Part 23

8K 461 4
                                    

Lili menyimpan sakit hatinya beberapa waktu ketika dia tak sengaja memergoki Ando bersama Monika. Hanya pergi untuk memenangkan diri kemudian kembali pada saat Ando dengan bossy memerintah dirinya segera menemuinya.

Lili setengah hati dan malas ke sana. Begitu sampai pemandangan ruang berantakan menjadi objek pengamatannya.

"Raga yang melakukannya," jelas Ando tau isi pikiran Lili.

Lili hanya mengangkat bahunya acuh dan menuju sofa yang terlihat mempunyai robekan kecil di sana. Ando menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Apa aku terlihat miskin, sampai membuat istriku sendiri harus duduk di sofa rusak?" tanya Ando terlihat tidak enak hati.

Lili membulatkan bola matanya, pria kaya di hadapannya memang sangat berlebihan. Sofa yang sedikit robek sudah dianggap rusak, Lili jadi yakin beberapa saat mendatang pasti sofa baru akan menggantikan sofa yang sedang di duduki olehnya.

"Ch, kau memang sangat miskin sampai-sampai sedikit aset kekayaanmu yang pernah aku sembunyikan sudah sangat membuatmu marah dan bahkan membenciku. Bukan cuma hal itu, bahkan kamar sempit yang tidak lebih luas dari kuburan kau jadikan kamar ku, seolah tidak ada yang lebih luas lagi dari itu!" cibir Lili dengan ketus.

Ando mengusap pundaknya dan duduk di sebelah Lili setelah sebelumnya melepas Raga dan membiarkan bayinya itu kembali beraksi. Entahlah apa yang akan bayi super aktif itu lakukan selanjutnya, untuk saat ini Ando harus berbicara serius dengan ibu dari bayinya itu.

"Hm, itu sih kau saja yang salah dan bukanlah bukti kemiskinan ku. Aku hanya ingin tegas, kau melakukan kesalahan jadi sudah seharusnya mendapatkan hukuman mu," jelas Ando memberi pengertian.

Lili tidak ingin berdebat lagi sehingga tidak menjawab, tapi dari reaksi yang diberikan olehnya. Ando tahu jika wanitanya itu tidak puas dari jawabannya.

Lili sedikit menghempaskan kotak makanan ke atas meja dihadapannya. Kemudian membiarkan Arga turun dari pangkuannya dan berjalan pelan-pelan berusaha menghampiri kembaran yang aktif bergerak kesana-kemari.

"Makanlah, bukankah kau lapar," ucap Lili dengan ketus.

Ando tersinggung dan ego besarnya terusik. "Begitukah caramu berbicara dengan suamimu, hah?!" bentaknya protes mendengar suara wanitanya yang ogah-ogahan dan membangkang melawannya.

Lili tersenyum sinis dan mendengus kasar. "Istri? Siapa istrimu, Monika wanita jahat itukah? Ckckck, kalau begitu jangan beri peringatan padaku tapi padanya!"

Ando tersadar dan terpikirkan sesuatu. "Kau bertemu Monika di bawah?"

Ya, mungkin saja alasan kelinci nakalnya ini langsung bawel dan banyak omong karena cemburu. Ando menghela nafas dan berubah menjadi senang. Baguslah jika itu yang membuat moodnya rusak, itu artinya Lili masih mempunyai perasaan padanya.

"Bukan! Tapi aku melihatnya bersamamu di sini di ruangan ini. Namun jangan khawatir, aku tidak akan ikut campur urusan kalian di sini. Namanya juga pasangan suami dan istri sudah seharusnya bersama, aku malah jadi heran bagaimana bisa kalian tidak tinggal bersama," jawab Lili lanjut mencibir.

"Kau masih seperti dulu jika sedang cemburu!" seru Ando tak jadi marah dan malah menggoda Lili.

Lili terdiam tidak ingin mengelak, tapi juga terlalu susah untuk mengakuinya. Wanita itu balas membuang muka tanpa suara.

Ando paham dan menganggap kediaman Lili adalah jawaban ya untuk dugaannya. Lili mencemburuinya. Ando tersenyum devil kemudian teringat kejadian sehari lalu.

Pria itu memegang bahu wanitanya kemudian memaksa agar menghadapnya. "Dengar baik-baik Kelinci Kecilku yang bawel, aku tidak mempunyai hubungan apapun dengan Monika!" Tegas Ando dengan menyakinkan.

Membuat Lili mengerut dan tak percaya. "Kau berbohong! Jelas-jelas dua tahun lalu di hari aku kabur adalah sehari sebelum kalian menikah dan aku juga sudah menemukan foto pernikahan kalian dibalik berkas dokumen yang ada di ruang kerjamu di rumah, ketika aku sedang membersihkannya!" ungkap Lili membuat Ando mengangkat alis.

