Part 4

10.2K 593 7
                                    

Lili menggunakan kesempatan yang diberikan Ando dengan baik, tanpa memperdulikan penampilan yang kini tampak kacau. Dia bergegas pergi menemui seseorang yang menjadi alasannya kembali.

Dalam pengawasan anak buah Ando yang terus mengikutinya Lili menuju tempat yang sudah dijanjikan dengan seseorang dan ia sudah sangat terlambat. Sesampainya di sana Lili bahkan melihat bahwa dua orang telah menantinya dengan gurat wajah kesal bercampur khawatir.

Namun Lili tidak langsung menjumpai kedua orang tersebut, melainkan ia mengelabuhi anak buah Ando lebih dahulu dan berpura-pura ke toilet.

Bukan bermaksud untuk kabur, tapi Lili tak ingin apa yang dilakukan dan juga dibicarakannya dengan kedua orang yang akan ditemuinya diperhatikan oleh anak buah Ando sehingga mereka melaporkan hal itu. Lili tentu tak mau jika sampai kejadian dan mengakibatkan Ando menjadi marah, jadi dia pikir mengalihkan mereka adalah solusinya.

Berhasil mengelabuhi anak buah Ando yang tadinya mengawasinya, kini Lili tersenyum lega dan menghampiri dua orang yang mengawasinya.

"Dari mana saja kamu? Sudah hampir seharian ini kamu menunggumu. Kami sangat mengkhawatirkanmu, juga mereka sudah sangat membutuhkanmu Lili dan sekarang ...." orang tersebut berhenti dengan kaget mendapati penampilan Lili yang berantakan. "Bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini?"

Lili meneguk ludahnya kasar tak tahu harus menjawab apa. "Maaf aku, Tan ... tapi aku--"

"Kamu kenapa?"

"Kerampokan," cicit Lili pelan, tapi masih terdengar oleh orang yang dipangginya Tan.

"Kerampokan? Kamu kerampokan, bagaimana bisa dan kamu baik-baik sajakan?"

Lili hanya mengangguk, sementara satu orang lain yang bersama mereka sejak bertemu yang belum mengeluarkan suara, menghela nafas sebelum kemudian membuka suara.

Orang itu menghampiri Lili dengan perasaan cemas sambil memeriksa kondisi Lili. "Syukurlah kamu baik-baik saja, yasudah ayo temui mereka! Aku yakin mereka sudah sangat membutuhkanmu!!"

Beberapa saat kemudian selesai dengan urusannya Lili menghela nafasnya lega dan berpamitan pada dua orang tersebut.

"Terima kasih sudah menjaga mereka, Tante dan Kiara. Aku tidak tahu harus bagaimana jika tanpa bantuan kalian ...." ungkap Lili tulus.

"Harusnya aku yang berterima kasih Lili. Kamu harus berpisah dengan mereka demiku, demi orang tua yang sakit-sakitan ini."

Lili menghela nafasnya dan menatap dengan sendu menyimpan banyak masalah dalam kedua bola matanya.

"Tante sudah ku anggap sebagai ibuku sendiri, Kiara adikku dan kita ini adalah keluarga. Lupakan hal itu, yang terpenting minggu depan Tante sudah harus mulai pengobatan dan Tante tak perlu menghawatikan hal itu. Aku dan Kiara pasti akan mengusahakannya," jelas Lili yang diangguki Kiara.

Dua tahun lalu mereka hanya tiga orang asing yang dipertemukan oleh nasib yang sama-sama memperihatikan. Orang yang dipanggil Tante adalah wanita tua yang dibuang oleh keluarganya karena berpenyakitan, sementara Kiara adalah gadis yang kabur dihari pernikahan paksa yang dilakukan keluarganya padanya.

Ketiganya dipertemukan dalam perjalanan tanpa tujuan yang membuat mereka entah bagaimana ceritanya kini mereka sudah seperti keluarga.

Awalnya ketiga wanita itu hidup bahagia sampai beberapa bulan lalu penyakit wanita tua yang dipanggil mereka tante mulai memunculkan gejalanya. Lili dan Kiara berusaha membawanya berobat ke berbagai rumah sakit di pinggir kota, tapi sayangnya peralatan di sana kurang memadai untuk melakukan pengobatan.

Hal itu pun memaksa ketiganya kembali ke kota, akan tetapi mereka berangkat terpisah. Menurut Lili jika mereka bersama akan menimbulkan masalah dan hal itu untuk berjaga beberapa harta Ando yang dicurinya agar aman juga tetap tersimpan rapat seperti sekarang ini.

Lili memeluk kedua wanita tersebut dan tersenyum kepada mereka.

"Baiklah, aku pergi. Tante dan Kiara aku titip mereka ya ...." pamitnya yang diangguki oleh Tante dan Kiara

~000~

Lili kembali sesuai janjinya pada Ando dan saat ini sudah berada dihadapan pria itu.

"Kelinci Kecil sialan, beraninya kamu kabur dariku, hah!!" Ando menghampirinya berdecih kesal dan mengeram sambil meraih serta mencengkram rahang Lili keras.

"Aku tidak kabur ...," cicit Lili pelan menjawab Ando. "Kau lihat sendiri aku kembali kemari sesuai janjiku," lanjutnya menjelaskan membuat Ando melepas cengkramannya.

Dengan angkuh Ando mendengus dan memberi jarak di antara mereka.

"Katakan, bagaimana bisa anak buahku bisa kehilangan jejakmu?"

"Aku hanya ke toilet dan saat aku keluar mereka sudah tidak di sana, jadi jangan menyalahkanku tapi mereka yang tak becus menjagaku." Lili berkata dengan sedikit berani membohongi Ando.

Biarlah begitu saat ini. Bukan berniat jahat, tapi Lili sudah sangat merasakan sakit diseluruh tubuhnya akibat penyiksaan Ando juga terlalu lemah menanggung penyiksaan lainnya jika jujur dan alasan lainnya Lili membutuhkan tenaganya untuk hari esok demi menemui seseorang yang membutuhkannya.

"Sialan!!" Geram Ando murka membuat Lili terlonjak kaget.

Detik berikutnya seperti Lili sudah terlihat menduganya ia memalingkan wajah, tepat pada saat Ando melampiaskan kegeramannya kepada anak buahnya.

"Dasar tidak becus, bedebah brengsek bagaimana bisa kalian membohongiku mengatakan Kelinci Kecilku kabur padahal kalian sendirilah yang meninggalkannya!!"

Pukulan dan beberapa hantaman dari Ando mendarat kasar pada tubuh anak buahnya yang tak berani melawan tuaannya. Lili ikut meringis takut, kasihan dan merasa bersalah sehingga dengan cepat ia berusaha menghentikan Ando. Lili tahu anak buah Ando akan menjadi sasaran empuk, tapi dia tak menyangka bahwa Ando sebrutal itu.

"Hentikan! Kumohon berhentilah memukuli mereka atau mereka bisa mati!" Histeris Lili yang tidak bisa mengalihkan pandangannya untuk tidak perduli.

"Mas Ando, berhentilah, kumohon ...." Lili berusaha menarik Ando agar menjauh dan menghentikan kegilaannya.

Namun hal itu tak berhasil dan ia malah terhempas akibat Ando yang merasa terganggu dengan kegiatannya mendorong Lili menjauh.

Lili tersungkur dan kepalanya tanpa sengaja terbentur lantai yang keras sehingga mengakibatkan darah mengalir dari pelipisnya.

Ando masih melakukan kegiatannya terus-menerus memukuli anak buahnya tanpa ampun sampai puas. Pria itu benar-benar kesal dan merasa diremehkan anak buah yang menurutnya telah membohonginya. Sampai tidak menyadari bahwa ia sudah melukai Lili.

Beberapa saat lalu dia bahkan sangat kalut mengetahui kabar Kelinci Kecilnya berhasil kabur darinya, tapi setelah Lili kembali dan menjelaskannya. Ando percaya karena melihat jelas Lili kembali, seketika hal itu membuatnya merasa dipermainkan oleh anak buahnya sendiri. Pria yang khas dengan tatapan tajamnya tak terima lantas marah merasa egonya diremehkan.

Ia terus memukul membabi buta sampai merasa puas dan sedikit lelah, barulah ia menyadari keadaan Lili yang berusaha bangkit sambil memengangi kepalanya yang berdarah.


"Apa yang terjadi, bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini Lili?" Tanya Ando datar dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu dibalik tatapannya.

"Tidak ap--"

Brakk!

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Lili sudah lebih dahulu kembali terjatuh dan tak sadarkan diri lagi. Melihat hal itu Ando mengumpat dan dengan cepat meraih dan mengangkat Lili.

"Kau selalu saja menyusahkanku."

~000~

TBC

Bukan Ex Husband [End]Where stories live. Discover now