54- KEJADIAN KELAM DIMASA LALU

Começar do início
                                    

Flashback on

"Huaaa mainan Evan hilang mahhh!!" Revan kecil menangis saat menyadari mainan robotnya terjatuh dan tak ada di genggamannya lagi. Mungkin ia terlalu fokus memakan es krim hingga tak menyadari mainannya telah terjatuh.

"Eh sayang kenapa nangis, hm?" Tanya Kinara-sang mama dengan lembut.

"Mainan Evan hilang, nggak tau dimana mah," sahut Revan sambil menangis sesenggukan.

"Yaudah nggak apa-apa ya, nanti kita beli lagi yang lebih bagus," ucap Kinara seraya mengelus puncak kepala Revan.

Fero yang melihat itupun berjongkok didepan Revan. Ia mengusap pundak Revan berharap supaya anaknya itu bisa tenang. "Kita beli lagi ya? Papah bisa beliin Revan mainan yang lebih bagus daripada yang hilang itu."

Bukannya tenang saat mendengar itu, Revan justru menangis semakin kencang. Ia menggelengkan kepalanya kuat sebagai tanda menolak apa yang disarankan kedua orangtuanya.

"Evan nggak mau! Evan sayang banget sama robot itu ....., mah, pah, bantu cariin," Revan menatap kedua orangtuanya dengan tatapan memohon.

"Tapi ini udah malem Revan, kita harus pulang. Lagian mau cari dimana coba? Jalanan luas banget lho" ucap Fero menasehati.

Tangis Revan semakin menjadi-jadi. Dengan cepat ia memeluk Kinara dengan erat. "Mahh, Evan mau robotnya ketemuu. Bantuin Evan mahh." Revan terus merengek kepada Kinara.

"Revan! Ini udah malem, ngapain juga cari yang udah hilang. Lebih baik kita beli lagi aja jangan kayak gini, malu-maluin!" Sentak Fero. Revan yang mendengar itu refleks ketakutan. Bukan kali ini saja Fero membentaknya, akan tetapi sudah sering kali ia mendapat bentakan itu karena masalah sepele. Namun kali ini cukup berbeda karena Fero membentaknya didepan umum.

"Mahh ....." Lirih Revan dengan suara parau. Ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Kinara.

"Mas, jangan gitu. Udah biar aku aja yang cari."

"Jangan Mah! Ngapain cari mainan itu? Lagian kamu mau cari dimana? Jalanan ini luas banget lho!"

Kinara nampak memperhatikan sekitar. Benar saja, jalanan yang telah mereka lewati cukup besar dan luas, bagaimana dia bisa menemukan mainan robot milik Revan jika seperti ini?

"Seenggaknya kan usaha dulu, Mas."

"Jangan keras kepala, Mah" peringat Fero.

"Yaudah mah, nggak usah dicari nggak apa-apa. Besok biar beli lagi aja," final Revan. Ia merasa tak enak hati saat melihat kedua orang tuanya bertengkar hanya karena dirinya.

Kinara berjongkok mensejajarkan dirinya dengan tubuh pendek Revan. "Nggak, katanya kamu sayang sama robot itu? Biar mamah cari dulu ya sayang."

"Nggak usah, Mah. Aku nggak mau-" Kinara menempelkan jari telunjuknya ke bibir mungil Revan membuat anak laki-laki itu terdiam.

"Syuutt, udah biar mamah cari dulu." Setelah mengatakan itu Kinara bergegas meninggalkan Revan dan Fero disana.

Ia mulai berjalan menyusuri jalanan. Saat ini lalu lintas terpantau sangat ramai membuat Kinara harus ekstra hati-hati. Revan dan Fero yang melihat itu sontak melangkahkan kakinya menghampiri Kinara yang masih berjalan jauh didepan mereka.

Pandangan Kinara terus menyusuri spot yang mereka lewati tadi. Tanpa sengaja dia melihat robot berwarna silver berpadu dengan merah itu tergeletak di tengah jalan. Mungkin robot itu terjatuh saat mereka menyebrang jalan.

REVANZA (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora