Part 22

8.1K 477 5
                                    

Ando sibuk berkutat dengan pekerjaannya, begitu juga Raga bayi gembulnya yang tidak beda jauh sibuk dengan kegiatannya. Bayi itu pakaiannya saja yang rapih dan formal, tapi tetap saja apa yang dikerjakannya sama seperti bayi pada umumnya.

Penasaran membuat Raga aktif ke sana ke mari bolak-balik. Kali ini pria kecil itu lebih gesit dari biasanya. Tanpa sepengetahuan Ando, Raga berhasil merusak sofa menggunakan mainannya. Pria kecil itu tertawa sesaat setelah berhasil melakukannya.

Ando yang mendengar tawanya ikut tersenyum tanpa menoleh dan terus fokus pada pekerjaannya.

Sebenarnya Ando sudah pernah menyewa pengasuh untuk mengurus Raga, tapi bayi itu yang tidak mau berpisah darinya membuat Ando menyerah dan memilih merawat Raga tanpa pengasuh. Lagi pula bagus juga begitu, dengan begitu Raga bisa bersamanya hampir sepanjang waktu.

Jika dalam masa sibuk-sibuknya, Raga bisa bersama Lili ataupun Daren.

Clekk!

Pintu ruang kerjanya dibuka tanpa permisi dan seseorang masuk tanpa izinnya. Mendengar hal itu Ando mendongak dan melihatnya. Kali ini dia tidak ingin berspekulasi, sebab sudah cukup trauma melihat Lili mencemburuinya. Ah, ya. Karena hal itu bahkan Lili berubah dan berusaha menjauhinya.

Ando membuang nafasnya kasar, kurang suka dengan seseorang yang baru masuk tersebut.

"Apa kau tidak punya sopan santun, masuk sembarangan tanpa mengetuk atau izin dari sekretaris ku?" tugas Ando mencibir dengan wajah datarnya.

Orang yang ternyata adalah Monika, langsung memasang wajah bersalahnya dan segera meminta maaf.

"Maafkan aku Mas, aku tidak sengaja dan lagipula aku sudah biasa begini masuk ke dalam ruangan mu dengan bebas, selama ini. Kenapa baru sekarang melarang ku?"

Ando menatap tajam. "Aku sedang malas menjelaskannya, tapi aku harap mulai sekarang jangan masuk seenaknya!" perintah Ando dengan tegas.

Monika terlihat murung dan tidak suka. "Apa ini karena kelinci mu itu? Kalian sudah bersama kembali, bahkan setelah dia mencuri sebagian aset kekayaanmu?" hasut Monika ingin Ando membenci Lili.

"Itu bukan urusan mu! Satu lagi, Liki tidak pernah mencuri karena apa yang diambilnya adalah miliknya sendiri, dia istriku dan sudah seharusnya apapun milikku adalah miliknya!" tegas Ando dengan ketus.

"Lalu bagaimana dengan ku, aku pun pernah menjadi istrimu Mas, tapi saat aku melakukan kesalahan yang sama, kau tidak beranggapan yang sama. Bahkan kamu tega memenjarakan ku!" Monika sedikit menaikkan nada suaranya, tak terima dengan ketidakadilan yang dialami olehnya.

"Aku tidak pernah menganggap mu istriku Monika. Jangan lupa aku hanya memberikan status di atas kertas untukmu bukan di hatiku. Kau tidak pernah menjadi istri bagiku, hanya orang yang pernah aku kasihani dan sayangnya tidak tahu diri. Kebaikan yang aku berikan kau balas dengan keburukan. Kau pencuri dan harusnya saat ini dan beberapa tahun depan, kau masih mendekam dibalik jeruji!" Ando berkata dengan pedasnya melukai perasaan Monika.

"Jangan pikir hanya karena aku memaafkan mu kemarin dan bersimpati dengan kesedihanmu, kamu mempunyai tempat dihatiku!" peringat Ando dengan tegas.

"Papaaa!" ucap Raga membuat dia orang yang melupakan keberadaannya menoleh.

Monika meneguk ludahnya kasar, terlihat kecewa melihat kehadiran Raga. Tanpa diberitahupun Monika bisa menyimpulkan bahwa bayi itu hasil hubungan pria didepannya dengan wanita yang paling dibenci olehnya.

"Astaga Raga, apa yang kau lakukan? Bagaimana sofanya robek begitu, hah?" Ando cukup kaget melihat Raga dan hasil ulahnya.

Pria itu langsung berdiri dan dengan cepat menghampiri bayi gembulnya.

"Aduh bayi itu bagaimana bisa seliar itu Mas, dia sudah merusak sofanya. Apa kelinci kecilmu itu tidak bisa merawat anak? Ckck, wanita sepertinya mana mungkin bisa, huhh!" cibir Monika.

Ando tidak menanggapinya dan malah memeriksa kondisi bayinya.

Tanpa disadari keduanya, di pintu Lili kembali memergoki kebersamaan keduanya dan langsung pergi dengan wajah yang kecewa.

"Tutup mulutmu! Kau pikir putra kecilku ini apa, sampai seenaknya kau katai liar? Pergilah dari sini, apapun tujuan mu kemari sampaikan pada sekretaris ku, sebab aku sudah muak melihat mu!" bentak Ando dengan kasar sebelum kemudian beralih pada Raga.

"Apa kau baik-baik saja Son?" Ando langsung mengelus kepala Raga dan mencium pipi gembulnya dan kemudian menggendongnya.

"Papaa ... aaaa papaa! aaamamam ...." celoteh Raga dengan nada cadelnya dengan rewel sambil bergerak-gerak aktif dalam gendongan Ando.

"Keluarrr!!"

"Uuaallll ...."

Bukannya kaget dengan perkataan keras Papanya, Raga malah menirunya. Membuat Ando gemas saja, sayangnya Ando tak bisa memperlihatkan sebelum berhasil mengusir wanita yang membuatnya terusik.

"Tapi aku kemari un-"

"Uuuaalllll!" potong Raga membuat Ando tak tahan untuk tidak tertawa.

"Apa kau tidak dengar itu? Keluar Monika, jika kau punya sesuatu yang ingin disampaikan padaku katakan pada sekretaris ku!!" tegas Ando kembali menegurnya.

Mau tidak mau Monika pun ke luar dengan wajah penuh kekecewaan. Seperginya dia Ando terkekeh senang mengingat perkembangan Raga yang cukup cepat dalam seharian ini

"Kau pintar juga Rag! Hm, ini baru putranya Papa!" Ando kembali mencium gemas Raga.

Pipinya Raga yang lembut dan gembul membuatnya teringat Lili dan ingin mencium puas pipi istrinya itu juga.

"Ngomong-ngomong di mana mamamu? Hari sudah waktunya makan siang, tapi dia belum kemari. Apakah mungkin mamamu masih tidur Raga?"

"Papaa!"

"Dasar kamu ya, mulai lagi. Papa terus, untung Papa suka juga mendengar kata-kata mu itu!" serunya mencium pipi Raga kembali.

"Harusnya mamamu sudah bangun dan kemari agar Papa bisa menciumnya juga," lanjut Ando sangat berharap.

Ando meletakkan Raga duduk di kursi kebesaran, lantas merogoh saku dan menghubungi Lili.

Begitu telepon terhubung Ando langsung berbicara ke intinya. "Kau di mana? Kenapa belum ke mari, aku sudah lapar di mana makan siang ku."

"...."

"Aku tidak mu tahu kau harus kemari secepatnya. Bawa makan siang untuk ku dan cepatlah sedikit karena dua jam lagi aku ad rapat dengan klien!"

Setelah puas mengatakan keinginannya Ando segera mematikan teleponnya dengan sebelah pihak.

Selesai berbicara, Ando kembali menghadap Raga. Namun kedua bola matanya membulat kaget.

Bagaimana tidak, bayi gembulnya yang luar biasa aktif itu sudah mendaki meja dan hampir menghancurkan apa yang ada di atasnya. Saat ini Raga sedang mengigit laptop milik Ando sambil memukul-mukulnya menggunakan telapak tangan mungilnya.

Ando mengusap wajahnya kasar, lantas segera meraih bayinya dari sana.

"Raga-raga, Papa baru saja meninggalkanmu sejenak untuk menghubungi Mamamu, tapi lihatlah hasil kelakuan mu, Boy." Ando tidak percaya dengan apa yang baru dilihatnya.

Selang waktu beberapa menit kemudian, Lili terlihat masuk sambil menggendong Arga.

Wanita itu tercengang dan cukup kaget menyaksikan ruang kerja suaminya yang sekarang mirip kapal pecah.

"Raga yang melakukannya," jelas Ando mengerti dengan apa yang Lili pikirkan.

~000~
TBC

Bukan Ex Husband [End]Where stories live. Discover now