Part 3

11.1K 619 6
                                    

Setelah menyelesaikan rapat penting dan beberapa berkas pekerjaannya di kantor, Ando bergegas kembali ke tempat di mana dirinya mengurung Kelinci Kecil miliknya di dalam sangkar emas. Dengan bersemangat dan tak sabar, Ando berjalan cepat sambil mengambil langkah panjang dan terburu-buru.

BLAMM!!

Tanpa berlemah lembut Ando mendorong pintu ruangan penyekapannya hingga menyebabkan bunyi nyaring dan keras. Ia sengaja melakukannya untuk membuat Kelinci Kecilnya kaget dan menjerit. Ah, sudah lama ia tak mendengarkan cicitannya.

Ando menyeringai devil sambil menyunggingkan seulas senyuman yang sulit dimaknai. Pria itu mendekat dan berjalan menuju Kelinci Kecilnya yang terlihat duduk pasrah dalam pencahayaan minim dan remang-remang.

Jarak yang kian terkikis membuat indra pendengaran Ando mendengarkan ringisan Kelinci Kecilnya seperti merintih kesakitan. Suara tersiksa demikian menyebabkan Ando mengerut heran, tapi juga senang, karena mengurung Kelinci Kecilnya itu ternyata telah menyebabkan Kelinci Kecilnya itu prustasi juga menderita dan hal itulah yang Ando harapkan.

Namun ketika langkahnya semakin dekat dan Kelinci Kecilnya semakin terlihat jelas oleh indra pengelihatannya, mendadak Ando menjadi kaku dan memucat.

"Aa-aku mohon keluarkan aku dari tempat ini, Mas ...." Kelinci Kecilnya itu bergumam dalam nada suara lemah membuat Ando geram bukan main.

Pria itu tiba-tiba saja dengan cepat membuka pintu sangkar disusul borgol yang melingkari pergelangan tangan Kelinci Kecilnya. Kemudian tanpa diduga, Ando dengan kejam mencengkram keras rahang Kelinci Kecilnya hingga menciptakan rintihan yang terdengar amat memilukan, tapi Ando tidak memperdulikannya.

"Apa yang kamu lakukan!!!" Murka Ando dengan marah menatap Kelinci Kecilnya dengan tajamnya hingga tatapannya terasa menusuk tulang.

"Aa-aku mohon biarkan aku pergi ...." Kelinci Kecilnya kembali bersuara dengan nada lemah tanpa menjawab pertanyaan Ando dahulu.

"Sialan!! Jawab aku Kelinci Nakal! Apa yang sudah kamu perbuat sehingga pergelangan tanganmu bisa mengeluarkan banyak darah seperti ini?" Tanya Ando mengeram dan dengan sengaja dia menekan luka di pergelangan tangan Kelinci Kecilnya hingga mengeluarkan lebih banyak darah lagi.

Kelinci Kecilnya itu sontak meringis dan menjerit menahan sakitnya.

"Aaarrggh, lepaskan!!" Teriak Kelinci Kecilnya dengan penuh permohonannya.

"Bukan jawaban itu yang ingin ku dengarkan, Kelinci Kecil. Jadi katakan sekarang dan jangan buat aku lebih marah lagi!!" Geram Ando memperingatkan membuat Kelinci Kecilnya tak tahan dan segera terisak.

Kelinci Kecilnya masih tidak menjawab dan terus terisak dalam tangisannya yang kedengaran semakin melemah dan sedetik kemudian Kelinci kecilnya itu ambruk menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Ando.

"Sialan! Kelinci Kecil yang nakal kau selalu saja menyusahkanku." Ando mendengus kesal.

Namun meski demikian Ando tetap memperhatikan Kelinci Kecilnya, dengan cara menggendongnya keluar dari tempat tersebut dan membawanya ke rumah sakit.

~000~


"Sudah bangun?"

Lili mengerjap lalu menoleh ke arah sumber suara yang didengarnya. Ando tepat berada di sisi ranjang pasiennya, mematap dirinya dengan penuh intimidasi seolah Lili baru saja melakukan kesalahan besar.

'Hm, kenyataannya aku memang sudah melakukan kesalahan besar ...,' ringis Lili mengakui kebenaran Ando pantas menatap demikian kepadanya.

Ingin rasanya Lili meminta pengampunan tapi dirinya merasa tak pantas dan begian kecil dari hatinya menolak hal itu.

"Kenapa diam, kamu tuli? Berbicaralah dan jawab pertanyaanku!" Sinis Ando sambil menilap tangannya di depan dada.

"Ya," jawab Lili segera takut Ando marah.

Ando mengangguk, Lili tidak menjawab pun Ando sebenarnya sudah mengetahui jawaban dari pertanyaannya sendiri. Tentu saja, bagaimana bisa Ando tidak mengetahui Lili sudah bangun, sementara di depan matanya sendiri Lili membuka matanya.

