Part 2

12.1K 666 4
                                    

Lili mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya saat ia membuka mata. Rasa ngilu serta sakit yang menyebar ke seluruh bagian tubuhnya begitu terasa saat dirinya mencoba bergerak.

"Tempat apa ini?" Tanyanya pada dirinya sendiri pada saat menyadari tempatnya terbangun adalah sebuah ruangan asing dan aneh.

Bagaimana tidak?
Ruangan tersebut dihiasi dengan banyak wortel yang tertata rapih diatas wadah yang tak jauh darinya. Melihat hal itu Lili tidak ambil pusing dan mengabaikannya. Dari pada pusing memikirkan asal usul wortel tersebut, Lili memilih untuk memakannya.

Tidak perlu heran karena sebelumnya Lili merupakan pecinta wortel yang tidak bisa lepas dari sayuran berbentuk umbi yang berwarna orange tersebut. Setiap hari Lili selalu rutin mengomsumsi wortel, baik dimakan secara langsung ataupun dijadikan sop, dan jus untuk diminumnya.

Namun saat menjangkaunya Lili yang masih merasakan sakit diseluruh tubuhnya, mendadak syok mendapati tangannya tidak bisa menjangkau wortel itu sebab ternyata sedang diborgol pada sebuah tiang. Seketika hal itu membuatnya kaget dan menelan ludahnya kasar.

Tenggorokannya menjadi terasa kering dan serasa tercekak saat tiba-tiba saja bayangan kilasan ingatan terakhirnya sebelum ia berakhir di tempat tersebut.

Apa yang sudah terjadi kepadanya?
Lili menjadi kalut dan harap cemas, menunduk memeriksa keadaan pakaiannya apakah masih utuh ataukah tidak.

Ia pun mendesah merasa sedikit lebih lega dari sebelumnya, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Lili kembali merasa tercekak dan susah bernapas saat sebuah wortel berada di depan wajahnya.

"Makan," perintah seseorang membuat Lili membeku.

Ketika menoleh Lili begitu syok menemukan pria yang sudah dua tahun tidak pernah dilihatnya. Pria itu Ando, mantan suaminya yang sudah ditinggal kabur oleh Lili. Sekian lama menjauh keluar kota, tapi begitu kembali dengan terpaksa, mengapa takdir langsung mempertemukan mereka. Bagian buruknya lagi sekarang ini Lili bahkan sudah berada dalam kuasa Ando.

"Makanlah kelinci kecilku." Ando mengulang kalimatnya.

Lili menggeleng dan berusaha mundur menghindari Ando. Terus mundur sampai ia merasakan sesuatu membuatnya berhenti. Lili meremang takut dan teramat gelisah lantas mengedarkan padangannya melihat ke seluruh penjuru ruangan. Oh, tidak ternyata dirinya berada di dalam sebuah sangkar emas yang mengurungnya dan tangannya juga sedang diborgol pada jerujinya.

Pergerakan Lili tak seberapa dan Ando dihadapannya lantas tersenyum menarik garis bibirnya ke atas mengejeknya.

"Selamat bertemu kembali kelinci kecilku. Oh ya, lihatlah wortel-wortel dan sangkar emas ini, semua ini ku sediakan hanya untukmu, untuk merayakan kepulanganmu."

Ando yang tadinya di luar sangkar, meraih wadah wortel-wortel yang dimaksudnya lantas membawanya masuk agar leluasa mengejai Lili. Pria itu membuka pintu sangkar raksasa tempat dirinya mengurung Lili dan masuk ke dalamnya. Ando mendengus sinis, menyeringai dengan devil-nya sambil menghunuskan tatapan penuh intimidasi.

"Buka mulutmu kelinci kecil!"

Lili menggeleng sambil berusaha keras melepas borgol yang mengikat tangannya. Wanita itu meringis takut sambil meringis ngeri tak kala besi sangkar yang sebelumnya menghalanginya dengan Ando kini tak ada lagi. Mantan suaminya itu bahkan kini mendesaknya makin menempel pada krangka sangkar dan menipiskan jarak diantara mereka.

"Makan!!" Ando mengulang kalimatnya sambil mendaratkan tangannya mencengkram rahang Lili kasar.

Sontak saja hal itu menyebabkan Lili yang kesakitan membuka mulutnya dan membiarkan Ando memaksanya menggigit wortel serta menelannya dengan susah payah.

