diam tak bersuara, bahkan setelah merasakan  kecupan hangat mendarat di dahinya.

"Jangan seperti tadi lagi, Kelinci ku Sayang. Mas takut Kamu kenapa-napa," kata Ando sambil meraih Raga kemudian Lili ke pelukannya.

Tak ada pemberontakan sama sekali, tapi itu bukan berarti Lili menantikan penjelasan dari Ando, tapi justru sebaliknya. Hatinya cukup lelah setelah mengeluarkan uneg-unegnya habis-habisan. Selain itu dia tak mungkin mendorong Ando, ketika saat bersamaan ada Raga dalam pelukan pria itu juga.

"Aku tidak pergi menemui wanita Lain, Sayang. Tidak mungkin, Karena dihatiku hanya ada Kamu dan Kita pun sudah berjanji untuk memulainya dari awal. Aku sayang kepadamu, lalu bagaimana mungkin rasa Sayangku justru Aku lampiaskan pada orang lain semantara Kamu masih di sini, dihatiku," rayu Ando membujuk Lili.

Sayangnya sampai mulutnya lelah mengeluarkan kata, wanitanya itu enggan luluh.

Namun meskipun begitu. Lili keras dengan pendiriannya, maka Ando pun lebih keras lagi membujuk Kelinci Nakal kesayangannya itu dan ternyata sangat keras kepala.

"Baiklah Kamu boleh marah, boleh tidak percaya. Luapkan apapun yang membuat hatimu lega, Sayang, tapi setelahnya berhentilah mengabaikan ku seperti ini lagi."

~000~

Ando dan Lili ketiduran, entah dari kapan dan jam berapa. Dengan kondisi Lili yang nyaman berada di dalam dekapan hangat Ando. Sementara Raga yang tadinya tidur diantara mereka sudah merangkak pulas bersebelahan dengan mereka.

Bayi itu juga nyenyak dalam tidurnya dan berguling aktif beberapa kali dalam nyenyaknya.

Pada saat Raga agak sedikit keras berguling, anak itu tanpa sengaja menendang Ando dan membuat papanya itu terganggu. Ando terbangun dan menyadari dirinya tidur tak nyaman dengan mendekap hangat Lili.

Pria itu mengerjapkan matanya lantas bangun dan bangkit dari tempat tidur. Menggendong tubuh Lili pindah dari sana ke kamar mereka. Kemudian Raga dan meletakkannya disebelah Arga dalam box bayinya.

Setelahnya Ando kembali tidur ke sebelah Lili dan memeluknya hangat.

Esoknya, Raga lebih dahulu bangun langsung berceloteh berisik membangunkan Ando dan juga saudara kembarnya Arga.

Ando tersenyum dengan mata yang masih mengantuk kemudian menghampiri ke dua putranya. Mereka bercengkrama, mandi bersama, berpakaian, kemudian sarapan bersama tanpa membangunkan Lili.

Ando telaten mengurus dua putranya sedikit terbiasa dengan hal itu, karena sebelumnya dia beberapa kali pernah membantu Lili melakukannya.

"Anak Papa sudah kenyang?" tanya Ando sambil menyapu bibir Arga dengan tisu kemudian Raga secara bergantian.

Tak lama kemudian Kania datang kemeja makan bersama Sarah sehingga membuat Ando heran dan juga bingung.

Siapa dia dan kenapa bisa berada di rumahnya?

"Saya Kania pengasuh Arga juga Sarah, dan merupakan salah satu adik Mbak Lili di panti asuhan," beritahu Kania mengerti dengan raut wajah heran yang ditunjukkan oleh Ando.

"Oh," jawab Ando singkat dan acuhnya.

"Iya begitulah," jawab Kania dengan sopan.

Sementara itu Ando yang sudah selesai makan  sejak tadi, pun berdiri. Menggendong ke dua putranya dan berlalu dari sana tanpa memperdulikan Kania.

"Heran, ya. Kok Mbak Lili mau-maunya dengan itu laki. Cuek amat jadi orang-eh, tapi itu beneran lakinya Mbak Lili bukan sih?" tanya Kania pada dirinya sendiri.

~000~
TBC



Bukan Ex Husband [End]Where stories live. Discover now