"Selain pencuri kau juga suka menguntitku ternyata," Ando tersenyum aneh. "Tapi baiklah aku mengakui memang aku sudah pernah menikah dengan Monika dan setelahnya juga pernah menikah kembali dengan wanita lain," jelasnya membuat Lili melotot.

Wanita itu langsung berdiri dan menatap jijik Ando. "Dasar buaya darat kurang ajar. Jadi kau sudah menikah untuk ketiga kalinya, tapi masih saja menahanku?"

Ando menarik tangan Lili kemudian menyentaknya hingga membuat tubuh kecil mungil tersebut jatuh menimpa tubuhnya yang berukuran jauh lebih besar.

Begitu Lili melakukan pergerakan hendak bangkit dan berontak, Ando langsung mengikat pergerakannya sehingga Lili tidak bisa berbuat banyak selain menyerah.

"Aku sudah menikah tiga kali dan bercerai dua kali," bisik Ando ditelinga Lili.

"Aku tidak perduli!" balas Lili marah sambil berusaha lepas dari pegangan Ando.

"Saat ini hanya kaulah istriku Lili tidak ada wanita lain. Hanya kamu sayang, kelinci kecilku yang nakal sekaligus nakal," rayu Ando mengusap kepala Lili dengan penuh kasih sayang.

"Omong kosong, lepaskan aku!" bentak Lili.

Ando tidak mempedulikannya dan malah mencium bibir Lili yang beberapa saat lalu dirindukan olehnya itu.

Lili berhasil lepas dari ciuman Ando dan mengeram marah. "Apa yang kau lakukan? Kita sedang berada di kantor di ruang kerjamu, jika ada yang datang dan melihatnya, apa yang akan mereka pikirkan?"

Ando masih tidak perduli hal itu dan terus menyerang Lili. "Raga melihat kita, apa kau tidak malu? Kelakuan gilamu ini bisa ditirunya. Anakmu yang bawel itu akhir-akhir ini suka meniru kelakuan orang yang sedang diperhatikan olehnya!" peringat Lili kembali, kali ini berhasil membuat Ando terdiam.

Apa yang Lili katakan ada benarnya juga, dia ingat Raga beberapa saat lalu sudah menirunya, membentak Monika dengan mengusirnya keluar dengan nada keras dan Raga pun melakukan hal yang sama membentak dengan nada suara cadelnya.

Ando menoleh dan melihat bahwa Raga memang saat ini sedang memperhatikan mereka, sementara Arga bayi satunya lagi acuh sibuk dengan mainan yang pernah dibelikannya untuk Raga.

"Papaa!" celoteh Raga dengan raut wajah penuh penasaran.

"Isi pikiran Ando mulai ke mana-mana, pria itu membayangkan bayi gembulnya yang mulai pintar mengamati orang lain, mempraktekkan apa yang diamati olehnya. Raga mencium dan memeluk bayi Daren yang masih hitungan hari.

Sontak saja Ando geleng kepala. Jangan sampai bayi gembulnya itu, kecil-kecil sudah menjadi playboy yang suka mempermainkan hati wanita atau paling parah sudah menjadi pria brengsek diusianya yang masih sangat dini.

Ando pun mendorong Lili dan berhambur menghampiri Raga.

"Lupakan apa yang kau lihat, Son! Kau tidak boleh menirunya ataupun melakukannya!" peringkat Ando memberitahu.

Jangan sampai bayi gembulnya mendapatkan gelar bayi mesum. Oh tidak Ando tidak suka itu.

"Baiklah kemari, ayo kita makan siang!" Ando mengangkat Raga dan menyerahkannya pada Lili.

Kemudian mengangkat Raga dan mendudukkannya di atas pangkuannya sendiri.

Sebenarnya itu posisi yang salah, mengingat Arga sangat anti deng Ando. Akan tetapi Raga yang masih minum asi memang membuatnya harus demikian.

Baru beberapa saat Arga sudah menatap tajam Ando dan memukul-mukul dengan tangan kecilnya, mencoba berontak dari Ando.

Ando tetap memaksakan diri, kalau dibiarkan terus Arga tak mau dengannya, bisa-bisa dia dan putranya itu menjadi musuh dewasa nanti.

"Arga ini Papa sayang, bukan orang jahat!" beritahu Ando sambil mengusap kepalanya.

Bayi pendiam itu tak menjawab dan terus saja berontak agar turun dari pangkuannya. Ah, baiklah tampaknya dia harus ekstra lebih sabar mengahadapi bayi satunya lagi ini.

~000~
TBC

Bukan Ex Husband [End]Where stories live. Discover now