"Kau belum berubah Lili. Masih seperti sebelumnya, suka dipaksa," cibir Ando masih mengintimidasinya. "Oh, ya. Setelah kabur dan menghindariku dua tahun ini, apa saja yang kamu lakukan dengan uangku?"

Lili tidak menjawab dan menelan ludahnya kasar, akhirnya mantan suaminya itu mengungkit hal yang membuat Lili berat hati kembali ke kota. Alasannya Lili takut Ando akan menghabisinya dan saat ini, nampaknya ketakutannya akan menjadi kenyataan.

"Baiklah, aku tidak akan menanyakan hal itu lagi. Terserah kamu sudah melakukan apa saja terhadap uang tersebut. Tidak penting. Kerena sekarang sudah saatnya kamu menuai akibat dari perbuatanmu ini. Jadi bersiaplah!!" Tegas Ando mengeraskan rahangnya dan detik kemudian wajah Lili diraih lalu dihempaskannya dengan kasar.

Pria itu tak merasa bersalah setelah melakukannya dan bahkan ia langsung berdiri keluar dari dalam sangkar tak lupa mengunci sangkar raksasa tersebut. Ando berlalu tanpa menoleh dan berlalu begitu saja tanpa peduli.

Melihat hal itu, Lili sedikit kesal sekaligus merasa lega. Entah berapa lama dirinya dikurung dalam tempat tersebut, tapi setidaknya walau dalam sangkar ia mempunyai wortel untuk dimakan dan setidaknya Ando sudah pergi.

Sayangnya wajah leganya tak bertahan lama. Ketika ingatan mengenai alasannya kembali ke kota melintas dalam pikirannya kedua bola mata Lili membulat diikuti raut wajahnya yang memucat seperti sedang menghawatirkan sesuatu.

"Buka! Tolong lepas aku dari sini!! Lepaskan aku Mas!! Kumohon ...." Lili menjerit keras dengan histeris berusaha melepaskan tangannya dari borgol.

Dengan kasar tak mempedulikan rasa sakit, ia terus menggesek borgol pada besi sangkar berharap itu akan bisa membuat borgolnya terbuka. Namun bukannya berhasil membukanya pergelangan tangan Lili yang dilingkarkan borgol malah menjadi memar dan berdarah.

Tapi hal itu bukanlah penghalang baginya dan Lili takkan putus asa meski darah mengalir makin deras keluar dari celah luka yang disebabkan gesekan borgol pada besi sangkar.

"Aaarrggh, tolong bukalah! Aku mohon ...."

Tidak ada jawaban hanya keheningan dari balik pintu ruang yang terkunci dan sangkar yang mengurungnya.

Pipi Lili tanpa dapat dicegat menjadi sembab dan basah karena air mata yang turun dengan derasnya. Bukan karena rasa sakit melainkan sesuatu yang menjadi alasannya ingin keluar sangkar tersebut.

~000~

Sementara di tempat lain, Ando yang kini dalam perjalanan ke tempat kerjanya mendadak merasakan sesuatu yang selama dua tahun ini tidak menghinggapinya. Tiba-tiba saja dirinya mendadak khawatir tanpa alasan dan ya, sayangnya Ando malah berusaha tak memperdulikannya.

Lagi pula apa yang harus dikhawatirkan olehnya?
Ia tak mempunyai keluarga sama sekali. Bertahun-tahun ia hidup tumbuh dibesarkan oleh neneknya dan amat di sayangkan lagi bahkan sang nenekpun sudah tiada dua tahun lalu.

Wanita tua kesayangannya itu meninggal akibat penyakit jantungnya kumat yang disebabkan oleh kabar Lili yang kabur dan mencuri setengah dari kekayaan Ando. Hingga kini kejadian tersebut telah mengakibatkan Ando sendiri tanpa siapapun.

"Hei, Bung! Loh kemana? Kenapa tidak berada si ruanganmu??" tanya Daren bertubi-tubi setelah sebuah panggilan masuk pada handphone milik Ando berlangsung dan Ando menjawabnya.

Ah, ya. Ando sampai lupa. Pria itu masih memiliki dua orang penting dalam hidupnya yang terasa seperti dua saudaranya. Daren yang menyebalkan dan Arkan si pria bucin dari jaman dulu kala sampai jaman modern saat ini.

~000~

TBC

Bukan Ex Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang