Part 12

8.9K 512 3
                                    

Setelah meninggalkan Lili di kamar sendirian, Ando mengunci pintu kamar dari luar. Kemudian memerintah beberapa anak buahnya berjaga lebih ekstra dan ketat tidak boleh membiarkan Lili keluar.

Sementara dirinya segera pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA untuk memastikan kebenaran ucapan Lili.

Bukan karena tidak yakin, tapi jaga-jaga agar tidak terjadi kemungkinan terburuk. Setelahnya Ando membawa Raga ke kantornya untuk bekerja.

Para staff dan karyawan yang bekerja di bawah kekuasaannya, mengerut heran melihat atasan mereka membawa bayi gembul dalam gendongannya. Mereka bahkan membicarakannya dan seketika hal itu membuat Ando menjadi topik hangat.

Namun Ando tidak memperdulikan semua itu. Dengan abai dia malah fokus pada Raga yang katanya adalah putranya itu.

"Apa benar kamu adalah putraku, aku ayahmu?" tanya Ando dengan polosnya pada Raga begitu sampai dalam ruang kerja pribadinya dan sudah meletakkan Raga di atas sofa yang berada dalam ruangan tersebut, sementara dirinya malah berjongkok dilantai berhadapan dengan Raga.

"Paapapa ... papapaaaa ...," Celoteh Raga cerewet terus mengoceh.

"Aku papamu?" ulang Ando membuat Raga tertawa.

Ando berdehem dan berpikir keras. "Sungguh aku benar-benar adalah papamu?"

Bayi gembul itu tertawa sambil mengoceh dengan berisik. Melihat itu Ando ikut tertawa. Keduanya pun tertawa lepas.

"Kamu memang putraku!"

"Papa ... paaapaa...."

~000~

B

eberapa jam kemudian, ruang kerja Ando berubah jadi kelas TK yang penuh dengan mainan. Mulai dari mobil-mobilan, pesawat mainan sampai kereta api mainan beserta relnya. Beberapa jenis robot-robotan melengkapi koleksi mainan yang berserak di sekitar Raga.

Semua itu ada di sana setelah Ando memesannya dan memaksa sekretarisnya untuk secepatnya mendapatkan semua koleksi mainan tersebut.

Baby gembul itu meskipun belum bisa memainkannya, tapi cukup senang mengamatinya. Dia merangkak aktif memperhatikan benda yang ada lalu berceloteh dengan kata papa terus-menerus.

Ando hanya membiarkan dan bekerja sambil sesekali mengamati putranya. Tidak perlu khawatir anaknya akan lecet, sebab tempatnya merangkak sudah dilapisi karpet berbulu yang sangat halus.

Suara Raga yang cukup berisik mengoceh pun tidak mengganggu Ando, sebab pria itu menganggap suara yang keluar dari mulut putranya adalah melodi yang indah. Di panggil papa oleh bayinya sendiri, sudah memberikan efek luar biasa bagi Ando. Meskipun itu hanya ocehan dan mungkin bentuk ketidaksengajaan dari Raga, tapi kata-kata papa selalu saja membuat perasaannya menghangat.

Tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam ruang kerja Ando tanpa pemberitahuan. Dua pria berjas rapih langsung terkejut menemukan ada bayi dalam ruangan Ando

"Dia siapa?"

"Kenapa ada Raga di sini?"

Tanya dua pria tersebut yang merupakan Arkan dan Daren yang merupakan rekan kerja dan sahabatnya.

Dua pria itu memang sering merecokinya ke kantor atau jika bukan mereka, maka Andolah yang berkunjung ke gedung perusahaan mereka untuk merecokinya keduanya.

"Raga? Siapa Raga?" tanya Ando bingung.

Dia belum tahu jika bayi gembul yang bersamanya sejak beberapa saat lalu bernama Raga.

"Iya. Siapa Raga Arkan?" Timpal Daren.

Jangan heran mengapa pria bernama Arkan ini mengetahui nama bayi gembul tersebut, sebab dia cukup dekat dengan Lili. Kedekatan keduanya lah yang membuat Ando terjebak tidur bersama Lili.

Namun hubungan Arkan dan Lili bukanlah sepasang kekasih. Arkan hanyalah pria yang sering dianggap Lili sebagai kakaknya sendiri, suka membantunya ketika mengalami kesusahan ataupun kesulitan, sementara Arkan juga demikian, menganggap Lili sudah seperti adik kandungnya sendiri.