"Apa harus sesingkat itu jawabanmu?" Tanya Ando membuat Lili mengerut.

Apalagi yang diinginkan pria dihadapannya?
Jangan-jangan pria itu sengaja bertanya untuk mencari-cari kesalahannya, baru setelahnya mengomel menyalahkan diri untuk membalaskan dendamnya pada Lili yang serakah sudah mencuri hartanya di masa lalu.

Lili menepis pikirannya sambil menggeleng ringan dan hal itu tidak luput dari perhatian Ando.

"Kenapa?"

"Tidak, aku sudah terasa membaik, Mas ...."

"Dasar bodoh, aku menanyakan kamu sudah benaran bangun atau masih mengigau dan bukannya menanyakan kondisimu. Ch!! Mau kamu sakit atau sudah membaik aku tak perduli!" Ando menjelaskan dengan mudahnya menyebabkan Lili merasa ngilu pada uluhatinya.

"Asal kamu tahu aku Kelinci Kecil sepertimu kemari bukan karena aku menginginkan kondisimu baik-baik saja dan menjadi sehat, tapi supaya hari esok untuk menyiksamu akan lebih panjang. Aku akan menyiksamu setelah membaik sampai kembali terluka kemudian ku obati, begitu seterusnya sampai kau mati!!" Tegas Ando melanjutkan kalimatnya sambil menyeringai tajam memperingatkan Lili.

Mendengar hal itu menyebabkan Lili meringis takut dan ngilu sekaligus yang begitu terasa menikam.

Setelahnya hanya ruangan tersebut hanya di isi dengan keheningan sampai Lili angkat bicara.

"Kk-kalau begitu apa aku boleh keluar dari tempat ini segera?" Tanya ragu-ragu takut Ando mengamukinya dan benar saja hal itu memang terjadi.

"Kamu pikir kamu siapa? Bukan apa-apa Lili, selain dari pada kamu cuma Kelinci Kecil yang Nakal hewan peliharaanku. Tak lebih dari itu. Setelah kamu berada dalam genggamanku, satu hal yang harus kamu tahu, bahwa kamu tidak akan bisa lepas lagi!!"

Lili meneguk ludahnya kasar meringis ngeri bercampur kesal mendengar perkataan Ando. Tidak, bukan saatnya memikirkan kata-kata Ando, sebab saat ini yang terpenting ia haruslah segera pergi untuk menemui seseorang yang penting.

"Bukan begitu, aku hanya ingin pergi sebentar dan aku janji akan kembali. Jadi kumohon lepaskan aku sebentar ...."

"Tidak!!" Tegas Ando tak ingin dibantah membuat Lili menjadi kalut.

"Ayolah kumohon, tolong aku ... jangan begini, tolong biarkan aku pergi ...." Lili memohon sambil menangkup kedua telapak tangannya hingga menyatu.

"Aku bilang tidak artinya tidak, apa kau mengerti?"

Lili terhenyak dan menundukkan kepalanya disusul oleh air mata yang mengaliri kedua belah pipinya. Ando yang melihatnya bukannya luluh malah naik pitam dan mencengkram rahang Lili dengan kerasnya.

"Aaarrggh!!" Lili meringis sakit.

"Berhenti memancing amarahku, Kelinci Kecil!" Ando kembali memperingatkan Lili.

Namun Lili, tidak menyerah. Keinginannya untuk sejenak pergi malah semakin kuat terlebih seseorang yang diyakini olehnya sedang menunggunya pasti sangat memerlukannya saat ini.

"Aku mohon, Mas. Tolonglah ... aku tidak akan kabur dan kamupun boleh mengawasiku ataupun ikut denganku. Aa-aku akan melakukan apapun untukmu, aku janji!" Lili berkata dengan serius dan penuh harapan.

Ando mengehela nafasnya dan mendengus dengan kasarnya. "Kau pikir aku pembantumu, sudi untuk mengikuti kemana kamu pergi, hah!! Ch, kaulah yang seharusnya menjadi pembantuku, tapi baiklah aku akan mengabulkan permintaanmu. Kamu boleh pergi tapi harus dengan dua anak buahku!"

Meski jawaban Ando kasar dan menyakitinya, Lili malah mengangguk senang berusaha menutupi perasaan terlukanya. Ini lebih baik dan sudah cukup membuatnya merasa lega.

"Terima kasih," ungkap Lili tulus.

"Aku tidak membutuhkan ucapan terima kasih dari Kelinci Kecil yang berhati busuk yang serakah sepertimu!!" Ketus Ando berkata dengan tajamnya tanpa memperdulikan perasaan Lili.

.
.
.

~000~

TBC

Bukan Ex Husband [End]Where stories live. Discover now