Part 29

5.6K 281 3
                                    

Sore hari Ando dan keluarga kecilnya pulang dari villa ke rumah mereka. Beberapa jam perjalanan dalam mobil, kedua bayi mereka tertidur dan hanya Lililah yang menemani Ando tetap terbangun hingga mereka sampai ke rumah.

Beberapa pelayan langsung menyambut kepulangan mereka.

Beberapa saat mereka beristirahat sebelum kemudian bersih-bersih, makan dan kemudian tidur.

Dua bayi gembul yang wajahnya mirip nyaris tidak bisa dibedakan, kali ini tidak berulah. Apalagi Raga yang biasanya aktif dan rewel, hanya terus menguap dan saat ini berada dalam dekapan mamanya dengan manja.

Sementara Arga dia hanya menonton papanya yang sedang bekerja di ruang kerjanya. Duduk diam di atas sofa sambil menatap Ando tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.

Ando bahkan tidak sadar hal itu, malah berpikir bayinya sedang bermain dengan mainannya. Begitu pekerjaannya hampir selesai Ando barulah memeriksa dan menatap kondisi Arga.

Pemandangan bayinya yang anteng hampir tidak bergerak membuat Ando memukul dahinya pelan.

"Astaga Son, Papa hampir saja melupakanmu. Kau sudah mengantuk Nak?" tanya Ando sambil menghampiri anaknya tanpa menghiraukan pekerjaannya yang belum selesai dibereskan.

Pria itu mengulurkan tangannya dan Arga langsung meraihnya sehingga dia bisa berada dalam gendongan ayahnya.

Tepat pada saat itu Lili masuk sambil menggendong Raga yang masih belum tidur dan bermanja-manja padanya.

"Aku pikir Mas tidak tau waktunya untuk beristirahat?" cibir Lili terdengar sedikit kesal. "Kita baru pulang dari villa dan selama perjalanan Mas teru yang menyetir, apa tidak lelah sampai masih bisa lanjut kerja! Ini lagi anaknya nggak mau tidur padahal sejak tadi sudah menguap terus, huhhh ... Mas masih ingat 'kan kebiasaan Raga? Dia akan susah tidur kalau tidak diberi asi dan Mas usap kepalanya," jelas Lili dengan wajah lelahnya.

"Iya Kelinci Manisku, aku mengingatnya. Aku hanya berpikir, Raga yang kelelahan pasti dengan mudah tidur dan tidak perlu dininabobokan."

Lili cemberut. "Tapi kenyataannya nggak begitu kan, Mas. Nih liat, meskipun tidak rewel bayi gembul ini sepertinya ogah tidur!"

Ando mengangguk paham kemudian mengiring Lili yang masih menggendong Raga ke kamar mereka sambil membawa Arga dalam gendongannya.

Ando menaruh Arga di tengah tempat tidur di tengah-tengah mereka, begitu juga dengan Raga yang Lili taruh disebelahnya. Bedanya jika Arga menurut patuh, Raga malah bandel dan mengulurkan tangan mungilnya menarik baju mamanya dengan erat.

"Sepertinya Raga ingin terus kamu gendong, Lili," jelas Ando yang memperhatikannya.

Lili menghela nafas dan mengangguk setuju. "Ya, anak manjanya Mas ini emang maunya begitu sukanya menyusahkan orang terus!" cibir Lili kesal sambil mencubit gemas pipi gembul putranya.

"Papaaa!" adu Raga tampaknya seperti meminta pembelaan terhadap apa yang dilakukan ibunya padanya.

Melihat hal itu, Ando tanpa mengeluh mengulurkan tangan untuk menggendong Raga. Anehnya kali ini Raga seperti menolak dan terlihat makin memeluk erat leher Lili.

"Sepertinya dia sudah tidak sabar minum asi, Li!" seru Ando sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Yasudah, Mas cepat usapin kepalanya biar bayi nakal ini cepat tidur," ucap Lili.

Ando mengangguk menghampiri Lili ke sisi tempat tidur lainnya. Keduanya dengan baik bekerja sama menidurkan bayi gembul mereka sampai pulas.

Raga pun akhirnya tertidur dan Lili segera menempatkannya di ranjang bayinya.

Kemudian keduanya pun beralih pada Arga yang masih membuka matanya lebar.

"Ternyata cukup susah juga mengurus dua anak sekaligus, Li. Bagaimana dengan yang mungkin sudah tumbuh dalam rahimmu dan menambah satu anggota kita lagi, ya?" ucap Ando ketika kedua bayinya berhasil tidur.

