[ 100DWTD - 32 ]

56.8K 4.8K 1.1K
                                    

FOLLOW BUNA ON IG :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FOLLOW BUNA ON IG :

shnard994_ & alphaawordl

For some spoiler!

SPAM RADEN SEBELUM BACA👉

Jangan lupa pencet bintang guis, sekalian tinggalin jejak di komentar❤❤

BANTU KOREKSI TYPO✔

CHAPTER 32 - INSTING
NORMAL POV

- HAPPY READING -



Nesa membuang permen dari mulutnya. Hingga, makanan yang identik dengan rasa manis susu tersebut menabrak lemari pakaian Raden.

Seberapa banyak pun ia mengkonsumsi permen hasilnya tidak berubah. Ia menarik napas, sungguh dilanda frustrasi berat.

“Kamu mau menderita diabetes makan permen dan makanan manis, Nesa?”

Nesa memejamkan mata mendengar suara tersebut. Tanpa perlu melihat, ia jelas tahu siapa pemilik baritone familiar barusan.

“Pak Dokter,” panggil Nesa.

“Iya?”

“Bibir aku rasanya hambar, dada aku juga sumpek. Pala aku kayak mau meletus, nih— apa aku bakalan mati?”

Raden si lawan bicara Nesa lekas berjongkok di depan Nesa yang duduk di tepian ranjang. Tangan kirinya mengarah ke nakas, sedang jempol kanannya cekatan memeriksa kelopak mata Nesa.

Ia mengambil senter khusus dari nakas. Menyenter netra Nesa yang telah ia persiapkan.

“Gejala apa lagi selain yang kamu sebut barusan?”

Raden tahu apa yang ia lakukan tidak steril. Tetapi, ia menggigit ujung senter dan kini memeriksa denyut nadi istrinya.

“Degup jantung aku berdetak berkali-kali lipat, bibir aku kering, pelipis aku keluar keringat—”

“Kita ke rumah sakit,” ajak Raden.

Raden bangkit, ia melempar senter pen ke tempat tidur. Mengabaikan letih di badannya. Sebab, ia baru saja pulang dari shift dua jam yang lalu.

Ia menarik pergelangan Nesa. Bukannya menurut, Nesa justru mencegat gerakan impulsif Raden barusan.

“Aku bercanda, ih! Serius banget!” balas Nesa.

“Lucu? Kamu pikir lucu bercanda soal penyakit?” sentak Raden.

“Ya, engg— bukannya Mas itu Dokter? Harusnya tahu, dong, kalau gejala aku tadi enggak serius?”

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Where stories live. Discover now