[ 100DWTD - 30 ]

65.9K 5.3K 663
                                    

FOLLOW BUNA ON IG :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FOLLOW BUNA ON IG :

shnard994_ & alphaawordl

For some spoiler!

SPAM RADEN SEBELUM BACA👉

Jangan lupa pencet bintang guis, sekalian tinggalin jejak di komentar❤❤

BANTU KOREKSI TYPO✔

CHAPTER 30 - TERGIUR
NORMAL POV

- HAPPY READING -








Nesa menelusuri rumah sakit. Ia celingak-celinguk mencari  keberadaan dokter. Sekiranya, kalau menemukan satu dokter ia bisa mengajukan pertanyaan. Lantaran ramahnya, Nesa melempar senyum kepada insan-insan yang ia lewati. Catat satu hal, Nesa menjadi pusat perhatian karena penampilan dirinya yang mengundang cibiran.

Ia memakai baju berlengan super pendek berwarna putih dan rok berbahan jeans dengan potongan belahan yang memperlihatkan seputih porselen miliknya. Nesa mungkin tipikal orang yang sesekali nyeri hati mendengar opini insan di sekitarnya. Namun, percayalah, perempuan itu bisa otomatis menulikan pendengaran jika yang dikomentari mengenai bagaimana tata cara ia berpenampilan.

Peduli setan! Ia sudah capek-capek mengatur image baik hati nan polos yang naif. Masa penampilan turut ia manipulasi?

Dengan sepatu heels setinggi 8 senti meter, Nesa berlari menghampiri Raden yang berdiri di depan lift. Sepertinya, si suami tembok tersebut hendak naik ke lantai atas.

Raden nampak mengobrol bersama seorang suster? Dokter? Atau apalah, Nesa cukup noob akan istilah-istilah medis. Intinya yang ia tahu, sebatas suster dan dokter saja.

“Pak Dokter!” panggil Nesa.

Raden menoleh, si perempuan di sebelah Raden pun ikut menengok ke sumber suara yang sama. Nesa mengusung senyum manisnya yang memancarkan aura cerah. Ia mengikis jarak. Si suami justru menaikan alis, tidak perlu banyak berspekulasi. Pasti, Raden bingung mengapa Nesa datang paruh waktu malam hanya untuk menjumpai dirinya di rumah sakit.

“Kamu ngapain datang ke sini?” tanya Raden, setibanya Nesa berdiri tepat di hadapan dirinya.

Nesa masih mengulas senyum. “Mau surprise, aja. Pak Dokter sibuk, enggak?”

Raden masuh setia menggurat kerutan di dahi. “Enggak, saya mau istirahat sebentar.”

“Oh, cocok, deh—” Nesa mengalihkan netra ke wanita yang juga memakai jas putih. “Halo, Dok!” sapanya hangat.

“Halo juga, perkenalkan— saya Andien, asistennya Dokter Raden,” balasnya.

Nesa manggut-manggut lalu menaik-naikan alis ke Raden. Seolah, menggoda si dokter. Ia menerima uluran tangan Andien.

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Where stories live. Discover now