"Entahlah, aku jadi sedikit menyesal minum obat penyubur kandungan," jawab Lili.

"Hm, akupun sama Li, sedikit menyesal memberimu obat itu!" timpal Ando menyeru. "Kamu sih, pake acara kabur dua tahun lalu, aku kan jadi berpikir untuk membuatmu hamil kembali," lanjutnya dengan mengeluh.

Lili menguap. "Sudahlah Mas nggak usah diingatkan lagi. Kejadian yang sudah berlalu kita lupakan saja. Sekarang kita harusnya fokus pada tumbuh kembang anak-anak kita."

Ando mengangguk kemudian mengecup ubun-ubun Lili dengan penuh kasih sayang. Kemudian tangan pria itu menyusup untuk memeluk Lili.

"Baiklah, sekarang waktunya kita beristirahat."

~000~

K

eesokan harinya keluarga kecil itu benar-benar berubah, bahagia dan hampir tidak mempunyai masalah apapun lagi.

Ando benar-benar membuktikan apa yang dipikirkan Lili tentangnya dan Monika tidaklah benar. Pria itu tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan mantan istrinya itu.

Sementara untuk harta yang sempat Lili curi, Ando sudah tidak memperdulikan hal itu. Dari awal pria itu kecewa bukan karena Lili mencuri darinya akan tetapi karena pergi meninggalkannya.

"Aku tidak pernah merasa selega ini dalam hidupku Kelinciku Sayang, hm mau mau jus wortel mu lagi?" Ando menatap istrinya dengan penuh cinta tanpa sungkan lagi.

Mungkin sudah saatnya perasaan yang tidak pernah diutarakan olehnya itu di katakan. Mungkin sudah saatnya Lili tahu agar tidak pernah lagi salah paham kepalanya. Atau mungkin ini jugalah saatnya dia tahu perasaan apa yang Lili miliki kepadanya.

"Ya aku sangat suka jus wortel dan senang jika sampai sekarang Mas tidak pernah melupakan hal itu," jawab Lili sambil tersenyum simpul. Tidak pernah dia merasa sebahagia ini dalam hidupnya. Terlebih lagi sekarang dia sudah mendapatkan lebih dari apa yang di harapkan olehnya. "Hm, nanti malam Mas ingin makan apa, biar aku buatkan?" tawar Lili membuat gelak tawa mencuat dibibir Ando.

"Kamu serius ingin membuatkan kita sesuatu?" tanyanya dengan tidak percaya. "Seingatku kamu paling anti ke dapur Li?"

Lili mengangguk membenarkan dan ti tersinggung sama sekali. Jika tidak sangat kelaparan dan mencari makanan, dia memanglah sangat malas ke dapur.

"Mas benar, tapi aku bisa pesankan pada pelayan Mas mau makan apa untuk makan malam," jelas Lili mengungkapkan.

Tawa Ando berhenti seketika, dia sudah menduga itu. Bahkan ketika dia sengaja memaksa Lili menjadi babunya wanitanya ini masih melawan tidak mau memasak jika tidak mendesak. Ah ya, mungkin inilah alasan kenapa wanitanya ini suka wortel mentah ketimbang memakannya setelah dimasak.

"Hm, bagaimana jika kita dinner saja?" tawar Ando mengusulkan.

Lili berpikir sejenak menimbang perkataan Ando.

"Aku mau-mau saja sih Mas, tapi bagaimana dengan si kembar? Apalagi Raga yang aktif dan cerewet naujubilah bikin pusing. Nggak kebayang jika mereka ikut, bisa-bisa ketimbang dinner kita malah, duhh nggak usah jelaskan deh. Aku pusing membayangkan bagaimana jadinya."

Ando ikut memikirkan perkataan Lili. Ada benar juga dan mau bermesraan juga pasti akan sangat tidak memungkinkan jika ada dua bayi itu.

"Kita titip saja mereka pada Daren, Raga sangat suka bersama. Kau lihat tadi pagi bukan, anak itu saat bertemu Daren bagaimana? Mereka sangat akrab Sayang," usul Ando memberi ide.

"Boleh juga ide kamu Mas. Eh tapi bagaimana dengan Arga dia nggak dekat dengan Daren dan sangat susah akrab dengan orang asing?" timpal Ando memberi tahu.

"Bagaimana ya? Hm kita bawa ikut saja dia Kelinci ku sayang, Arga tidak rewel jadi tidak apalah dia ikut," jelas Ando yang diangguki oleh Lili dengan segera.

~000~
TBC

Bukan Ex Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang