22

40.5K 7.5K 697
                                    

Akhir-akhir ini hujan selalu turun di pagi hari, malam hari, bahkan terkadang sepanjang hari.

Seperti pagi ini. Jam di nakas sebelah gue menunjukkan pukul 03.30 pagi, suara hujan terdengar nyaring dari kamar gue tempati. Ac kamar terasa sangat dingin sehingga membuat gue menarik ke atas selimut yang tadinya hanya sebatas dada.

Gue sudah terjaga sejak pukul tiga pagi. Sementara Sean tidur dengan tenang dengan tangan yang memeluk pinggang gue.

Tangan gue menelusup ke dalam selimut untuk iseng merasakan suhu tangan Sean. Hangat.

"Hmm," terdengar gumaman Sean yang membuat gue menjauh kan tangan gue dari dari tangannya.

"Kalau mau dipeluk bilang aja. Hadap sini nanti aku peluk," katanya dengan kemudian dengan suara serak.

Gue nggak menjawab. Gue kemudian memilih pura-pura memejamkan mata, meskipun Sean juga nggak akan melihat karena gue tidur membelakanginya.

Kemudian Sean melepas tangannya dari pinggang gue dan terasa bergerak mendudukkan dirinya. Sesaat kemudian dia tiba-tiba melangkahi tubuh gue dan merebahkan diri di depan gue.

"Tidur ternyata?" ujarnya pelan sambil masuk kedalam selimut.

Sean kemudian mendekatkan tubuhnya lalu kembali memeluk gue.

"Kamu kenapa makin kurus sih?" tangannya mengusap lengan gue pelan. Hanya beberapa detik sebelum dia kembali merengkuh tubuh gue.

"Kamu tidur beneran? Ka?" panggilnya yang terdengar berbisik.

"Lanika..." Kali ini benar-benar sangat pelan.

"Lanika. It's sounds cheesy but I love you. Mimpi yang baik-baik ya..." tangannya mengusap rambut gue kemudian dia terkekeh pelan.

"I want to kiss you. Can I? Tapi kamu tidur. Stealing kiss isn't my style. Maybe I'll ask you later. Sweet dream, Pretty," ujarnya lagi dengan amat sangat lirih.

Namun gue nggak tahan untuk menahan senyum. Akhirnya gue membuka mata, kemudian Sean terperanjat ketika melihat gue membuka mata, sementara gue terkekeh pelan.

"Ka!" serunya masih dengan ekspresi kaget.

"Tadi mau apa?" tanya gue sambil tersenyum jahil.

"Kiss. I want to kiss you!" serunya lagi dengan nada kesal.

Kemudian Sean mendekat lalu mengecup bibir gue beberapa kali.

"Then I'll hug you. Like this," katanya sambil mendekatkan tubuhnya.

"Coba rasain? Anget kan? Kamu tadi pegang-pegang tanganku mau minta peluk begini? Biar nggak dingin?" tanyanya tanpa jeda.

"Cuma mau tahu aja tangan kamu dingin atau anget. Nggak usah berlebihan deh," jawab gue.

"Gengsi minta peluk ya? Well, aku paham. Karena kita sama-sama manusia gengsian," balasnya dengan dagu yang tepat berada di atas kepala gue.

"Di luar hujan. Jadi enaknya begini. Pelukan," katanya lagi yang membuat gue geli.

"Iyaa, tapi mending kamu diem aja deh. Kalau kamu kebanyak bicara, kamu jadi makin nggak jelas," protes gue.

"Daripada diem aja?" balasnya.

"Kalau yang keluar itu cuma gombalan sama rayuan buaya, diem lebih baik."

Sean nggak menjawab, dia hanya tertawa pelan dengan gue dipelukannya.

"Coba dengerin, di luar hujannya makin deres. Jadi makin males kerja."

"Ya udah nggak usah kerja," jawab gue.

Marvelous HubbyWhere stories live. Discover now