31 (ENDING)

59.4K 6.6K 845
                                    

Gue mulai merasakan bahagia hidup dengan Sean di sebuah rumah sederhana ini.

Setiap pagi kami akan berolahraga bersama, dari jogging di sekitar perumahan, atau skipping bersama.

Sejak Sean memberitahu bahwa gue adalah penyitas skizofrenia, rasanya sedih. Pantas saja gue sering merasa menjadi orang gila.

Namun Sean dengan hati-hati menjelaskan apa itu skizofrenia. Dan dengan begitu gue juga mulai paham. Meskipun nggak bisa di pungkiri kalau gue sedih.

Gangguan jiwa. Sakitnya nggak terlihat seperti kalau kita sakit pilek, gejalanya juga bukan seperti demam atau pusing.
Yang sakit adalah jiwa yang mana baru bisa diketahui ketika kalian berinteraksi dengan penyitas, atau ketika kalian memperhatikan si penyitas.

Sean juga ikut kesusahan. Dia banyak mengusahakan yang terbaik untuk gue. Dari mencari psikiater yang cocok, membuatkan kegiatan untuk gue supaya emosi gue lebih stabil. Dan tentunya selalu ada di dekat gue.

Gue nggak bisa tanpa Sean. Entahlah mungkin ini karena gue membutuhkan Sean untuk merawat gue, dan nggak ada orang lain yang bisa gue genggam tangannya.

Sekarang gue sadar, terkadang orang yang ada didekatmu dan yang siap bersedia melakukan apapun padamu, bukanlah seseorang yang kamu inginkan di masa lalu.

Gue dulu nggak ingin Sean.

Tapi sekarang rasanya gue paham. Tuhan mengirim Sean untuk menjaga gue. Meskipun Sean bukan orang gue inginkan awalnya.

Lalu, apakah Sean adalah jodoh gue?

Gue masih belum tahu. Yang jelas gue nggak ingin jauh dari Sean.

Melihat betapa tegarnya Sean setelah semua ini, kemudian dia yang sangat temperamental tiba-tiba menjadi lebih lembut. Hati gue menghangat ketika mendengar suaranya yang sekarang terdengar halus dan berhati-hati.

Sean yang sekarang bukan Sean yang dulu, dia lebih tenang. Atau mungkin mencoba untuk tenang. Yang jelas Sean yang sekarang bukan sean yang dulu, dan Lanika yang dulu juga bukan Lanika yang sekarang.

Gue melihat Sean yang sedang menata baju dan memasukkannya ke dalam koper. Kami akan pergi ke kota dan tidak kembali untuk beberapa hari. Jadi Sean menyiapkan semuanya sebelum kami pergi.

Kata Sean besok adalah sidang yang agendenya adalah putusan akhir.

"Sean," panggil gue.

"Hem?" sahutnya masih menata koper.

"Sean..." panggil gue panjang.

"Iya, Mrs Pretty. Mau sesuatu?" akhirnya Sean menatap ke arah gue.

Gue tersenyum. "Cuma manggil aja," jawab gue yang membuat Sean juga tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Bentar aku masukin ini dulu ya, habis itu baru tidur. Kamu tidur aja kalau udah ngantuk."

Gue menggelengkan kepala. Sebenernya amgue ingin memeluk Sean. Tapi bingung harus bilang apa.

Gue suka pelukan Sean, apalagi parfum yang dia pakai. Gue suka hangat pelukannya dan aroma yang menguar ketika dia memeluk gue.

Ada di pelukan Sean rasanya menenangkan dan membuat gue senang.

Apa ini artinya gue udah sayang sama Sean?

"All done," kata Sean sambil menutup koper.

"Saatnya tidur!" gue setengah berteriak bersemangat karena artinya Sean akan segera memeluk gue ketika Kamu berbaring.

Sean hanya terkekeh ketika gue menggeser tubuh sehingga Sean bisa merebahkan diri.

"Sean," panggil gue dengan suara pelan.

Marvelous HubbyWhere stories live. Discover now