Sayangnya kedekatan itu disalah artikan oleh sahabat perempuan Arkan yang terobsesi memilikinya. Cemburu menyaksikan Arkan menyayangi dan perhatian pada Lili, membuat wanita yang merupakan sahabat Arkan itu nekat. Wanita itu menjebak Lili tidur dengan Ando, dengan begitu dia pikir Arkan akan menjauhi Lili. Tapi sayangnya bukannya Lili yang dibenci, Arkan malah murka dan tidak mau lagi berhubungan dengan sahabatnya itu.

Masalah Arkan tahu namanya bayi gembul tersebut, tentu saja diberitahu oleh Lili.

Meskipun tidak pernah bertemu lagi, tapi komunikasi antar kedua masih terjalin dengan baik. Bahkan selama dua tahun terakhir Lili kabur dari Ando, Arkan pun mengetahui dimana keberadaannya.

Hanya saja sebagai sahabat dan juga kakak bagi Lili, Arkan cukup bijak mengambil tindakan. Tidak ingin mencampuri masalah diantara keduanya, dia tutup mulut tidak memberitahu Ando.

"Katakan sekarang, Dude. Siapa Raga?" tuntutan Daren kembali karena Arkan belum bersuara.

Tampaknya sebelumnya Arkan keceplosan dan tak sengaja mengatakannya. Kini dia terlihat kebingungan dan tidak tahu harus menjawabnya.

"Jangan bilang nama bayi gembul ku itu adalah Raga," tebak Ando dengan cerdiknya.

"Oh, shitt! Jadi itu nama bayi gembul itu?" tanya Daren menghampiri Raga lalu mengamatinya.

Sementara Arkan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya begitulah," jelasnya pura-pura acuh membuat Ando terpikirkan hal lain.

"Sial, kamu lebih dulu mengetahui nama dari bayiku sendiri. Jangan-jangan selama ini kamu juga sudah mengetahui keberadaan Lili, tapi menyembunyikannya dariku.

Arkan kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 'Sebenarnya bukan cuma dua hal itu, aku juga tahu selain Raga kamu juga bayi lainnya yang bernama Arga. Kira-kira bagaimana reaksi mu setelah mengetahui kamu punya bayi lainnya dari Lili?' batin Arkan.

"Ya aku sudah tahu," jawab Arkan jujur.

"Bajingan!" umpat Ando kelepasan. "Bagaimana bisa kau menyembunyikan ini dariku?"

"Siapa yang menyembunyikannya, kau saja yang tidak pernah bertanya padaku," jelas Arkan tidak mau disalahkan.

Ando menarik nafasnya panjang. Ok dia akan menahan diri tidak akan memukul Arkan sekarang, sebab tak mau mempertontonkan hal buruk pada bayi gembul nya.

"Baiklah aku tidak akan menyalahkan mu lagi, tapi sekarang katakan padaku apalagi yang kau ketahui tentang Lili?" tanya Ando yang entah kenapa merasa masih ada yang disembunyikan darinya.

"Aku terlalu orang asing untuk mencampuri urusan rumah tanggamu, lagi pula kau sudah kau sudah bersama adikku Lili, tanyakan saja masalah itu langsung padanya. Apa yang masih disembunyikannya darimu," jawab Arkan tegas tidak mau ikut campur.

Sementara itu di sisi lain, Daren yang gemas pada Raga sudah asik menggendongnya. Keaktifan bayi gembul itu dalam mengoceh dan bergerak membuat hati Daren senang bersamanya.

"Andai benihku lolos dari tempat yang terbaiknya, mungkin aku juga akan mempunyai bayi lebih menggemaskan darimu. Ando bolehkah aku membawa eh siapa tadi nama bayi gembul ini?"

"Raga," jawab Arkan. 'Eh, tunggu dulu, Lili punya bayi kembar, Raga dan Arga. Hm ini benar Raga atau jangan-jangan Arga ya?' batin Arkan kebingungan.

"Baiklah, Raga. Aku akan membawanya keluar dan jalan-jalan," jelas Daren, lalu tanpa membutuhkan izin dari Ando, pria itu berlalu bahkan tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya.

Melihat itu Ando segera meneriakinya. "Kemana kau bawa putraku?"

"Bermain!" Balas Daren berteriak tanpa menghentikan langkahnya sama sekali.

"Sial. Jangan sampai bayi gembul ku diajak bermain yang aneh-aneh!" seru Ando sedikit khawatir.

"Tidak mungkin aneh, palingan juga Daren membawanya bermain untuk mempermainkan hati para wanita," timpal Arkan memberitahu dengan santainya.

~000~
TBC

Bukan Ex Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang